#INTRO
Suasana
UTS (Ujian Tengah Semester) yang menegangkan bagai sedang berada ditengah hutan
yang gelap gulita yang dipenuhi hewan-hewan buas baru saja berakhir, dan saya
pun dapat menghela nafas dengan santai, bagaikan merokok dipagi hari yang cerah
ditemani secangkir kapal api. Sesaat suasana damai, tentram dan santai saya
rasakan, tiba-tiba saja segerombolan manusia yang mengatasnamakan diri mereka
Tim Evaluasi datang dan masuk kedalam ruangan perkuliahan. Mereka memberi
instruksi untuk kegiatan Himpunan perihal Kaderisasi, setelah selesai mereka
memulai memanggil para Mahasiswa Baru, peserta kaderisasi yang datang terlambat
dalam acara kaderisasi sabtu siang lalu. Satu per satu dari kmai yang terlambat
maju ke depan kelas memenuhi permintaan para TE. Posisi saya pada saat itu
mungkin sedang dilanda kesialan, godamnshit pasti saya kena semprot gegara
telat. Karena memang hanya saya, satu-satunya MaBa yang terlambat datang hingga
duabelas jam. Ironis memang seseorang yang sedang ditempa untuk menjadi
individu yang baik malah menghiraukan perintah Kakak Senior.
Di
depan kelas yang kira-kira berukuran 5x7m itu saya berdiri sendirian, seperti
seorang yang akan dihukum cambuk karena melakukan tindak kekerasan disebuah
keramaian. Mulailah saya ditanya-tanya, seperti semacam penjahat federal yang
di introgasi didalam ruangan introgasi yang sangat menakutkan, namun berbeda
dengan seperti apa yang kita saksikan ditelevisi-televisi, saya di introgasi
dengan disaksikan sekitar empatpuluh enam pasang mata yang secara membelalak
keheranan ditambah segerombol masa yang mengatasnamakan dirinya TE. Mereka pun
dengan sigap memulai prosesi tanya kejamnya kepada saya.
“Dwi,
dari mana aja kamu? Bisa sampai telat datang, dan telatnya luar biasa lagi.”
“Saya
nyablon, Kak. Kerjaan lagi hectic pisan.”
“Nyablon
apa?” potong seorang TE
“Nyablon
kaos.” awab saya tenang
“Kirain
nyablon muka.” cibir seorang TE santai
Ah
shit! Ini hari sial buat saya, seorang anak culun dengan titel MaBa dan sialnya
kenapa saya harus berhadapan dengan manusia-manusia ini? Sudahlan, mungkin ini
peringatan dari Tuhan karena saya lalai. Setelah itu saya pun terus dihujani
pertanyaan-pertanyaan perihal keterlambatan saya yang menyentuh angka 12 jam, that’s really cool, man! Acara tersebut
sebenarnya dimulai pukul 11. 40 pagi, dan saya dengan seenaknya datang pukul
11.50 malam mungkin, dalam keadaan setengah seneng, setengah capel dan setengah
kebingungan, ngapain dateng kesini yak? Disitu saya terus disudutkan, ditanya
tentang keseriusan mengikuti agenda kaderisasi, mau lanjut apa gak, ya semacam
itu.
Jujur,
selama ini saya memang dikaruniai rasa malas yang sangat mahadahsyat oleh Tuhan
untuk mengikuti kegiatan-kegiatan apapun yang tidak saya sukai. Ya, gimana sih
kalo kerja tapi bukan passion lo?
Setengah ikhlas jadinya. TE pun kembali menyodorkan serangkaian pertanyaan, dan
bunyi yang asik seperti ini.
“Kamu
maunya dapet hukuman apa? Kamu udah luar biasa sekali pelanggarannya.”
“Apa
aja saya siap.”
“Hebat
ya, siap dikasih hukuman apa aja.”
“Yakin?
Yaudah temen-temen dikelas ini, maunya Dwi dikasih hukuman apa?”
Salah
seorang teman saya mengangkat tangan dan berkata
“Review
aja, soalnya dia kan gak
mengikuti pematerian kemarin. Jadi dikasih tugas review tentang persidangan
aja.”
“Gimana
yang lain? Setuju hukumannya itu?”
“Iya
setuju.”
Beberapa
saat kemudian TE mengelontorkan kembali hukuman, menyarankan hukuman fisik. Ah
Gat! You must be kidding me. Tanpa
ragu saya pun meng iya kan
hukuman itu, karena memang saya sedang menjadi orang yang bersalah disini. Saya
nerima hukuman fisik bukan berarti sok kuat, sok HULK atau ngeremehin TE, tapi
ya emang salah, ya tanggung jawab, ya gak? Hahaha. Ibarat kata “Situ Jual, Gua
Beli dah, mau gua beli berapa? Borong abis juga siap!” bukan berarti songong
atau ngeremehin ya. Emang saya salah, salah bangeeeet. Dalam hidup saya
berprinsip bahwa kita idup di jaman yang udah gila, chaos kalo kata anak-anak punk mah, hahaha. Jadi kita harus
menegakkan Hukum Rimba dan Seleksi Alam. Kalau situ lemah, yaudah kelaut aja,
nyerahin diri ke PAUS, atau gantung diri aja deh di MONAS. Soalnya anak-anak
jaman sekarang itu berani dikala bergerombol, coba kalo Face to Face, dijamin kebelet kencing dah tuh, gak ada
berani-berani sedikit pun.
Akhirnya,
hukuman sudah diputuskan oleh sang maharaja TE, bahwa saaya harus me-review
persidangan dan akan dipertanggungjawabkan dikegiatan berikutnya. Ah shit! Saya
belum bisa berlega hati, karena saya tetep kena hukuman fisik yang udah saya
iya kan tadi. Dan bibir saya pun
melengkung senang ketika hukumannya hanya sekedar push up sebanyak sepuluh
kali, heloooo ini mah kebiasaan tiap pagi. Hukuman telah saya jalani dan saya
pun diperkenankan duduk kembali. Dengan wajah setengah iblis saya lontarkan kata
terimakasih kepada para TE dan kembali duduk di bangku dimana saya dapat
merileksasikan otot-otot yang kejang dan nafsu pembinasaan yang meredam.
Dari pengantar
di atas, sebuah intro lah kalo main musik mah, jeng jeng di awal yang kadang,
naon sih? Hahaha. Saya akan emberikan penjelasan dibagian kedua ini.
Menjelaskan dasar penjelasan mengapa saya terlambat. Terkhusus tulisan ini
dibuat untuk mencurahkan semua yang ada di otak saya. Saya gak suka
marah-marah, atau apapun dengan berbicara, kalo niat langsung sikat, john! Nah
karena itu saya lebih suka menuliskan kejadian absurd, seru atau memalukan
seeperti ini disini, ya tempat dimana tulisan-tulisan saya di pamerin,
disombongin. Hahahaha
Mengapa
saya melakukan kesalahan? Saya memang mendedikasikan diri untuk hidup Merdeka,
istilah bule nya “No Rules” karena pada dasarnya, manusia itu memiliki hak
individu nya yang memang harus merdeka. Seringai aja ngerti kok, coba aja
denger lagu Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan) Individu Merdeka! Udah itu aja.
Nah makanya kenapa saya telat, karena mungkin saya juga dilanda rasa malas yang
membahana di dalam diri saya pada hari itu dan memang ada faktor pendukung lain
yang menyebabkan saya terlambat datang.
Sedikit
bercerita, saya ini anak laki-laki yang dilahirkan dari sebuah keluarga kecil
yang hangat yang dikepala keluargai oleh seorang Aparatur negara. Walaupun ayah
saya seorang TNI, saya mengakui bahwa saya ini anaknya gak disiplin, urakan
lah, Rock ‘n Roll kata Papah Lemmy
juga. Selain itu saya juga berinteraksi dengan orang-orang yang memang tidak
mau hidup dibawah sebuah sistem atau aturan. Saya dengan bangga cinta sama Indonesia,
tapi saya gak suka sistemnya, gak suka sama antek-antek penjahat bertopeng emas
yang hinggap semaunya itu. Sistem negara ini udah terjangkit impotensi, abstrak
dan bias. Dari SMA, saya udah gak pernah mematuhi peraturan sekolah. Kayak
rambut harus rapih, celana harus extra gobrang kayak penyanyi-penyanyi Hip Hop di New
York, sepatu warna item dan masuk jam 06.45 pagi.
Semuanya udah gak pernah saya patuhi, sumpah deh. Temen-temen SMA mungkin
saksi-saksi hidup yang suka ngingetin tapi gak pernah saya denger. Hahaha dasar
bajingan. Atas dasar itu, saya berfikir kalau saya ini inhibitor buat anak-anak
angkatan 2013.
Jujur
aja, namanya juga pengakuan. Saya ini peserta kaderisasi yang gak pernah
mematuhi peraturan MOU yang disetujui pada awal kaderisasi akan dimulai, tapi
ya saya kan lagi pake topeng
disini, lagi pake topeng badut, yang lucu tapi bisa juga menakutkan. Selama ini
tanda pengenal yang ditempet di dada itu hanya saya pakai ketika evaluasi masuk
atau ada agenda ketemu senior, selepasnya saya gak pake itu name tag. Topeng
badut saya buka kalau gak ada senior, dan saya pake lagi ketika mereka gak ada.
