Kamis, 31 Oktober 2013

MENOLAK LUPA: CATATAN HITAM PENGAKUAN DOSA



 #INTRO
            Suasana UTS (Ujian Tengah Semester) yang menegangkan bagai sedang berada ditengah hutan yang gelap gulita yang dipenuhi hewan-hewan buas baru saja berakhir, dan saya pun dapat menghela nafas dengan santai, bagaikan merokok dipagi hari yang cerah ditemani secangkir kapal api. Sesaat suasana damai, tentram dan santai saya rasakan, tiba-tiba saja segerombolan manusia yang mengatasnamakan diri mereka Tim Evaluasi datang dan masuk kedalam ruangan perkuliahan. Mereka memberi instruksi untuk kegiatan Himpunan perihal Kaderisasi, setelah selesai mereka memulai memanggil para Mahasiswa Baru, peserta kaderisasi yang datang terlambat dalam acara kaderisasi sabtu siang lalu. Satu per satu dari kmai yang terlambat maju ke depan kelas memenuhi permintaan para TE. Posisi saya pada saat itu mungkin sedang dilanda kesialan, godamnshit pasti saya kena semprot gegara telat. Karena memang hanya saya, satu-satunya MaBa yang terlambat datang hingga duabelas jam. Ironis memang seseorang yang sedang ditempa untuk menjadi individu yang baik malah menghiraukan perintah Kakak Senior.
            Di depan kelas yang kira-kira berukuran 5x7m itu saya berdiri sendirian, seperti seorang yang akan dihukum cambuk karena melakukan tindak kekerasan disebuah keramaian. Mulailah saya ditanya-tanya, seperti semacam penjahat federal yang di introgasi didalam ruangan introgasi yang sangat menakutkan, namun berbeda dengan seperti apa yang kita saksikan ditelevisi-televisi, saya di introgasi dengan disaksikan sekitar empatpuluh enam pasang mata yang secara membelalak keheranan ditambah segerombol masa yang mengatasnamakan dirinya TE. Mereka pun dengan sigap memulai prosesi tanya kejamnya kepada saya.
            “Dwi, dari mana aja kamu? Bisa sampai telat datang, dan telatnya luar biasa lagi.”
            “Saya nyablon, Kak. Kerjaan lagi hectic pisan.”
            “Nyablon apa?” potong seorang TE
“Nyablon kaos.” awab saya tenang
“Kirain nyablon muka.” cibir seorang TE santai
            Ah shit! Ini hari sial buat saya, seorang anak culun dengan titel MaBa dan sialnya kenapa saya harus berhadapan dengan manusia-manusia ini? Sudahlan, mungkin ini peringatan dari Tuhan karena saya lalai. Setelah itu saya pun terus dihujani pertanyaan-pertanyaan perihal keterlambatan saya yang menyentuh angka 12 jam, that’s really cool, man! Acara tersebut sebenarnya dimulai pukul 11. 40 pagi, dan saya dengan seenaknya datang pukul 11.50 malam mungkin, dalam keadaan setengah seneng, setengah capel dan setengah kebingungan, ngapain dateng kesini yak? Disitu saya terus disudutkan, ditanya tentang keseriusan mengikuti agenda kaderisasi, mau lanjut apa gak, ya semacam itu.
            Jujur, selama ini saya memang dikaruniai rasa malas yang sangat mahadahsyat oleh Tuhan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan apapun yang tidak saya sukai. Ya, gimana sih kalo kerja tapi bukan passion lo? Setengah ikhlas jadinya. TE pun kembali menyodorkan serangkaian pertanyaan, dan bunyi yang asik seperti ini.
            “Kamu maunya dapet hukuman apa? Kamu udah luar biasa sekali pelanggarannya.”
            “Apa aja saya siap.”
            “Hebat ya, siap dikasih hukuman apa aja.”
            “Yakin? Yaudah temen-temen dikelas ini, maunya Dwi dikasih hukuman apa?”
            Salah seorang teman saya mengangkat tangan dan berkata
            “Review aja, soalnya dia kan gak mengikuti pematerian kemarin. Jadi dikasih tugas review tentang persidangan aja.”
            “Gimana yang lain? Setuju hukumannya itu?”
            “Iya setuju.”
            Beberapa saat kemudian TE mengelontorkan kembali hukuman, menyarankan hukuman fisik. Ah Gat! You must be kidding me. Tanpa ragu saya pun meng iya kan hukuman itu, karena memang saya sedang menjadi orang yang bersalah disini. Saya nerima hukuman fisik bukan berarti sok kuat, sok HULK atau ngeremehin TE, tapi ya emang salah, ya tanggung jawab, ya gak? Hahaha. Ibarat kata “Situ Jual, Gua Beli dah, mau gua beli berapa? Borong abis juga siap!” bukan berarti songong atau ngeremehin ya. Emang saya salah, salah bangeeeet. Dalam hidup saya berprinsip bahwa kita idup di jaman yang udah gila, chaos kalo kata anak-anak punk mah, hahaha. Jadi kita harus menegakkan Hukum Rimba dan Seleksi Alam. Kalau situ lemah, yaudah kelaut aja, nyerahin diri ke PAUS, atau gantung diri aja deh di MONAS. Soalnya anak-anak jaman sekarang itu berani dikala bergerombol, coba kalo Face to Face, dijamin kebelet kencing dah tuh, gak ada berani-berani sedikit pun.
            Akhirnya, hukuman sudah diputuskan oleh sang maharaja TE, bahwa saaya harus me-review persidangan dan akan dipertanggungjawabkan dikegiatan berikutnya. Ah shit! Saya belum bisa berlega hati, karena saya tetep kena hukuman fisik yang udah saya iya kan tadi. Dan bibir saya pun melengkung senang ketika hukumannya hanya sekedar push up sebanyak sepuluh kali, heloooo ini mah kebiasaan tiap pagi. Hukuman telah saya jalani dan saya pun diperkenankan duduk kembali. Dengan wajah setengah iblis saya lontarkan kata terimakasih kepada para TE dan kembali duduk di bangku dimana saya dapat merileksasikan otot-otot yang kejang dan nafsu pembinasaan yang meredam.


Dari pengantar di atas, sebuah intro lah kalo main musik mah, jeng jeng di awal yang kadang, naon sih? Hahaha. Saya akan emberikan penjelasan dibagian kedua ini. Menjelaskan dasar penjelasan mengapa saya terlambat. Terkhusus tulisan ini dibuat untuk mencurahkan semua yang ada di otak saya. Saya gak suka marah-marah, atau apapun dengan berbicara, kalo niat langsung sikat, john! Nah karena itu saya lebih suka menuliskan kejadian absurd, seru atau memalukan seeperti ini disini, ya tempat dimana tulisan-tulisan saya di pamerin, disombongin. Hahahaha
            Mengapa saya melakukan kesalahan? Saya memang mendedikasikan diri untuk hidup Merdeka, istilah bule nya “No Rules” karena pada dasarnya, manusia itu memiliki hak individu nya yang memang harus merdeka. Seringai aja ngerti kok, coba aja denger lagu Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan) Individu Merdeka! Udah itu aja. Nah makanya kenapa saya telat, karena mungkin saya juga dilanda rasa malas yang membahana di dalam diri saya pada hari itu dan memang ada faktor pendukung lain yang menyebabkan saya terlambat datang.
            Sedikit bercerita, saya ini anak laki-laki yang dilahirkan dari sebuah keluarga kecil yang hangat yang dikepala keluargai oleh seorang Aparatur negara. Walaupun ayah saya seorang TNI, saya mengakui bahwa saya ini anaknya gak disiplin, urakan lah, Rock ‘n Roll kata Papah Lemmy juga. Selain itu saya juga berinteraksi dengan orang-orang yang memang tidak mau hidup dibawah sebuah sistem atau aturan. Saya dengan bangga cinta sama Indonesia, tapi saya gak suka sistemnya, gak suka sama antek-antek penjahat bertopeng emas yang hinggap semaunya itu. Sistem negara ini udah terjangkit impotensi, abstrak dan bias. Dari SMA, saya udah gak pernah mematuhi peraturan sekolah. Kayak rambut harus rapih, celana harus extra gobrang kayak penyanyi-penyanyi Hip Hop di New York, sepatu warna item dan masuk jam 06.45 pagi. Semuanya udah gak pernah saya patuhi, sumpah deh. Temen-temen SMA mungkin saksi-saksi hidup yang suka ngingetin tapi gak pernah saya denger. Hahaha dasar bajingan. Atas dasar itu, saya berfikir kalau saya ini inhibitor buat anak-anak angkatan 2013.
            Jujur aja, namanya juga pengakuan. Saya ini peserta kaderisasi yang gak pernah mematuhi peraturan MOU yang disetujui pada awal kaderisasi akan dimulai, tapi ya saya kan lagi pake topeng disini, lagi pake topeng badut, yang lucu tapi bisa juga menakutkan. Selama ini tanda pengenal yang ditempet di dada itu hanya saya pakai ketika evaluasi masuk atau ada agenda ketemu senior, selepasnya saya gak pake itu name tag. Topeng badut saya buka kalau gak ada senior, dan saya pake lagi ketika mereka gak ada. Kaos kaki, saya jarang pake warna putih,  soalnya saya orangnya teledor, jadi cepet kotor dah tuh. Urusan celana sayur kemeja dan sepatu itu mah ketara banget, jadi saya patuhin deh. Sisanya? Banyak, tapi saya bocorin segitu aja ah, saya menjunjung budaya Omerta sebenarnya.
            Kembali ke temen-temen yang lucu-lucu di angkatan saya. Saya sempat ingin netesin air mata, air mata asli ya bukan buaya, ketika mereka masih kasih dukungan buat saya yang melemah ini. Mereka pengen saya lulus juga, tapi saya nya gak tau diuntung gitu-gitu aja, gak ada perkembangan ke arah yang lebih baik. Saya selalu menanamkan prinsip ini dalem pertemanan “Ketika saya menerima seseorang menjadi sahabat, maka saya akan berbuat baik kepada dia. Saya tidak akan membohongi atau mengkhianati orang yang sudah kuterima sebagai sahabat.” Keren gak tuh? Hahaha. Karena itu saya akan berusaha menjaga persahabatan supaya gak putus, gak ada gap atau pembatas buat bersilaturahmi. Makanya saya suka pengen ngundurin diri kalau udah salah terus kudu dihukum seangkatan.
            Lalu, bagaimana dengan TE yang sudah mempermalukan saya sore hari tadi? Apakah saya akan membalas dendam atau sebagainya? Itu semua cuman akan menjadi tanda tanya besar karena saya menjunjung tinggi budaya tutup mulut bangsa sisilia, Omerta. Saya jadi inget perkataan seorang Don dia berkata, “Di dunia ini akan ada saat ketika orang yang paling rendah, kalau mau membuka mata terus, bisa membalas denda pada orang yang paling berkuasa.”
            Oke, sejauh ini saya menikmati peran saya sebagai seorang badut dengan topeng badut, namun semenjak kejasian sore tadi, saya beranggapan kalau topeng ini harus dilepas. Tatakrama dan sopan santun yang usang dan membusuk itu emang udah harus diilangin, bro. Kejujuran? Bicara soal kejujuran, menurut saya sih gak ada di dunia yang sudah renta yang diisi dengan dinamika dan berbagai macam persoalan yang akan merujuk pada Deadlock. Kejujuran atas dasar hati nurani itu mah gak ada,semua orang akan berperan pada saat dia ingin memerankannya atau kondisi yang memaksa dia melakukan suatu alibi, ya karena gak ada orang jujur, silahkan renugkan deh.
            Latar belakang saya terlambat juga emang karena ada pekerjaan yang superduper hectic, ngerjain barang yang banyak dan dikirim ke pulau dewata di esok hari, karena sedang ada permasalahan didalam kantor. Sebenarnya saya sudah menyelesaikan sablonan itu jam delapan lebih lah, tapi saya dapet invitation dari sebuah produk rokok sebut saja **rum Sup** untuk menghadiri konser The SIGIT karena mereka sponsor konser tersebut. Merek ini juga udah mensupport saya dan band kecil saya SLAYS (@SLAYSUCKS) sejak lama. Karena itu saya tidak menyia-nyiakan pemberian tiket gratis ini untuk datang ke konser Detournement milik The SIGIT yang diolah oleh 3HUNDRED dan FFWD Records di The Venue, Eldorado. Untuk itu saya sempatkan datang ke konser itu sebelum akhirnya saya menghadiri acara kaderisasi di kampus saya, yang letaknnya memang tidak jauh dari lokasi konser. Namun kesialan memang sedang melanda saya pada hari ini.

#OUTRO
            Mungkin itu tadi pemaparan saya mengenai cerita saya, keterlambatan saya dan dasar saya menuliskan tulisan ini. Saya hanya dapat menngucapkan kata maaf yang benar-benar tulus dari hati saya untuk teman-teman yang sudah mengikuti kaderisasi selama duapuluh tiga jam, sedangkan saya hanya delapan jam. Untuk TE, janganlah sesekali membangunkan Harimau yang sedang tertidur pulas. Itulah tadi catatan pengakuan dosa saya, semoga Bapak Negara di alam sanaa, yang menyaksikan kehidupan alam ini melalui perangkat parabola dapat memaklumi kelalaian dan kesalahan dari diri saya. Ini benar-benar kesalahan saya dan ini memang utuh apa adanya diri saya, yang dengan terpaksa harus hidup[ di jaman Kali Yuga. Semoga tidak ada yang tersakiti karena tulisan saya ini.
Salam Damai, Salam Sejahtera.
Vaya con dios.

Dwi Nur Akbar W,
seorang Buruh.