Jumat, 04 Juli 2014

Analisa Sebisanya



AKU MEMILIH: ALASAN DASAR UNTUK MENGGUNAKAN HAK PILIH DI PEMILU NEGERI DEMOKRASI INI

Saya pada awalnya menolak untuk memilih, karena sebuah bentuk pemilihan yang adil belum saya rasakan nampak di negeri ini. Aneh juga ketika negara lain sudah terpikirkan untuk memikirkan negeri nya sepuluh tahun kedepan, bahkan lima puluh tahun kedepan. Negeri ini masih memikirkan langkah-langkah kecil yang sebenarnya tidak perlu banyak pikir. Kerusakan fungsional sistem di negeri ini memang entah dari mana pangkalnya, namun bila melakukan asas tuduh seenak jidat. Saya beranggapan bahwa permasalahan negeri berawal dari kebijakan pemerintah pada masa lalu (kebijakan dalam segi positif) tidak dimunculkan kembali. Kita masih ingat bagaimana seorang lulusan sebuah institut negeri di bandung dengan gelar Insinyur nya dapat menyihir masyarakat negeri ini untuk mendukungnya karena ia yang seorang agitator. Namun ingat, sepak terjang nya di dunia politik negeri juga ada cacat nya, tapi apa? Namanya selalu di agung-agung kan. Saya rasa ini sebuah model baru dari menyembah puing berhala Raja Namrud.

Mungkin saya masih terlalu dini untuk menuliskan hal-hal semacam ini. Ditambah masih kurangnya ilmu dalam kesejarahan serta politik negeri ini dari waktu ke waktu. Namun saya tekankan bahwa ini merupakan tulisan dari sudut pandang seorang mahasiswa yang baru akan menjalani semester tiga di perkuliahan.
Kembali ke puing berhala. Jelas bukan, ketika Presiden negeri ini memulai sepak terjangnya, akan ada dua kemungkinan. Pertama ia berhasil membangun kekuatan negeri. Seperti yang dilakukan Mao Zedong di Tiongkok atau Nabi Muhammad di Makkah. Perlu kita ingat, bahwa dari kesekian kalinya saya melihat kinerja Presiden di negeri ini, tidak semua dari mereka melulu baik bukan? Dari situ lah alasan mengapa saya menulis tulisan ini. Saya tulis untuk memberikan pandangan mengenai apa yang akan terjadi ketika anda memilih atau tidak memilih atau memilih untuk tidak memilih, apa bedanya ya?

Tarik ingatan kita ke zaman rezim orde baru. Pada masa ini, sebenarnya gak melulu salah lho. Ada banyak kebijakan-kebijakan super yang ditetaskan dari kepemimpinan Bapak Soeharto. Namun apa? Karena label haram telah menempel pada dirinya, kebijakan-kebijakan mapan untuk membangun bangsa jadi dianggap haram juga. Seperti GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) itu merupakan usaha kongkret dari seorang pemimpin bangsa untuk merumuskan cita-cita bangsa yang tidak utopis. Jadi bolehkan saya bilang konsep NKRI itu utopis? Karena dari Sabang sampai Merauke tingkat kemungkinan untuk mempersatukannya itu sulit lho. Oke, pandangan NKRI disini mungkin sikap nasionalisme, toleransi, anti-rasis, cinta damai, dll. Itu semua bisa terjalin dan terjaga ketika tingkat pendidikan negeri ini baik.

Pendidikan dapat memperkenalkan bangsa ini mengenai nilai hidup, filosofi moral, nilai-nilai luhur pancasila, dsb. Dari situlah saya merasa NKRI akan timbul dan nyata ketika pendidikan dan pluralitas beragama mulai dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Ada yang namanya BOS, oke itu bantuan operasinal. Tetapi bagaimana dengan sekolah-sekolah di perkotaan? Dengan tingkat fasilitas yang tidak sebanding dengan sekolah-sekolah di pinggiran. Contoh, sekolah di daerah rumah saya. Yang disaat hujan besar datang, banjir selalu datang menghampiri. Mungkin untuk kebijakan BOS ini dapat dikategorisasikan dalam beberapa jenis. Atau sebenarnya sudah tetapi saya yang tidak tahu? Mohon beri tahu saya di kolom komentar.

Berbicara kini, dimana kita akan menghadapi yang namanya Pasar Bebas ASEAN. Omaygat, bisa gila kita nanti kalo kalah saing sama negara tetangga. Ya, meski memang kita membutuhkan calon Presiden yang tegas dan tidak lelet serta lambat seperti Presiden yang sekarang. Tapi kita harus berpikir juga ketika kursi-kursi menteri akan diduduki oleh siapa nantinya. Disini Menteri Perekonomian harus orang yang faham betul bagaimana mengolah keadaan negara kita ini, kalau sampai orang awam atau dapet duduk karena jatah, sudahlah ayo semua kita berkemas merantau ke negara orang.

Jelas dari apa yang akan kita hadapi di dunia antar negara di ASEAN sendiri saja sudah mulai ngejelimet. Bagaimana persoalan dalam negeri yang belum terurai? Ya , ini menjadi pekerjaan berlebih bagi Presiden terpilih nanti. Maka dari itu kesadaran pemilih dalam PEMILU tanggal 9 Juni 2014 besok yang dibutuhkan. Jangan berbicara memilih Presiden karena alasan ‘kayaknya dia cocok’, ‘enak kalo Presiden nya A, gaji saya naik’, atau ekstrim nya ‘kalo Presiden nya dia, konser musik khususnya Metal di Indonesia bakal banyak, dan ijin pasti mudah’.

Kita berbicara Indonesia lima thaun kedepan. Seperti yang diperlihatkan oleh Presiden-presiden sebelumnya. Kekuatan seorang pemimpin yang homo homini lupus itu muncul ketika ia telah menempuh sepuluh tahun masa jabatannya sebagai pemimpin. Contoh, ketika sudah sepuluh tahun, Pak Soekarno memutuskan untuk menjalankan Demokrasi Terpimpin yang serakah lho. Ditambah juga rezim menyeramkan bagi aktivis, ya rezim Pak Soeharto dimana pada akhirnya masyarakat dituntut jadi orang Sisilia. Membudayakan omerta (tutup mulut) emangnya orang Indonesia kartel-kartel narkotika dan mafia kayak film The Godfather?

Jangan lupa juga urusan ketentraman negara. Masih mau ada penutupan tempat hiburan dengan cara barbar? Indonesia itu menjunjung tinggi yang namanya kultur barbar ketimuran, dimana hanya berani ketika berkoloni. Kalo satu lawan satu? Dijamin lari terbirit-birit. Kita mau nunjukin apa kedunia? Otot? Yaudah aja jadi atlet binaraga. Toh, atlet bangsa ini juga prestasinya gak bagus-bagus amat. Cumman satu kan langkah kongkret untuk Indonesia yang disegani bangsa lain ya lewat pendidikan dan ekonomi kreatif.

Coba ada berapa banyak musisi, artis (pekerja seni bukan selebritis) para penggiat-penggiat kreativitas lainnya? Banyak sekali anak muda Indonesia yang berbakat dan berpotensi untuk memajukan negeri ini. Saya gak bisa menganalisa lewat segi ekonomi atau politik. Saya cuman bisa analisa standar, saya bilang analisa seenaknya. Kita punya anak muda keren-keren tapi apa? Mereka gak didukung oleh infrastruktur yang mumpuni dari pemerintah.

Emang sih, kalo nunggu dan mengaisngais kebaikan pemerintah sampe Nabi Isa turun dari langit susah juga. Tetapi usaha dari anak muda yang membutuhkan kemerdekaan nya itu terampas oleh kesewenang-wenangan birokrat negeri. Disaat para musisi ingin mengadakan show sebagai media menyalurkan ekspresi diri, eh birokkrat dan aparat malah menyulitkan proses administrasi. Begitu pula ketika menjamurnya yang namanya geng motor, pungutan liar, dll. Itu sebenarnya merupakan sebuah kritik nyata, atau ya sebuah usaha melawan negara serta bentuk perlawanan yang dapat dilakukan oleh anak bangsa ini. Kita udah terlalu lama dibayang-bayangi budaya omerta!

Negeri ini itu kayak sebuah stasiun televisi yang gemar menayangkan film kolosal. Dimana adegan terbang ke langit lepas diutamakan, namun tidak memmikirkan bagaimana cara memikat hati penontonnya. Ya seperti itulah keadaan negeri kita sekarang. Gagasan-gagasan banyak dicurahkan oleh kaum intelek, birokrat, cendekiawan, mahasiswa hingga pelajar. Namun apa? Ya gak ada tindak lanjut dari apa yang diutarakan, membosankan lama-lama.

Bagian ini mungkin sebuah akhir dari penulisan analisa sebisanya saya ini. Ya karena memang saya bukan seorang yang paham politik, ngerti ekonomi dan ahli dalam usaha mensejahterakan manusia. Saya Cuma hobi nanya-nanya aja. Nanya kenapa harus ada negara ketika orang-orang sebenarnya tidak menghendaki adanya negara? Mengapa? Semoga ada yang bersedia menjelaskannya kepada saya.

Untuk hal-hal lain yang saya krusial untuk Indonesia kedepan adalah perihal intoleran terhadap keyakinan. Jelas sila pertama pancasila melindungi semua umat beragama, dan berkeyakinan. Kan Ketuhanan yang Maha Esa. Mau tuhan Alloh, Allah, Tian, Sang Hyang Widhi, dll. Semua kan hanya perbedaan secara semiotis dalam lingua orang-orang. Bukan soal keabsolutan, karena semua merujuk kepada satu Logos.

Hal ini membuat saya berpikir bahwa presiden mendatang harus orang yang bisa mengamankan keadaan organisasi-organisasi, perkumpulan-perkumpulan atas nama agama yang radikal dan barbar. Kebayang dong ketika aku punya anak nanti, aku ajarin agama, tapi kata anakku “ngapain aku beragama, yah. Orang yang beragama aja gak cinta sesama makhluk, mereka saling caci mencaci, bahkan bunuh membunuh, padahal beragama.’ Mau jawab apa kita? Simple, OMERTA, hahaha.

Intinya, pilih lah presiden tanggal 9 nanti yang benar-benar mendengar jeritan kaum bawah, kaum-kaum tertindas. Kalo milih presiden yang pro sama pengusaha mah ngapain? Emang perusahaan minyak dan tambang emas bakal bikin semua orang di Indonesia bisa makan sekali tiga kali? Apa bisa bikin anak-anak dari sabang sampai merauke sekolah sampe dapet gelar S2 secara merata? Gak, kan. Ya jadi jangan muluk-muluk, deh. Pilih presiden yang enak buat diajak diskusi bareng, dan memberi kesempatan masyarakat menghakimi kinerja nya.

Segitu dulu deh analisa sebisanya dari saya. Kurang lebih nya saya mohon maaf, apabila ada perkataan dan tata tullis yang kurang berkenan mohon dimaklumi dan di maafkan. Karena sesungguhnya kesempurnaan entah milik siapa karena apakah tuhan memiliki diri? Ups, maaf sekali lagi pembaca, kesempurnaan milik tuhan dan kekurangan milik hambanya. Selamat berbahagia, selamat memilih tangal 9 juli 2014 nanti! Mugia gede raharja. Astungkara. Tabik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar