Jumat, 17 Januari 2014
Hari ini
semangat membara didalam dada, tiba-tiba melesat tajam kepermukaan. Dimana
rencananya saya akan mengikuti kegiatan P2, (Pengabdian Pada Masyarakat) yang
diusung oleh HIMAS (Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah) Universitas
Pendidikan Indonesia.
Belum genap satu tahun saya tergabung dalam himpunan keren ini, saya sudah
mendapat kesempatan untuk mengamalkan syarat humanisme dan sosialisme, yakni
terjun langsung ke masyarakat untuk ambil andil dalam mencerdaskan bangsa, dan
memberikan energi positif kepada masyarakat.
Sebelumnya,
saya tidak terbesit sedikitpun untuk mengikuti kegiatan ini, ya mungkin memang
karena saya yang terkadang anti-sosial, namun sesungguhnya dan sejujurnya, saya
ini anti-fasis, lho apa coba? Hahaha. Bertempat di Gd PKM lt 1, saya dan
teman-teman HIMAS mulai dari kakak angkatan taun 2011 hingga angaktan kami 2013
berkumpul untuk melaksanakan upacara pemberangkatan, cieee berangkat, semoga
lain waktu kita berangkat Haji atau Umroh bareng-bareng, amiiin ya rabbal
alamiiin.
Dibuka
oleh sambutan dari dosen kebanggan, Bapak Ayi kamipun dibelaki sedikit ilmu,
bahwasanya kegiatan ini murni untuk pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat,
bukan masyarakat yang mengabdi untuk mahasiswa, haha. Oke, setelah sistematika
pelepasan selesai, kami langsung meluncur menuju tempat dimana kami akan
mengabdi, ya Kampung Citawa, Desa Tarumajaya, Kec. Kertasari, Kab Bandung.
Kami melaksanakan agenda pencerdasan dan pengabdian ini selama tiga hari,
terhitung sejak tanggal 17 januari hingga 19 januari 2014.
Berangkat
dari Kampus Bumi Siliwangi, UPI, Bandung.
Kami menerjang ramainya jalanan ibukota Jawa Barat, ya Bandung
kota kembang, sekarang mungkin jadi
Bandung kota
Taman, tetoooot, hahaha. Kami beramai-ramai menaiki Truk
dari Kesatuan Bekang, serasa tentara kami, hohoho.
Setibanya
kami di desa Citawa, adzan maghrib seraya menyambut kami yang kelelahan karena
perjalan sekitar tiga jam. Bayangin, tiga jam, berdempetan didalam truk dan itu
sesuatu banget, haha. Langsung saja tanpa banyak menunggu, kami langsung
menyiapkan segala sesuatunya untuk pengabdian kai di desa kelahiran pemandu
saya semasa OSPEK dulu, sebut saja ia Mas Rifky atau Kang Rifky atau Abang
Rifky, eh A Rifky juga boleh, kan
orang sunda, huehehe.
Kami pun
berberes ria. Seberesnya kami langsung diterjunkan ke masyarakat desa Citawa.
Dimana kami semua diberikan perjamuan atau ucapan selamat datang dari Tokoh
Masyarakat Desa Citawa, sayang penulis gak punya file-file foto selama disana,
jadi pembaca silahkan terawang saja bagaimana keseruan kami disana, hahaha
*ketawa rahwana*.
Seberes
perjamuan alias penerimaan, kami melaksanakan ibadah solat isya berjamaan dan diakhiri
dengan briefng untuk kegiatan esok di SDN Citawa 01. Masuklah kita disaat akan
menutup mata dan merileksasikan otot-otot yang muringkel (pagujut) ketika.di
truk, namun sayang kendala memang selalu ada. Apa kendalanya? Ada
segelintir oknum yang ganggu-ganggu waktu istirahat unyu kami, alhasil susah
deh buat bobo, hahaha.
Sabtu, 18
Januari 2014
Alhamdulillah,
saya masih diberi kesempatan tidur oleh Gusti Alloh. Karena hari ini, saya
musti mengajar Sejarah siswa-siswi kelas enam SDN Citawa 01. Ini pengalaman
pertama saya untuk mengajar, bro. Senga bener ya, laga-laganya anak kemaren
sore berani-beraninya ngajar, huehehehe.
Diawali dengan
teh manis yang kubeli di warung,
pengharapan hari ini adalah semangat, karena cuaca di desa ini sama
kayak suasana waktu lagi di ranu kumbolo, Semeru. Dinginnya, wuidiiiih gausah
ditanya, kayaknya 10derajat dimari, ehehe. Oke, kebiasaan saya yang orang Jawa
adalah, menikmati hari-hari dengan merokok, ups untuk adik-adik yang gak
sengaja buka tulisan ini, jangan ditiru ya perbuatan penulis, karena merokok
adalah budaya orang Jawa, dan lewat rokok, rokok ini telah menyumbang
sekurang-kurangnya 70 triliun untuk APBN, wuidih seger tuh uang, kalau itu duit
saya, saya belanjain buat beli mall yang entarnya saya jadiin Ruang Terbuka
Hijau, cieee sok asik nih penulis, hehehe.
Oke back to
the track, akhirnya saya pun mengajar nih ceritanya. Mengajar anak-anak SDN
Citawa 01 kelas VI. Ditemani oleh partner saya yang kece badai, Mas Ferdy
angkatan 2012. Kami diberi kesempatan untuk mengajarkan sosok Pak Karno,
Peristiwa Seputar [Proklamasi dan Makna warna bendera Merah Putih. Awalnya
anak-anak ini tegang, kenapa coba? Bukan karena melihat wjah saya dan Mas Ferdy
yang sangar bin lucu tapi mereka dicek golongan darah. Ya, diambil setetes
darahnya buat dicari identitas golongan darah mereka, hahaha. Mulia bukan kegiatan kami? Hehe udah ah
jangan gitu, entar disangka riya kan
berabe.
Berhubung saya
yang notabene seorang anak yang hidup urakan alias rokenrol, ya gaya
ngajar saya juga rokenrol dan kurang terarah. Yang penting mah siswa/I hepi dan
gak boring sama Kehadiran kaim berdua, hahaha. Pengalaman menarik adalah,
disaat saya melontarkan sesi tanya jawab, eh seorang siswi SD ini ada yang
nanya begini coba “Kak, umur kakak berapa?” duarrrrr, seketika langit cerah
berubah mendung dan guntur pu
datang menyambar, heloooow kamu masih kecil adik, kok nanya umur dan saya bukan
pedopil yah, hahaha.
Mengajar pun
berakhir, suatu pengalaman berharga bagi diri saya pribadi dan kami semua. Seberesnya
saya santai-santai sembari merokok di warung sekedar untuk minum the dan makan
bakso, tsaaaah sueger dah enak, beneran sumvah, gapercaya? Cobain deh, huehehe.
Tiba saatnya
kami untuk mengadakan pertandingan sepakbola melawan warga kampung citawa. Atmosfer
tiba-tiba berubah menjadi layaknya di Anfield Stadium disaat Liverpool menang
melawan Manchester United 1 – 0 pada tgl 1 September 2013 lalu lewat gol semata
wayang dari Daniel Sturridge, hehehe Maaf ya penulis sedikit rasis, hehe.
Pertandingan berlangsung menarik dan atraktif, walau harus dimenangkan oleh
masyarakat desa citawa dengan skor entah berapa. Dan pemenang berhak mendapat
seekor ayam, karena pertandingan ini diberi tajuk Hayam Cup alias Pertandingan
Piala Ayam, haha.
Pengalaman
hari ini sangatlah tak terbayar oleh saya pribadi. Pada malam harinya kami
bersama masyarakat kampung citawa, mengadakan nonton bareng film Merah Putih di
pelataran Masjid Kp Citawa. Antusiasme warga sangatlah mencengangkan dimana
barisan penonton tidak hanya diisi oleh anak-anak saja, namun ada remaja,
dewasa hingga lansia, priceless!
Kegiatan hari
kedua kami di desa citawa pun berkahir. Akhirnya tidur john, tidur, hahaha.
Namun seperti biasa, kebiasaan saya di sini, ya ngeteh sambil merokok, ditutup
dengan makan bakso. Karena pesan ayah saya sebelum saya pergi adalah “Wi, ini
Bapak kasih uang, siapa tau kamu disana ingin makan bakso.” Dan ternyata
firasat Bapak saya itu tidak meleset sedikitpun, kereeen.
Minggu, 19
Januari 2013
Tibalah kami
pada hari terkahir kegiatan P2M di desa citawa ini. Sedih juga sih awalnya,
dimana saya sudah merasakan kebersamaan dan kehangatan bakso diwarung, eh
maksudnya masyarakat desa citawa, ehehe. Kegiatan hari ini adalah perlombaan
bagi anak-anak, yaitu : Lomba mewarnai, permainan tradisional dan banyak deh
sedikit lupa saya, ehehe.
Diawali dengan
senam pagi, ya walaupun senamnya lebih kearah modern dance, tapi antusias warga
lagi-lagi unpredictable, men. Super kereeen warga akan kehadiran kami semua,
Semua Jempol saya angkat, ahahaha. Beres senam, langsung disambung permainan
buat warga, dimulai dari Balap Bakiak hingga Makan Kerupuk. Ditempat lain lomba
menggambar dan mewarnai pun dilaksanakan. Gak cuman itu, kita juga mengadakan
bakti sosial berupa bagi-bagi pakaian
layak pakai untuk warga, wow kereeen bukaaaan?
Akhirnya
tibalah kami diujung kebersamaan bersama mastarakat desa citawa. Sedih juga
nih, berasa kayak Drama Queen, man. Haha.. tapi ini memang sudah kodrat kita
untuk gak lama-lama disini. Udaranya dingin banget, saya aja tiga hari disana
gak mandi seharipun, ehehehe.
Sehabis sholat
Dhzuhur, kamipun bergegas makan siang dilanjut foto bersama, sebelum akhirnya
kembali pulang ke Bandung menaiki
Truk. Oh, maaan sakit-sakit lagi nih badan, hahaha. Tapi itu semua terbayar dengan
pengalaman yang gak akan bisa didapetin seumur hidup saya dan temen-temen nih
pasti.
Kayaknya
segitu deh, pengalaman dan cerita aneh yang bisa saya suguhin ke temen-temen,
semoga lain waktu kita bisa melakukan hal serupa lagi yah. Tanpa mengurangi rasa
hormat dan melupakan kelezatan bakso juga teh dan rokok di kampung Citawa, saya
Dwi mohon pamit undur diri. Sampai berjumpa di tulisan saya berikutnya. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar