Gelap dan Terang…Ini Hidupku (Kisah Anak Perempuan yang dimanja Ayah)
Setelah sekian lama, akhirnya saya
kembali untuk menyuguhkan sebuah cerita santay yang akan menceritakan sebuah
keluarga kecil yang bermukim di perkotaan yang sumpek dengan aktivitas perkantoran
yang tak ada hentinya . Kali ini saya akan mengisahkan seorang anak perempuan
bernama Almaira. Seorang anak yang selalu dimanja oleh Ayahnya, hingga suatu
ketka ia mendapat sebuah masalah yang cukup rumit dalam hidupnya. Cerita ini
akan digambarkan lewat penuturan adiknya, Toby yang dengan tidak sengaja selalu
mengetahui duduk permaalahan Almaira. Dan cerita pun dimulai….
Gelap dan Terang…Ini Hidupku (Cerita tentang Almaira)
Halo, namaku Toby. Aku akan menceritakan kisah kakak ku yang aku rasa
cukup baik untuk dijadikan pelajaran bagi diriku pribadi, dan juga orang lain.
Maka, aku mencoba menuliskan cerita ini disini, ya di akun pribadiku…sebuah
perangkat lunak produksi Microsoft. Kutulis disini apa yang aku tahu, lihat dan
dengar, semata-mata untuk menjadi pacuan serta arahan untuk hidupku yang lebih
baik.
Aku memang tidak ingat disaat kecil bagaimana perlakuan Ayah kepada Kakak
(Almaira), karena aku lahir ketika kakak berusia 7 tahun. Namun dari apa yang
aku alami, semenjak aku dapat mengerti permasalahan, ya kira-kira umur 13
tahun, aku bisa mendapatkan gambaran perilaku Ayah, terhadap kakak.
Mungin aku mulai mengisahkan kakak dimana ia sangat dimanja oleh Ayah.
Diawali disaat ia mulai masuk SMA, aku merasakan ada perbandingan antara aku
dan kakak. Dimana Ayah selalu terkesan berpihak kepada kakak. Apapun yang
diinginkan kakak, susah payah Ayah berusaha untuk mewujudkannya. Ya, berbeda
dengan aku, apa yang aku minta selalu disangkal oleh Ayah, dengan dalih aku
belum memerlukan barang yang aku inginkan.
Sejauh itu aku belum merasakan apa yang akan berdampak pada psikologis
kakak, karena aku masih nerima aja. Lama-kelamaan Ayah makin kurang terkontrol
dalam memenuhi semua permintaan kakak. Apapun yang kakak inginkan, selalu
diusahakan oleh Ayah, mulai dari istilahnya hutang hingga bekerja keras tak
kenal lelah demi memenuhi kebutuhan dan keinginan Almaira seorang, dan aku? Tak
dianggap.
Berawal dari sikap Ayah yang manut dan jor joran kepada kakak
mengakibatkan sikap kakak sangat manja dan hedonis. Oiya gak kerasa kakak udah
beres SMA, lanjut kuliah, walau di Univ Swasta dia terlihat tidak berat hati
meski awalnya sulit menerima. Akhirnya dia melewati fase menjadi seorang yang
intelek, dan bekerja di sebuah bank BUMN. Lagi-lagi, bukannya mandiri, kakak
malah makin menjadi-jadi.
Ayah dengan kondisi sudah mulai menua ditambah ambisi nya untuk membangun
rumah kami yang awalnya tidak terlalu layak dihuni terus diganggu oleh sikap
akak yang kekanak-kanakkan. Akhirnya, Ayah selalu membagi kepentingan pribadi
nya hanya untuk sekedar membahagiakan kakak, ya anak emasnya. Namun, akibat
dari sifat itu kakak yang seorang kaum intelek malah terlihat bagai anak kecil
yang masih mencari jatidiri.
Dengan posisi kakak di kantor yang masih rentan dengan segelimet
kekisruhan seorang teller membuat Ayah kerap kali nombok kesalahan kakak, dan
Ayah dengan sifat baik nya membiarkan kakak untuk tidak mengganti kerugian
akibat ulah Almaira yang kurang teliti. Selan itu, kakak sering dimarahi, namun
membandel dengan melawan perkataan Ayah. Ujung dari semua kekesalan meledak
disaat kakak memutuskan untuk menikah.
Aku lupa, saat itu aku kelas berapa yang pasti masih duduk dibangku SMA,
dengan sikap legowo nerima perlakuan Ayah yang kurang adil menempatkan prbadi
ku pada posisi yang in between, berusaha diantara, dan itu memulai awal dari
sikap ku untuk belajar kehidupan dari alam dan kitab-kitab kuno dirumah.
Semua orang bingung mengurusi pesta pernikahan kakak. Karena kakak
memilih calon suami nya yang seorang anak purnawirawan TNI yang berpangkat
besar, namun telah ditinggal meninggal kedua orang tuanya. Dan sialnya, calon
suami kakak ini sifat nya sama dengan kakak….ya dimanja daengan dicekoki semua
keinginan mereka yang pasti cepat atau lambat terpenuhi.
Entah cobaan hidup bagi Ayah, entah sebuah anugerah bagi mereka berdua
yang menjalin kasih hanya karena dasar suka sama suka. Saya sebagai anak kecil
pada waktu itu hanya bisa mengamati dan tidak dapat mengomentari sepatah
katapun, karena takut kena omelan Ayah yang durasinya bisa 9sks perkuliahan
bahkan lebih, hahaha. Dari situlah kejengkelan mulai aku tuangkan lewat
tulisan.
Ayah, mengapa engkau terlalu mengagungkan kakak? Itu selalu terpikir
olehku disaat aku meminta suatu hal yang mungkin dianggap sepele, namun tidak
dipenuhi. Namun, berkat didikan Ayah yang seperti itu membuat aku terpacu untuk
mencari alternatif lain untuk mendapat uang, dan memenuhi kebutuhan tanpa
meminta kepada orang tua. Sejak itu aku menjadi lebih prihatin, bersika
antisipasi, simpati dan mengerti keadaan yang sedang menimpa orang tua, ya
walalu tetap jengkel, ehehe.
Kembali ke perkawinan. Akhirnya Ayah juga keluarga mempelai pria telah
menyetujui tanggal pernikahan, dan segala sesuatu akhirnya dihandle oleh
Ayah,dengan bantuan uang dari mempelai pria kurang lebih tiga juta rupiah dari
total keseluruhan biaya pernikahan yang mencapai angka ratusan juta, sangat
tidak manusiawi bukan?
Hari demi hari telah dilalui oleh mereka (kakak dan suami) dalam menjalankan kehidupan berumahtangga. Cukup
menjadi pertanyaan bagi saya, mengapa suami kakak belum bekerja tetap,
sedangkan mereka telah menikah? Itu selalu terpikir oleh saya, namun apa daya,
aku hanya bisa memikirkannya sendirian dan kucurahkan lewat tulisan-tulisan
kecil, dan akhirnya ini kesempatanku untuk menceritakannya di ms word ini.
Puncak dari kekesalan Ayah kepada kakak adalah, ketika kakak datang
kerumah, di usia perkawinannya yang kedua tahun, hampir masuk tiga tahun. Aku
yang maih gak ngeh ada apa ini. Hingga setelah seminggu dirumah aku baru sadar
kalo kakak sedang in trouble dengan suaminya. Lama kelamaan, suasana makin
absurd dan aneh, dan akhirnya aku mendengar bahwa kakak ingin bercerai dari
suami nya karena permasalahan yang sulit diurai.
Dari apa yang aku dengar dari Ayah juga Kakak, dapat aku simpulkan bahwa:
1.
Kakak belum siap menikah dengan orang yang hanya dia
cintai, tanpa modal pekerjaan untuk menafkahi perkawinan mereka.
2. Ayah, sebagai penentu pernikahan, terlihat manut
(nurut) dengan apa yang kakak katakan, tanpa berpikir panjang kedepan.
3. Ayah, terlalu memanjakan kakak, yang menyebabkan kakak
bersikap layaknya anak kecil yang terus menerus harus disuapi
4.
Tidak adanya kesadaran moral serta materil dari suami
kakak
5.
Aku? Terlalu tolol untuk selalu diam. Karena menggambil
prinsip Diam itu Emas
Semua poin diatas mungkin hanya sedikit yang aku tulis, karena sisanya
mungkin sebuah aib. Tidak seharusnya aku beritahu kepada orang lain diluar
keluarga. Namun yang saya sayangkan adalah, sikap kakak yang terkesan tida
dewasa, dan tidak pernah belajar dari kisah masa lalu sang suami, atau apa yang
terjadi di saat mereka berpacaran selama dua tahun. Are she stupid? Or
megastupi? I don’t know, only her and God can explain it
Selain itu hal yang dapat diambil nilai dari kisah yang aku ceritakan ini
adalah, jangan sesekali memanjakan diri, dikala orang tua kita masih mampu
untuk menyokong hidup kita. Jangan juga kita terlalu bergantung pada nasib
tanpa adanya usaha. Hidup di dunia ini perlu usaha serta pembelajaran dari
kisah-kisah hidup baik pribadi atau orang lain.
Janganlah kita memaksakan kehendak. Jangan pula memaksakan keinginan yang
awalnya terbendung restu dengan sekedar predikat cinta dan apalah itu.
Berpikirlah realistis, jangan terlalu utopis. Namun berimajinasi lah dalam
berkreasi, untuk memunculkan kepribadian yang baik bagi kehidupan kita di
dunia.
Faktor yang mendindikasi kakak orang yang belum bertanggung jawab itu
banyak. Almaira terlalu senang dengan ego, tak mau kalah. Merasa dirinya adalah
benar, fasis dan gengsi untuk mengakui kesalahan dimasa lalu.
Semoga dengan coretan di ms word ini, dapat menjadikan aku Toby secara
pribadi menjadi manusia yang lebih berhati-ahti. Juga teman-teman yang
kebetulan membaca tulisanku ini. Bukan menjelekkan, tapi ini bentuk kekesalanku
terhadap kakak. Dan semoga dpat diambil sisi positif dari cerita saya ini.
Terimakasih, toby.
Selesai
Oke…itu tadi cerita seorang Almaira yang amat sangat manja. Dan ditambah
Ayah nya yang selalu memenuhi permintaan Almaira. Toby sang adik, dengan segala
kemampuannya dalam belajar dan berpikir, berusaha menempatkan dirinya supaya
tidak ikut-ikutan terperosok kedalam kemanjaan sang kakak. Mungkin ini cerita
yang bisa saya sampaikan kepada teman-teman. Tulisan ini hanya sekedar
gambaran, bahwa manja dan tidak bertanggungjawab serta peran orang tua yang
jor-jor an, adalah awal dari kepribadian anak yang kurang disiplin, dan tidak
dapat memecahkan problematika kehidupannya. Terimakasih, tabik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar