AKU MEMILIH: ALASAN DASAR UNTUK MENGGUNAKAN HAK
PILIH DI PEMILU NEGERI DEMOKRASI INI
Saya pada
awalnya menolak untuk memilih, karena sebuah bentuk pemilihan yang adil belum
saya rasakan nampak di negeri ini. Aneh juga ketika negara lain sudah
terpikirkan untuk memikirkan negeri nya sepuluh tahun kedepan, bahkan lima
puluh tahun kedepan. Negeri ini masih memikirkan langkah-langkah kecil yang
sebenarnya tidak perlu banyak pikir. Kerusakan fungsional sistem di negeri ini
memang entah dari mana pangkalnya, namun bila melakukan asas tuduh seenak
jidat. Saya beranggapan bahwa permasalahan negeri berawal dari kebijakan
pemerintah pada masa lalu (kebijakan dalam segi positif) tidak dimunculkan
kembali. Kita masih ingat bagaimana seorang lulusan sebuah institut negeri di
bandung dengan gelar Insinyur nya dapat menyihir masyarakat negeri ini untuk
mendukungnya karena ia yang seorang agitator. Namun ingat, sepak terjang nya di
dunia politik negeri juga ada cacat nya, tapi apa? Namanya selalu di
agung-agung kan. Saya rasa ini sebuah model baru dari menyembah puing berhala
Raja Namrud.
Mungkin saya
masih terlalu dini untuk menuliskan hal-hal semacam ini. Ditambah masih
kurangnya ilmu dalam kesejarahan serta politik negeri ini dari waktu ke waktu.
Namun saya tekankan bahwa ini merupakan tulisan dari sudut pandang seorang
mahasiswa yang baru akan menjalani semester tiga di perkuliahan.
Kembali ke puing
berhala. Jelas bukan, ketika Presiden negeri ini memulai sepak terjangnya, akan
ada dua kemungkinan. Pertama ia berhasil membangun kekuatan negeri. Seperti
yang dilakukan Mao Zedong di Tiongkok atau Nabi Muhammad di Makkah. Perlu kita
ingat, bahwa dari kesekian kalinya saya melihat kinerja Presiden di negeri ini,
tidak semua dari mereka melulu baik bukan? Dari situ lah alasan mengapa saya
menulis tulisan ini. Saya tulis untuk memberikan pandangan mengenai apa yang
akan terjadi ketika anda memilih atau tidak memilih atau memilih untuk tidak
memilih, apa bedanya ya?
Tarik ingatan
kita ke zaman rezim orde baru. Pada masa ini, sebenarnya gak melulu salah lho.
Ada banyak kebijakan-kebijakan super yang ditetaskan dari kepemimpinan Bapak
Soeharto. Namun apa? Karena label haram telah menempel pada dirinya,
kebijakan-kebijakan mapan untuk membangun bangsa jadi dianggap haram juga. Seperti
GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) itu merupakan usaha kongkret dari
seorang pemimpin bangsa untuk merumuskan cita-cita bangsa yang tidak utopis.
Jadi bolehkan saya bilang konsep NKRI itu utopis? Karena dari Sabang sampai
Merauke tingkat kemungkinan untuk mempersatukannya itu sulit lho. Oke,
pandangan NKRI disini mungkin sikap nasionalisme, toleransi, anti-rasis, cinta
damai, dll. Itu semua bisa terjalin dan terjaga ketika tingkat pendidikan
negeri ini baik.
Pendidikan dapat
memperkenalkan bangsa ini mengenai nilai hidup, filosofi moral, nilai-nilai
luhur pancasila, dsb. Dari situlah saya merasa NKRI akan timbul dan nyata
ketika pendidikan dan pluralitas beragama mulai dapat diimplementasikan dalam
kehidupan bermasyarakat. Ada yang namanya BOS, oke itu bantuan operasinal.
Tetapi bagaimana dengan sekolah-sekolah di perkotaan? Dengan tingkat fasilitas
yang tidak sebanding dengan sekolah-sekolah di pinggiran. Contoh, sekolah di
daerah rumah saya. Yang disaat hujan besar datang, banjir selalu datang menghampiri.
Mungkin untuk kebijakan BOS ini dapat dikategorisasikan dalam beberapa jenis.
Atau sebenarnya sudah tetapi saya yang tidak tahu? Mohon beri tahu saya di
kolom komentar.
Berbicara kini,
dimana kita akan menghadapi yang namanya Pasar Bebas ASEAN. Omaygat, bisa gila
kita nanti kalo kalah saing sama negara tetangga. Ya, meski memang kita
membutuhkan calon Presiden yang tegas dan tidak lelet serta lambat seperti
Presiden yang sekarang. Tapi kita harus berpikir juga ketika kursi-kursi
menteri akan diduduki oleh siapa nantinya. Disini Menteri Perekonomian harus
orang yang faham betul bagaimana mengolah keadaan negara kita ini, kalau sampai
orang awam atau dapet duduk karena jatah, sudahlah ayo semua kita berkemas
merantau ke negara orang.
Jelas dari apa
yang akan kita hadapi di dunia antar negara di ASEAN sendiri saja sudah mulai
ngejelimet. Bagaimana persoalan dalam negeri yang belum terurai? Ya , ini
menjadi pekerjaan berlebih bagi Presiden terpilih nanti. Maka dari itu
kesadaran pemilih dalam PEMILU tanggal 9 Juni 2014 besok yang dibutuhkan.
Jangan berbicara memilih Presiden karena alasan ‘kayaknya dia cocok’, ‘enak
kalo Presiden nya A, gaji saya naik’, atau ekstrim nya ‘kalo Presiden nya dia,
konser musik khususnya Metal di Indonesia bakal banyak, dan ijin pasti mudah’.
Kita berbicara
Indonesia lima thaun kedepan. Seperti yang diperlihatkan oleh Presiden-presiden
sebelumnya. Kekuatan seorang pemimpin yang homo homini lupus itu muncul ketika ia
telah menempuh sepuluh tahun masa jabatannya sebagai pemimpin. Contoh, ketika
sudah sepuluh tahun, Pak Soekarno memutuskan untuk menjalankan Demokrasi
Terpimpin yang serakah lho. Ditambah juga rezim menyeramkan bagi aktivis, ya
rezim Pak Soeharto dimana pada akhirnya masyarakat dituntut jadi orang Sisilia.
Membudayakan omerta (tutup mulut) emangnya orang Indonesia kartel-kartel
narkotika dan mafia kayak film The Godfather?
Jangan lupa juga
urusan ketentraman negara. Masih mau ada penutupan tempat hiburan dengan cara
barbar? Indonesia itu menjunjung tinggi yang namanya kultur barbar ketimuran,
dimana hanya berani ketika berkoloni. Kalo satu lawan satu? Dijamin lari
terbirit-birit. Kita mau nunjukin apa kedunia? Otot? Yaudah aja jadi atlet
binaraga. Toh, atlet bangsa ini juga prestasinya gak bagus-bagus amat. Cumman
satu kan langkah kongkret untuk Indonesia yang disegani bangsa lain ya lewat
pendidikan dan ekonomi kreatif.
Coba ada berapa
banyak musisi, artis (pekerja seni bukan selebritis) para penggiat-penggiat
kreativitas lainnya? Banyak sekali anak muda Indonesia yang berbakat dan
berpotensi untuk memajukan negeri ini. Saya gak bisa menganalisa lewat segi
ekonomi atau politik. Saya cuman bisa analisa standar, saya bilang analisa
seenaknya. Kita punya anak muda keren-keren tapi apa? Mereka gak didukung oleh
infrastruktur yang mumpuni dari pemerintah.
Emang sih, kalo
nunggu dan mengaisngais kebaikan pemerintah sampe Nabi Isa turun dari langit
susah juga. Tetapi usaha dari anak muda yang membutuhkan kemerdekaan nya itu
terampas oleh kesewenang-wenangan birokrat negeri. Disaat para musisi ingin
mengadakan show sebagai media menyalurkan ekspresi diri, eh birokkrat dan
aparat malah menyulitkan proses administrasi. Begitu pula ketika menjamurnya
yang namanya geng motor, pungutan liar, dll. Itu sebenarnya merupakan sebuah
kritik nyata, atau ya sebuah usaha melawan negara serta bentuk perlawanan yang
dapat dilakukan oleh anak bangsa ini. Kita udah terlalu lama dibayang-bayangi
budaya omerta!
Negeri ini itu kayak sebuah stasiun televisi
yang gemar menayangkan film kolosal. Dimana adegan terbang ke langit lepas
diutamakan, namun tidak memmikirkan bagaimana cara memikat hati penontonnya. Ya
seperti itulah keadaan negeri kita sekarang. Gagasan-gagasan banyak dicurahkan
oleh kaum intelek, birokrat, cendekiawan, mahasiswa hingga pelajar. Namun apa?
Ya gak ada tindak lanjut dari apa yang diutarakan, membosankan lama-lama.
Bagian ini
mungkin sebuah akhir dari penulisan analisa sebisanya saya ini. Ya karena
memang saya bukan seorang yang paham politik, ngerti ekonomi dan ahli dalam
usaha mensejahterakan manusia. Saya Cuma hobi nanya-nanya aja. Nanya kenapa
harus ada negara ketika orang-orang sebenarnya tidak menghendaki adanya negara?
Mengapa? Semoga ada yang bersedia menjelaskannya kepada saya.
Untuk hal-hal
lain yang saya krusial untuk Indonesia kedepan adalah perihal intoleran
terhadap keyakinan. Jelas sila pertama pancasila melindungi semua umat
beragama, dan berkeyakinan. Kan Ketuhanan yang Maha Esa. Mau tuhan Alloh,
Allah, Tian, Sang Hyang Widhi, dll. Semua kan hanya perbedaan secara semiotis
dalam lingua orang-orang. Bukan soal keabsolutan, karena semua merujuk kepada
satu Logos.
Hal ini membuat
saya berpikir bahwa presiden mendatang harus orang yang bisa mengamankan
keadaan organisasi-organisasi, perkumpulan-perkumpulan atas nama agama yang
radikal dan barbar. Kebayang dong ketika aku punya anak nanti, aku ajarin
agama, tapi kata anakku “ngapain aku beragama, yah. Orang yang beragama aja gak
cinta sesama makhluk, mereka saling caci mencaci, bahkan bunuh membunuh,
padahal beragama.’ Mau jawab apa kita? Simple, OMERTA, hahaha.
Intinya, pilih
lah presiden tanggal 9 nanti yang benar-benar mendengar jeritan kaum bawah,
kaum-kaum tertindas. Kalo milih presiden yang pro sama pengusaha mah ngapain?
Emang perusahaan minyak dan tambang emas bakal bikin semua orang di Indonesia
bisa makan sekali tiga kali? Apa bisa bikin anak-anak dari sabang sampai
merauke sekolah sampe dapet gelar S2 secara merata? Gak, kan. Ya jadi jangan
muluk-muluk, deh. Pilih presiden yang enak buat diajak diskusi bareng, dan memberi
kesempatan masyarakat menghakimi kinerja nya.
Segitu dulu deh
analisa sebisanya dari saya. Kurang lebih nya saya mohon maaf, apabila ada
perkataan dan tata tullis yang kurang berkenan mohon dimaklumi dan di maafkan.
Karena sesungguhnya kesempurnaan entah milik siapa karena apakah tuhan memiliki
diri? Ups, maaf sekali lagi pembaca, kesempurnaan milik tuhan dan kekurangan
milik hambanya. Selamat berbahagia, selamat memilih tangal 9 juli 2014 nanti!
Mugia gede raharja. Astungkara. Tabik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar