Jumat, 18 April 2014

Apa? NKRI katanya, ogituh? Ya!



Berbicara soal Kesatuan di negeri saya hidup itu sama aja sebuah mimpi yang sulit terwujud. Kenapa? Masyarakat yang belum bisa mengamalkan Pancasila seutuhnya.

  1. Katanya Ketuhanan Yang Maha Esa, tapi masih banyak manusia-manusia yang lebih primitive dari manusia pra-sejarah yang telah mengenal Animisme, Dinamisme dan Totemisme.
  2. Katanya Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, tapi manusia nya masih belum bisa memperlakukan saudara se-bangsa nya dengan sikap layaknya memperlakukan manusia. Adil? Hukum disini seakan timpang. Edukasi belum merata untuk semua. Kelayakan hunian hanya untuk kaum Borjuis dan sederhana (kelas menengah) sedangkan yang miskin?. Beradab? Hello, bangsa ini telah kehilangan jatidiri sebagai bangsa dari timur, budaya barat diagungkan, kekuasaan para tirani di ikuti dengan menelan mentah. Masih ada yang kurang? Sebutkan!
  3. Katanya Persatuan Indonesia, tapi nyatanya bangsa kita masih belum bisa menerima ke-khasan daerah orang lain. Belum bisa menempatkan diri pada sisi diantara, masih suka rasis, senang mem-bully dengan kata-kata santai tapi sebenarnya membuat persatuan bangsa ini semakin jauh dari seharusnya. Oh, Tuhan…negeri ini dikaruniai banyak etnis, ras dan golongan, namun rasa untuk saling menghormati dan menghargai belum bisa tercapai, mengapa? Anda bisa menjawabnya dengan fenomena-enomena dalam keseharian anda.
  4. Katanya Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, nyatanya? Kebijaksanaan sang pemimpin juga diri masing-masing masyarakat belum terbentuk dan terlihat secara real. Perwakilan? Perwakilan Rakyat? Apakah mereka sudah melakukan sikap yang pro rakyat? Atau haus akan kekuasaan karena tahta sebab manusia pada dasarnya homo homini lupus? Itu semua anda dapat tafsirkan sesuai sudut pandang pemikiran anda semua.
  5. Katanya Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia? Apakah status sosial selalu jadi permasalahan disini? Ya..karena tidak adanya kesadaran diri bahwa Takdir harus kita terima, namun berusahalah untuk merubah Nasib. Jangan berdiam diri tanpa berusaha. Jadi inget “Jangan lihat buku dari cover nya, tapi lihat dulu isinya.” Nah harusnya kayak gitu, jangan minder duuan liat s A kaya kita gak atau apalah itu. Semoga masyarakat kita lebih open minded dan tidak berfikir kerdil dan bodoh.

Dari tulisan saya diatas, dapat saya simpulkan bahwa masyarakat negeri ini terlalu baik namun bertampang galak. Terlalu pendiam ternyata pendendam. Terlalu pemalu, namun sombong. Terlalu berani, namun bodoh. Terlalu lucu namun mematikan. Terlalu gemar membeli tanpa pernah berpikir untuk mencipta. Terlalu hebat namun lemah syahwat. Terlalu melankolis dan mudah ditindas, dan masih banyak algi, silahkan sebutkan!
Untuk itu selayaknya kita dapat bersikap lebih objektif. Coba reka semua pendapat melalui berbagai sudut pandang. Salah bila kita menyalahkan Tuhan, kalau kita dilahirkan dari keluarga kecil yang miskin. Karena sesungguhnya semua orang sama-sama bekerja keras untuk hidup. Tentu, yang membedakan adalah strata sosial, namun Tukang Becak bekerja keras demi mendapat uang, begitu juga Prajurit TNI yang rela mati untuk di gaji. Sama juga dengan para birokrat diatas sana, mereka berusaha. Semuanya akan terlihat saling tikam ketika tidak berusaha. Seperti yang saya katakan bahwa sesungguhnya terimalah takdir, namun berusahalan untuk merubah nasib.
      Mungkin sekian yang dapat saya tuliskan mengenai masalah yang ingin saya tuangkan lewat tulian ini. Kurang lebihnya saya mohon maaf, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan, dan kekurangan milik Bunda Dorce, ups milik Manusia. Terimakasih, tabik!

Jumat, 11 April 2014

Almaira: Gelap Terang, ini Hidupku (Kisah seorang anak yang Dimanja)



Gelap dan Terang…Ini Hidupku (Kisah Anak Perempuan yang dimanja Ayah)

            Setelah sekian lama, akhirnya saya kembali untuk menyuguhkan sebuah cerita santay yang akan menceritakan sebuah keluarga kecil yang bermukim di perkotaan yang sumpek dengan aktivitas perkantoran yang tak ada hentinya . Kali ini saya akan mengisahkan seorang anak perempuan bernama Almaira. Seorang anak yang selalu dimanja oleh Ayahnya, hingga suatu ketka ia mendapat sebuah masalah yang cukup rumit dalam hidupnya. Cerita ini akan digambarkan lewat penuturan adiknya, Toby yang dengan tidak sengaja selalu mengetahui duduk permaalahan Almaira. Dan cerita pun dimulai….

Gelap dan Terang…Ini Hidupku (Cerita tentang Almaira)
Halo, namaku Toby. Aku akan menceritakan kisah kakak ku yang aku rasa cukup baik untuk dijadikan pelajaran bagi diriku pribadi, dan juga orang lain. Maka, aku mencoba menuliskan cerita ini disini, ya di akun pribadiku…sebuah perangkat lunak produksi Microsoft. Kutulis disini apa yang aku tahu, lihat dan dengar, semata-mata untuk menjadi pacuan serta arahan untuk hidupku yang lebih baik.
Aku memang tidak ingat disaat kecil bagaimana perlakuan Ayah kepada Kakak (Almaira), karena aku lahir ketika kakak berusia 7 tahun. Namun dari apa yang aku alami, semenjak aku dapat mengerti permasalahan, ya kira-kira umur 13 tahun, aku bisa mendapatkan gambaran perilaku Ayah, terhadap kakak.
Mungin aku mulai mengisahkan kakak dimana ia sangat dimanja oleh Ayah. Diawali disaat ia mulai masuk SMA, aku merasakan ada perbandingan antara aku dan kakak. Dimana Ayah selalu terkesan berpihak kepada kakak. Apapun yang diinginkan kakak, susah payah Ayah berusaha untuk mewujudkannya. Ya, berbeda dengan aku, apa yang aku minta selalu disangkal oleh Ayah, dengan dalih aku belum memerlukan barang yang aku inginkan.
Sejauh itu aku belum merasakan apa yang akan berdampak pada psikologis kakak, karena aku masih nerima aja. Lama-kelamaan Ayah makin kurang terkontrol dalam memenuhi semua permintaan kakak. Apapun yang kakak inginkan, selalu diusahakan oleh Ayah, mulai dari istilahnya hutang hingga bekerja keras tak kenal lelah demi memenuhi kebutuhan dan keinginan Almaira seorang, dan aku? Tak dianggap.
Berawal dari sikap Ayah yang manut dan jor joran kepada kakak mengakibatkan sikap kakak sangat manja dan hedonis. Oiya gak kerasa kakak udah beres SMA, lanjut kuliah, walau di Univ Swasta dia terlihat tidak berat hati meski awalnya sulit menerima. Akhirnya dia melewati fase menjadi seorang yang intelek, dan bekerja di sebuah bank BUMN. Lagi-lagi, bukannya mandiri, kakak malah makin menjadi-jadi.
Ayah dengan kondisi sudah mulai menua ditambah ambisi nya untuk membangun rumah kami yang awalnya tidak terlalu layak dihuni terus diganggu oleh sikap akak yang kekanak-kanakkan. Akhirnya, Ayah selalu membagi kepentingan pribadi nya hanya untuk sekedar membahagiakan kakak, ya anak emasnya. Namun, akibat dari sifat itu kakak yang seorang kaum intelek malah terlihat bagai anak kecil yang masih mencari jatidiri.
Dengan posisi kakak di kantor yang masih rentan dengan segelimet kekisruhan seorang teller membuat Ayah kerap kali nombok kesalahan kakak, dan Ayah dengan sifat baik nya membiarkan kakak untuk tidak mengganti kerugian akibat ulah Almaira yang kurang teliti. Selan itu, kakak sering dimarahi, namun membandel dengan melawan perkataan Ayah. Ujung dari semua kekesalan meledak disaat kakak memutuskan untuk menikah.
Aku lupa, saat itu aku kelas berapa yang pasti masih duduk dibangku SMA, dengan sikap legowo nerima perlakuan Ayah yang kurang adil menempatkan prbadi ku pada posisi yang in between, berusaha diantara, dan itu memulai awal dari sikap ku untuk belajar kehidupan dari alam dan kitab-kitab kuno dirumah.
Semua orang bingung mengurusi pesta pernikahan kakak. Karena kakak memilih calon suami nya yang seorang anak purnawirawan TNI yang berpangkat besar, namun telah ditinggal meninggal kedua orang tuanya. Dan sialnya, calon suami kakak ini sifat nya sama dengan kakak….ya dimanja daengan dicekoki semua keinginan mereka yang pasti cepat atau lambat terpenuhi.
Entah cobaan hidup bagi Ayah, entah sebuah anugerah bagi mereka berdua yang menjalin kasih hanya karena dasar suka sama suka. Saya sebagai anak kecil pada waktu itu hanya bisa mengamati dan tidak dapat mengomentari sepatah katapun, karena takut kena omelan Ayah yang durasinya bisa 9sks perkuliahan bahkan lebih, hahaha. Dari situlah kejengkelan mulai aku tuangkan lewat tulisan.
Ayah, mengapa engkau terlalu mengagungkan kakak? Itu selalu terpikir olehku disaat aku meminta suatu hal yang mungkin dianggap sepele, namun tidak dipenuhi. Namun, berkat didikan Ayah yang seperti itu membuat aku terpacu untuk mencari alternatif lain untuk mendapat uang, dan memenuhi kebutuhan tanpa meminta kepada orang tua. Sejak itu aku menjadi lebih prihatin, bersika antisipasi, simpati dan mengerti keadaan yang sedang menimpa orang tua, ya walalu tetap jengkel, ehehe.
Kembali ke perkawinan. Akhirnya Ayah juga keluarga mempelai pria telah menyetujui tanggal pernikahan, dan segala sesuatu akhirnya dihandle oleh Ayah,dengan bantuan uang dari mempelai pria kurang lebih tiga juta rupiah dari total keseluruhan biaya pernikahan yang mencapai angka ratusan juta, sangat tidak manusiawi bukan?
Hari demi hari telah dilalui oleh mereka (kakak dan suami) dalam  menjalankan kehidupan berumahtangga. Cukup menjadi pertanyaan bagi saya, mengapa suami kakak belum bekerja tetap, sedangkan mereka telah menikah? Itu selalu terpikir oleh saya, namun apa daya, aku hanya bisa memikirkannya sendirian dan kucurahkan lewat tulisan-tulisan kecil, dan akhirnya ini kesempatanku untuk menceritakannya di ms word ini.
Puncak dari kekesalan Ayah kepada kakak adalah, ketika kakak datang kerumah, di usia perkawinannya yang kedua tahun, hampir masuk tiga tahun. Aku yang maih gak ngeh ada apa ini. Hingga setelah seminggu dirumah aku baru sadar kalo kakak sedang in trouble dengan suaminya. Lama kelamaan, suasana makin absurd dan aneh, dan akhirnya aku mendengar bahwa kakak ingin bercerai dari suami nya karena permasalahan yang sulit diurai.
Dari apa yang aku dengar dari Ayah juga Kakak, dapat aku simpulkan bahwa:
1.      Kakak belum siap menikah dengan orang yang hanya dia cintai, tanpa modal pekerjaan untuk menafkahi perkawinan mereka.
2.   Ayah, sebagai penentu pernikahan, terlihat manut (nurut) dengan apa yang kakak katakan, tanpa berpikir panjang kedepan.
3.   Ayah, terlalu memanjakan kakak, yang menyebabkan kakak bersikap layaknya anak kecil yang terus menerus harus disuapi
4.      Tidak adanya kesadaran moral serta materil dari suami kakak
5.      Aku? Terlalu tolol untuk selalu diam. Karena menggambil prinsip Diam itu Emas

Semua poin diatas mungkin hanya sedikit yang aku tulis, karena sisanya mungkin sebuah aib. Tidak seharusnya aku beritahu kepada orang lain diluar keluarga. Namun yang saya sayangkan adalah, sikap kakak yang terkesan tida dewasa, dan tidak pernah belajar dari kisah masa lalu sang suami, atau apa yang terjadi di saat mereka berpacaran selama dua tahun. Are she stupid? Or megastupi? I don’t know, only her and God can explain it
Selain itu hal yang dapat diambil nilai dari kisah yang aku ceritakan ini adalah, jangan sesekali memanjakan diri, dikala orang tua kita masih mampu untuk menyokong hidup kita. Jangan juga kita terlalu bergantung pada nasib tanpa adanya usaha. Hidup di dunia ini perlu usaha serta pembelajaran dari kisah-kisah hidup baik pribadi atau orang lain.
Janganlah kita memaksakan kehendak. Jangan pula memaksakan keinginan yang awalnya terbendung restu dengan sekedar predikat cinta dan apalah itu. Berpikirlah realistis, jangan terlalu utopis. Namun berimajinasi lah dalam berkreasi, untuk memunculkan kepribadian yang baik bagi kehidupan kita di dunia.
Faktor yang mendindikasi kakak orang yang belum bertanggung jawab itu banyak. Almaira terlalu senang dengan ego, tak mau kalah. Merasa dirinya adalah benar, fasis dan gengsi untuk mengakui kesalahan dimasa lalu.
Semoga dengan coretan di ms word ini, dapat menjadikan aku Toby secara pribadi menjadi manusia yang lebih berhati-ahti. Juga teman-teman yang kebetulan membaca tulisanku ini. Bukan menjelekkan, tapi ini bentuk kekesalanku terhadap kakak. Dan semoga dpat diambil sisi positif dari cerita saya ini. Terimakasih, toby.
Selesai

Oke…itu tadi cerita seorang Almaira yang amat sangat manja. Dan ditambah Ayah nya yang selalu memenuhi permintaan Almaira. Toby sang adik, dengan segala kemampuannya dalam belajar dan berpikir, berusaha menempatkan dirinya supaya tidak ikut-ikutan terperosok kedalam kemanjaan sang kakak. Mungkin ini cerita yang bisa saya sampaikan kepada teman-teman. Tulisan ini hanya sekedar gambaran, bahwa manja dan tidak bertanggungjawab serta peran orang tua yang jor-jor an, adalah awal dari kepribadian anak yang kurang disiplin, dan tidak dapat memecahkan problematika kehidupannya. Terimakasih, tabik!