Kaos kaki, saya jarang pake warna putih,
soalnya saya orangnya teledor, jadi cepet kotor dah tuh. Urusan celana
sayur kemeja dan sepatu itu mah ketara banget, jadi saya patuhin deh. Sisanya?
Banyak, tapi saya bocorin segitu aja ah, saya menjunjung budaya Omerta
sebenarnya.
Kembali
ke temen-temen yang lucu-lucu di angkatan saya. Saya sempat ingin netesin air
mata, air mata asli ya bukan buaya, ketika mereka masih kasih dukungan buat
saya yang melemah ini. Mereka pengen saya lulus juga, tapi saya nya gak tau
diuntung gitu-gitu aja, gak ada perkembangan ke arah yang lebih baik. Saya
selalu menanamkan prinsip ini dalem pertemanan “Ketika saya menerima seseorang
menjadi sahabat, maka saya akan berbuat baik kepada dia. Saya tidak akan
membohongi atau mengkhianati orang yang sudah kuterima sebagai sahabat.” Keren
gak tuh? Hahaha. Karena itu saya akan berusaha menjaga persahabatan supaya gak
putus, gak ada gap atau pembatas buat bersilaturahmi. Makanya saya suka pengen
ngundurin diri kalau udah salah terus kudu dihukum seangkatan.
Lalu,
bagaimana dengan TE yang sudah mempermalukan saya sore hari tadi? Apakah saya
akan membalas dendam atau sebagainya? Itu semua cuman akan menjadi tanda tanya
besar karena saya menjunjung tinggi budaya tutup mulut bangsa sisilia, Omerta.
Saya jadi inget perkataan seorang Don dia berkata, “Di dunia ini akan ada saat
ketika orang yang paling rendah, kalau mau membuka mata terus, bisa membalas
denda pada orang yang paling berkuasa.”
Oke,
sejauh ini saya menikmati peran saya sebagai seorang badut dengan topeng badut,
namun semenjak kejasian sore tadi, saya beranggapan kalau topeng ini harus
dilepas. Tatakrama dan sopan santun yang usang dan membusuk itu emang udah
harus diilangin, bro. Kejujuran? Bicara soal kejujuran, menurut saya sih gak
ada di dunia yang sudah renta yang diisi dengan dinamika dan berbagai macam
persoalan yang akan merujuk pada Deadlock.
Kejujuran atas dasar hati nurani itu mah gak ada,semua orang akan berperan pada
saat dia ingin memerankannya atau kondisi yang memaksa dia melakukan suatu
alibi, ya karena gak ada orang jujur, silahkan renugkan deh.
Latar
belakang saya terlambat juga emang karena ada pekerjaan yang superduper hectic,
ngerjain barang yang banyak dan dikirim ke pulau dewata di esok hari, karena
sedang ada permasalahan didalam kantor. Sebenarnya saya sudah menyelesaikan
sablonan itu jam delapan lebih lah, tapi saya dapet invitation dari sebuah
produk rokok sebut saja **rum Sup** untuk menghadiri konser The SIGIT karena
mereka sponsor konser tersebut. Merek ini juga udah mensupport saya dan band
kecil saya SLAYS (@SLAYSUCKS) sejak lama. Karena itu saya tidak menyia-nyiakan
pemberian tiket gratis ini untuk datang ke konser Detournement milik The SIGIT
yang diolah oleh 3HUNDRED dan FFWD Records di The Venue, Eldorado. Untuk itu
saya sempatkan datang ke konser itu sebelum akhirnya saya menghadiri acara
kaderisasi di kampus saya, yang letaknnya memang tidak jauh dari lokasi konser.
Namun kesialan memang sedang melanda saya pada hari ini.
#OUTRO
Mungkin
itu tadi pemaparan saya mengenai cerita saya, keterlambatan saya dan dasar saya
menuliskan tulisan ini. Saya hanya dapat menngucapkan kata maaf yang
benar-benar tulus dari hati saya untuk teman-teman yang sudah mengikuti
kaderisasi selama duapuluh tiga jam, sedangkan saya hanya delapan jam. Untuk TE,
janganlah sesekali membangunkan Harimau yang sedang tertidur pulas. Itulah tadi
catatan pengakuan dosa saya, semoga Bapak Negara di alam sanaa, yang
menyaksikan kehidupan alam ini melalui perangkat parabola dapat memaklumi
kelalaian dan kesalahan dari diri saya. Ini benar-benar kesalahan saya dan ini
memang utuh apa adanya diri saya, yang dengan terpaksa harus hidup[ di jaman
Kali Yuga. Semoga tidak ada yang tersakiti karena tulisan saya ini.
Salam Damai, Salam Sejahtera.
Vaya con dios.
Dwi Nur Akbar W,
seorang Buruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar