Sejak Februari 1961, Freemason dilarang di Indonesia melalui Lembaran Negara bernomor 18/1961. Tanggal 23 mei 2000, Presiden Indonesia saat itu mencabut Keppres tersebut. Sejak itulah keberadaan Freemason resmi dan sah kembali. Loji-loji freemason ternama di Nusantara tersebar di hampir semua wilayah di Indonesia seperti Aceh, Medan, Palembang, Surabaya dan lainnya.
Dalam keanggotaan, Freemasonry tdk mempersoalkan agama calon anggota, Bahkan calon anggota disumpah sesuai dengan agama yang dianutnya. "Bahkan orang yang telah lama terjun ke dalam organisasi itu juga tidak bisa mengetahui secara pasti". Dalam buku yang ditulis oleh seorang Mason, Dr. Th Stevens, keterlibatan beberapa elit nasional dalam gerakan Freemason diungkap.
Buku tersebut terbilang lengkap dari segi data dan fakta, Tareka mason bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962. Melihat masuknya Freemason di Batavia sejak tahun 1761,"Sangat tidak mungkin jika Freemason tdk memberikan pengaruh yang kuat di negeri ini".
RADJIMAN WEDIODININGRAT
Radjiman Wediodiningrat, satu-satunya tokoh pribumi yang artikelnya dimuat dalam buku yang menjadi pegangan freemason seluruh Hindia Belanda. Radjiman bergabung dengan Freemason pada tahun 1913, menulis sebuah artikel berjudul "Een Broderketen Der Volken" ( persaudaraan rakyat ). Tentu, jika bukan bagian dari orang-orang penting dalam Freemason. Tulisan Radjiman tak mungkin dimasukkan dalam buku tersebut. Salah satu The Founding Fathers negeri ini,Tokoh yang pernah memimpin jalannya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dalam catatan sejarah, persidangan yang dipimpin Radjiman ini tercatat sebagai awal dari lahirnya dasar negara Indonesia, Pancasila.
PAKU ALAM V - VII
Paku Alam V - VII, adalah anggota freemason yang cukup disegani dikalangan Mason Eropa. Dikarenakan pengaruh dan perannya di daerah Jawa. Ketika Paku Alam VII meninggal dunia pada tahun 1937, pemakamannya dihadiri tokoh-tokoh Freemasonry & Rotary Club Hindia Belanda. Media massa menyebut Paku Alam VII sebagai toko Ordo Vrijmetseril yang berjasa dan disegani dikalangan Vrijmetselaar pada berita kematiannya.
Perkenalan & perekrutan Freemason dikalangan pribumi disampaikan melalui tulisan, baik dalam bahasa Belanda maupun bahasa Jawa. Pemimpin tertinggi Freemasonry Hindia Belanda 1914-1917, G. Andre de la Porte. Membuat artikel "kebangkitan Jawa dalam Gerak Freemason". Banyak hal menarik jika menelusuri dokumen lama Freemason di Hindia Belanda, terdapat istilah "Golongan kemasonan / Gerakan Kemasonan". Istilah tersebut digunakan oleh masyarakat Jawa pada masa lalu untuk menyebut Freemasonry atau Vrijmetselarij.
Golongan Kemasonan alias Freemasonry bagi orang Jawa adalah aliran spiritual yang mempraktikan kebatinan. Sebagian lagi menyebutnya sebagai ideologi pencerahan yang mengusung kebebasan,persamaan & persaudaraan tanpa memandang ras,golongan & agama. Orang-orang pribumi yang bergabung dengan Freemason adalah mereka yang memperoleh pendidikan di Eropa, khususnya Belanda. Manly Palmer Hall, seorang Mason tingkat 33. Menyebut organisasi ini "Sekelompok nampak terlihat, Sekelompok lain bergerak tak terlihat".
Banyaknya peninggalan dan tradisi kuno di Jawa memiliki daya pikat tersendiri bagi para Mason Eropa. Mereka menyebut-nya The Ancient Wisdom. Sedangkan "Mason Melayu" sekarang menyebutnya sebagai "Kearifan lokal masa lalu". Tak heran jika pada masa lalu banyak Mason Eropa yang meneliti , mempelajari & menguasai budaya dan tradisi Jawa kuno, Kebanyakan dari priyai Jawa yang bergabung dgn Freemason adalah mereka yang lekat dengan kebatinan , mistisisme & okultisme.
Sebuah ajaran dan tradisi yang menginduk pada tradisi kuno Kabbalah, yang juga menjadi dasar kepercayaan Freemason. Kesamaan dasar pandangan & pemahaman inilah yang membuar Freemason dgn mudahnya tersebar dikalangan Elite Jawa dan ke seluruh Nusantara. Tak heran jika pulau Jawa pada 1880-an sudah memikat tokoh-tokoh Mason dunia untuk melakukan kunjungan penelitian & menyebarkan gagasan mereka. Tercatat nama-nama besar seperti Helena Petrovna Blavatsky ( pendiri Theosofi ) & Charles Webster Leadbeater ( Hidden life in Freemasonry ). Keduanya adalah Mason dunia yang memiliki pengaruh dalam penyebaran gagasan Freemason & Theosofi. Leadbeater bahkan sampai menulis buku khusus hasil penelitiannya selama di pulau jawa yang berjudul "The Occult History Of Java".
Zaman dahulu di Jawa juga ada penyembahan-penyambahan setan dan ritual pengorbanan, Mereka sudah mengenal "tumbal" sebagai penolak kejahatan. Mereka yang bergabung dgn Freemason umumnya adalah Priyai & Elit kekuasaan di Jawa yang menjain hubungan dengan pemerintah colonial. Para kerurunan elit Keraton di Jawa banyak yang mendapatkan Privillage khusus dari hubungan tersebut, terutama ( pendidikan di Belanda ).
Keluarga mereka mendapat beasiswa untuk studi ke negeri Belanda dan tinggal bersama para pengasuhnya yang juga orang Belanda. Elit yg menjalin hubungan itu adalah mrk yg berasal dari keluarga Pakualaman. Salah satu wilayah kesultanan Yogyakarta yg dipimpin.
(sumber : timeline AYEdenim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar