Sabtu, 14 Desember 2013

CORAT – CORET: FAKTA OSPEK, PENGALAMAN PRIBADI SAYA.


          Hola, kembali lagi ketemu sama saya disini. Kali ini saya akan mengungkap fakta-fakta OSPEK yang saya alami. Saya rasa nama Perguruan Tinggi saya dan Himpunan Mahasiswa yang saya ikuti tidak perlu dipublish.

Fakta: OSPEK? Taik.
            Nah, disini saya akan ceritain OSPEK jaman sekranag masih berbau Purba, ya walaupun sedikit, tetep aja masih bau. Oke, lets read my story below.

Fakta 1: OSPEK Masuk Himpunan Mahasiswa masih berbau Plonco, tapi Plonco versi Saya.
            Diawali disebuah masa dimana kita harus saling akrab dengan Kakak Angkatan satu Jurusan. Disini kita di OSPEK oleh kakak angkatan 2 tahun di atas kita. Fakta plonco masih ada ini terjadi pada saya dan teman saya.
            Pertama kalinya dimarahin sih enggak, pertama kalinya dicaci maki sih enggak, tapi ini pertama kalinya dimaki sama Kaum Intelek, sob. Jadi keekrasan berupa kekerasan Psikis ditelan mentah-mentah oleh kita. Mulai dari kata-kata simple tapi itu sangat kena ke Hati kita.
            Contoh kata-kata yang terlontar:
“Oh, kamu Merasa Ganteng?” sori bukan ini, tapi yang dibawahnya, hahaha.
“Kamu abis ngapain kemarin?”  “Oh Nyablon, kirain muka kamu yang disablon.” Simple kan? Tapi nyinyiran kakak tingkat itu sangat merasuk ke otak, menggerogoti susum tulang belakang, oh sori terlalu lebay, hahaha.
            Nah, saya lupa beberapa kata-kata yang menyakiti hati saya atau teman-tean saya, karena udah lama juga, tapi ya itu benar terjadi. Padahal pihak Jurusan pernah jaji, gak akan ada yang namanya Kekerasan Fisik atau Psikis dalam masa OSPEK jurusan. Nah lho? Berarti udah jelas kan siapa dalangnya, ya Para Senior yang dulu digituin juga sama Seniornya. Disini saya bukan terkesan memelas dan sangat lemah, tapi untuk menghilangkan Perploncoan ya dari hal kecil kayak gini harus diangkat ke permukaan, sob. Bahwa sesungguhnya, Amanat dari pihak Jurusan tidak diamalkan oleh para Kakak Tingkat. Fak, men!

Fakta 2: OSPEK? Kepala jadi Sasaran.
            Ini terjadi disaat sebuah acara simulasi sidang gitu, sob. Jadi suasana dibuat ricuh seperti para anggota parlementer diatas sana lagi ngeributin masalah yang sebenernya gak penting-penting amat, hahaha. Diawali dari suasana gaduh tadi, agenda akting dijalankan, dimana semua orang-orang jadi panik luar biasa.
            Setelahnya, tiba-tiba lampu ruangan mati, dan terdengar suara jeritan teman saya yang seorang perempuan. Ketika lampu nyala lagi, suara jeritan itu adalah sebab dari botol minuman mengenai kepala teman saya, bayangkan? Masuk akal gak, lagi gaduh, riuh dan lampu mati. Setelahnya ada orang teriak akrena kepalanya kena botol dan nyeri, mungkin ada luka didalam karena gak darahan. Untung gak mati temen saya, kalo mati gimana coba? Mau mereka masuk bui? Pasti gak, mereka lempar-lempar dan nunjuk orang kalo pelakunya si A, B, C sampe Z dan akhirnya? Peristiwa itu hilang ditelan Buto Ijo, taik lu semua goblog, pikir pake otak, katanya Kaum Intelek! (Maaf, adrenalin saya tersulut, maklum bayangin kalo temen saya sampe mati.)

            Nah sob, itu tadi dua fakta yang saya angkat, sekedar pengantar aja. Sempat terpikir di otak saya, gedung perkumpulan mahasiswa itu akan saya bakar. Untuk apa? Ya biar mahasiswa gila itu kebingungan, men. Tapi niat itu lenyap setelah saya berpiir kalo saya kuliah buat dapet ilmu bukan musuh.
            Gila bukan???? Ya walaupun penyampaian saya di tulisan ini kurang yahud, semoga masud tulisan ini bisa diterka oleh rekan-rekan sekalian. Maaf bila banyak kesalahan, saya Wii, sampai Jumpa di corat-coret selanjutnya. !!!!! J

Corat-coret: OSPEK? Taik.


            Selamat Hari Sabtu. Saya Wii, seorang anak yang ingin mencurahkan apa yang ada di otak saya saat ini. Disini, dicoret-coretan ini saya cuman mau nulisin tentang maksud dari OSPEK (orientasi studi dan pengenalan kampus) dan apakah sesuai maksud dari OSPEK di dalam singkatan tersebut, atau hanya sebuah istilah saja, dan cenderung ke arah perploncoan. Entah siapa yang memulai tradisi konyol ini, katanya pengenalan kampus dan orientasi studi tapi mengapa selama 18 tahun ini yang ada itu korban jiwa dan korban jiwa lagi. Alasannya simple banget, meninggal karena kelelahan lah, karena A, B, C dan masih banyak alasan lain. Mengapa tradisi purba ini terus berjalan ya?
            Dengan adanya perploncoan bukan ada yang namanya suatu keakraban antara Mahasiswa baru dan Mahasiswa Lama atau akrab disebut Senior. Masalah senioritas, apakah harus diagungkan di ranah intelektual? Taik! Itu satu kata yang selalu saya umpat disaat para senior dengan seenaknya memperlakukan saya. Jujur aja, emang saat saya di OSPEK kemarin gak ada perploncoan dan kekerasan fisik, tapi keekrasan psikis itu nyata adanya.
            Lalu, apakah senior itu adalah Raja? Yang dapat seenaknya memerintah para Mahasiswa Baru??? Helooooowww, pada dasarnya manusia itu dididik untuk saling menghormati satu sama lain, gausah pake istilah senior dan junior hingga parahnya ada tradisi angkatan ganjil dan genap, are you stupid, doods???
            Berkaca dari perlakuan senior yang semena-mena itu pasti didasari oleh keinginan Balas Dendam, mengapa demikian? Ya iyalah, orang dulu mereka juga di OSPEK sama kakak angkatannya, maka dari itu terkutuklah orang-orang yang merubah sistem yang sebenarnya dari OSPEK mengarah kepada perploncoan, kekerasan fisik dan psikis. Are you stupid, maderfaker??? Pikiran lu tuh dangkal kalo mengagungkan Balas Dendam, saya pribadi lebih suka bales dendam bukan dengan cara membalas apa yang telah diperlakukan para senior. Saya balas lewat kritikan membangun yang berujung pada pencerahan para Bigot yang bertengger di Perguruan Tinggi.
            Apa kalian akan tetap membiarkan budaya purba semacam OSPEK, sebuah warisan Revolusi Industri yang kalian Agung-agung kan itu? Gua sih ogah, mening juga kasih Mahasiswa Baru itu sesuatu yang Ngena dan gak pake kekerasan. Kekerasan itu memang boleh lah dilaukan kalo si Mahasiswa Baru ini kelewat batas dari norma dan sopan santun yang telah diwariskan oleh leluhur-leluhur kita dimasa lalu. Tapi kalo tradisi perploncoan gak lah, masa kaum intelek pikirannya dangkal?
            Ayo mulai hari ini dan seterusnya, gausah lah tradisi perploncoan, menjahili mahasiswa abru kelewat batas. Inget Karma, Tuhan itu adil, sob. Semoga hati nurani kalian terbuka semua. HENTIKAN OSPEK!!!

Sabtu, 07 Desember 2013

Asap Yang Hilang


ASAP BUSUR HUJAN: ASAP YANG HILANG

            Asap? Apa yang terbesit dalam benak kalian bila mendengar kata Asap? Banyak kemungkinan pastinya, ada yang menyimpulkan Efek dari sesuatu yang Terbakar, bisa juga Obat Nyamuk Bakar, bisa Asap Rokok, Asap dari Kendaraan, Asap Pabrik hingga singkatan dalam Bahasa Bule, As Soon As Possible. Hahaha ya apapun itu, yang pasti Asap disini sudah saya jelaskan di part sebelumnya, dimana latar belakang penulisan cerita ini saya jelaskan kepada kawan-kawan yang dengan baik hati mau melirik tulisan saya yang masih kacau ini.
            Oke, kembali ke Asap, ini sebenarnya adalah Jimi, mengapa Jimi? Karena Ia senang sekali merokok, alasannya klasik: Enak. So, mengapa akhir-akhir ini Jimi merasa gak enak ya saat merokok? Hanya Tuhan dan Sokter Spesialis yang dapat menjawabnya, hahaha. Back to the track, Jimi adalah anak yang sangat menyenangi musik bergenre Pemberontakan, dengan ritme cepat ala Overkill dengan dentuman drum ala Obituary dan alunan gitar fuzzy ala Lou Reed. Oh may God! Sebenernya semua musik ditelan oleh Jimi, kecuali musik-musik seperti LMFAO dan 3OH3, alasannya? Kurang enak ditelinga.
            Jimi, sebenarnya adalah anak rajin. Ya, karena sejak kelas dua SD dia selalu ranking. Dimulai di kelas dua ia selalu mendapat ranking 3 atau 2 hingga akhirnya berhenti di kelas enam semester akhir, ia finish di rankin 4 dan mendapat penghargaan siswa dengan Nem terbesar ke-3 di sekolah. Keren ya Jimi. Lalu, mengapa setelah itu prestasinya terkesan menurun bahkan tanpa ada kenaikan? Alasannya simple, metoda mengajar Guru di jaman modern ini kurang variatif dan bikin boring.
            Semenjak duduk di bangku SMP hingga SMA, Jimi adalah manusia dengan tingkat Individualisme yang sangat tinggi. Kemana-mana, Jims selalu sendirian, mau itu ke mall buat beli komik atau belanja kebutuhan Lebaran, hahaha. Jimi jimi si celana Mini, awal mengenal dunia hitam (musik cadas) itu setelah Jimi curi-curi henpon kakaknya dan juga sering oprek-oprek komputer kakaknya. Isi lagu di komputer kakaknya itu lagu-lagu dari Puppen, ya band Hardcore asli Bandung.
            Entah mengapa, Jimi diberikan rasa penasaran yang tinggi oleh Tuhan, oleh karena itu, ia tidak dengan seenaknya Menelan Mentah Budaya yang baru ia terima dari siapapun, dimana pun dan kapan pun. Ia, selalu mencari tahu asal-usul dari apa yang baru ia dpatkan, baru setelahnya menerapkannya dalam kehidupan bila memang ia rasa itu bermanfaat dan berguna.

Berkenalan dengan Asap
            Disini adalah fase dimana Jimi mulai mengenal tembakau dan untuk apa sih sebenernya? Semua diawali dari pergaulan anak-anak muda di jaman modern, dimana segala-galanaya berbau Konsumerisme, cuih, hahaha. Kelas dua SMP, mungkin bisa dibilang Jims mulai aktif mengonsumsi rokok dan meminum air suci (minuman beralkohol). Mengapa bisa terjadi? Apakah kurangnya perhatian dari Orang tua? Jelas tidak, Jims adalah anak yang dilahirkan dari Pasangan serasi antara seorang Aparatur Negara dan Perempuan yang belum sempat menyelesaikan sekolah SMA. Lantas bila ia anak Aparat, mengapa ia bisa out of control? Sejak awal Jims terlalu sering berkutat dengan pergaulan minoritas yang kesannya gelap dan tanpa arah. Why? Only Him and God will answer the question actually.
            Setelah kebiasaan yang dianggap biasa itulah akhirnya Jimi si bocah suku pedalaman menjadi seseorang yang out of order and wanna see who is the real bastards of young. Mungkin, di serial kali ini menitik beratkan pengenalan tokoh Jimi secara implisit dan mendalam dan nyata tertuang dalam bentuk tulisan kongkret dengan nada dan tata bahasa ala kadarnya, hahaha.

Musik Keras, Pengaruh Pemikiran Jimi ke Arah Pergerakan Anti-Sistem
            Awalnya, Jimi menyukai musik-musik semacam Nidji, Peterpan, Ungu hingga ST 12, that’s real, man. Lantas mengapa ia bisa beribah 180 derajat menyukai musik keras dan kesannya berandalan? Jadi begini ceritanya, Jimi berhasil mencuri-curi untuk dapat mengoprek komputer kakaknya. Ia dengan rasa ingin tahu yang menggebu-gebu membuka folder-folder di komp kakaknya tersebut, dan ia pun menemukan folder yang berisi ribuan lagu acak musik asli indonesia dan barat. Lagu pertama yang sangat bikin dia penasaran adalah lagu milik Rocket Rockers dengan judul Bangkit. Berawal dari sering ngoprek komp kakaknya dengan sembunyi-sembunyi itulah ia dapat mengetahui berbagai macam musik yang sebelumnya tidak dia ketahui di layar cembung televisi.
            Hingga suatu saat di SMP, ia mengenal teman-teman yang ternyata suka dengan genre seperti itu juga. Teman-teman Jims pada saat SMP mudah akrab dengan Jims, karena walau Jims seorang anak yang terlihat tiis dan susah gaul, dan emang bener juga, Jims ini anak yang lebih banyak berdiam diri ketimbang nyoblak A sampe Z tanpa ada isi dari perkataan tsb. Jims, pertama kali diajak sebuah komunitas atau bisa dibilang geng anak SMP, karena Jims memiliki segelintir pengetahuan tentang musik. Setelah itu teman-temannya selalu mengajaknya untuk bergabung, ya karena Jims dianggap keren karena dengan melihat penampilan Jims yang culun ternyata pengetahuan musik minor nya ia cemerlang.
            Berawal dari hal tersebut lah akhirnya Jims memulai untuk lebih mendalami musik-musik dengan genre aneh yang tidak pernah ia daptkan di tayangan televisi rumahnya. Bermodalkan niat untuk main ke warnet ia lakukan dan hasilnya, pengetahuan akan musik dengan menonjolkan lirik-lirik yang dengan lantang menolak keberadaan suatu pemerintahan gelap, sebuah pergerakkan anti-korupsi hingga hal-hal keren yang ia dapatkan lewat musik minoritas ini.
            Mungkin, lewat karya-karya Puppen, Burger Kill, Seringai dan Roxx, Jims mulai mendapatkan kenyamanaan dalam suatu genre musik. Liriknya memang sulit dimengerti pada awalnya, namun seiring berjalannya waktu karya anak-anak kreatif gila ini dapat ia tangkap, dan kebiasaan tidak menelan mentah suatu hal baru itu berlangsung hingga kini. Oh, Jims yang malang, sayang kau gagal bersekolah di universitas Gajah Mada. Universitas impianmu sejak dahulu.

Fashion Busuk, Pencitraan Kaum Konsumerisme
            Jims adalah anak yang gak suka ikut-ikutan orang lain, disaat musim beyblade sedang marak, ia dengan senang hati memainkan mainan robot-robtoan Kabutaku nya dirumah. Dan disaat Fashion Alien sedang menginvasi kehidupan manusia modern ia berusaha untuk membangun sebuah brand sendiri, ya tujuan awalnya itu mengamalkan idealisme DIY (baca: Di Ai Wey) dimana memproduksi sendiri dan dipake sendiri itu keren, hahaha. Mungkin jaman globalisasi udah bikin otak orang gila,dimana mengkonsumsi adalah pilihan terakhir sebelum memutuskan untuk memproduksi. Memang, beli itu lebih mudah dari bikin karena beli dengan seenaknya orang-orang kaya itu menguasai pasar edan masa kini.
            Fashion, tidak akan jauh dari yang namanya budaya Konsumerisme, karena fashion jika tidak melakukan sebuah inovasi dan ide kreatif gila, maka habislah nama Fashion itu dikhalayak ramai. Lalu. Apakah selamanya Jims akan menjadi seorang Konsumen setia sebuah brand? Atau mecoba membuat brand aru denga kualitas dan kuantitas yang terjaga? Pasti pilihan kedua adalah solusi dari kesemrawutan pasar Indonesia ini. Mungkin lama-kelamaan nama Indonesia akan berganti menjadi Hedonesia, Siapa yang tahu? Hahaha.

Jimi, Rain dan Segelimet Persoalan
            Jims, anaknya santay dan sukanya duduk sambil baca apa aja yang ada, sampe-sampe baliho dan banner kampanye pun dibaca, saking senengnya baca yang aneh dan bernafaskan sebuah pergerakan. Oke, Jims, sangat mencintai perdamaian dan akhir-akhir ini sudah membuka mata untuk mempercayai bahwa Cinta itu benar adanya. Lalu, apakah Jims masih mengharapkan Rain?
            Jims yang malang, Rain telah memiliki pasangan, sedangkan Jims baru kembali memercayai bahwa Cinta itu benar adanya. Inikah sebuah dinamika kehidupan? Kesemrawutan hati yang berpengaruh pada rasa ingin tahu yang tingggi dan mempengaruhi otak kanan dan kiri? Ah, Tuhan, mungkin Jims akan lebih gila lagi bila selalu membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk mengenai Rain dan aaarrrgghhh, Jims pasti tidak mampu mempercayai bahwa Cinta itu benar adanya.

Jims, Pragmatisme itu taik. Musik Cadas Menggerilya dan Lewat Seni berusaha Memanusiakan Manusia.
            Hello, teman dibagian akhir Serial ASAP BUSUR HUJAN ini aku mau cerita soal musik cadas yang menggerilya dan seni itu sebuah bentuk kreasi untuk memanusiakan manusia. Lewat contoh-contoh dari bukti kongkret anak muda masa kini, yang kreatif dan inovatif.
Fakta 1: Musik Cadas Menggerilya
            Disini aku mau cerita soal musik cadas yang selalu dianggap sebagai musik pemujaan setan yang gak bisa apa-apa, kenapa gitu sih? Ya, mungkin karena bangsa ini masih menilai orang dari sisi luarnya saja, tanpa melihat potensi dan substansi yang sebenernya dibawa oleh manusia kreatif dengan wajah seram dan musik ekstrim. Berbicara soal karya kreatif manusia keren masa kini itu gak luput dari usaha mereka memerdekakan dirinya dari jajahan manusia pragmatis yang apa-apanya harus ada uangnya dan menguntungkan sepihak, heloooow! Mau sampe kapan lo hidup cuman buat cukup makan dan sekolah doang??? Sebuah perjalanan karir para musisi-musisi independen itu adalah hal keren, dimana dengan keterbatasan mereka masih bisa membuat suatu karya, ya karya ringan namun berisi. Contoh: ada band keren dari Bandung, sebut saja Puppen, lewat karya-karya nya mereka bisa membuat saya jauh membuak diri untuk mengenal politik praktis yang menjamur sekarang dimana kekreatifan tertutup oleh politik anjing partai atas nama agama.
            Coba lo lo pada buka mata semua, ada ratusan orang yang keliatannya cuman nongkrong-nongkrong sambil ngerokok doang disebuah rumah, tapi apa? Mereka bisa membuat sebuah karya musik, ya walau berbentuk musik cadas, tapi esensi dari liirk-lirik yang mereka buat itu jauh lebih baik dari perkataan para politisi partai anjing yang dengan bebas seliweran di tanah yang damai ini. Oke, stigma kalau musik metal itu brandal, bertato, berpirsing dan hobinya mabok-mabokan. Mungkin bisa dibenarkan juga stigma itu, tapi lebih real deh pemikiran kita, walau segelintir memang melakukan toh, aksi mereka nyata tercurah didalam karya-karya mereka, baik itu secara musikalistas bahkan tulisan-tulisan yang ngena. Lalu, masih menganggap konser metal membawa kerusuhan dan kematian? Berkaca deh ke konser lain, dimana disana menyuguhkan musik dengan aliran musik yang mendayu-dayu, toh ada aja yang mati kan? Jadi dalam berprinsip dan menilai suatu hal itu jangan subjektif, bro.
            Banyak anak muda dengan susah payah menggerilya untuk menyuarakan kekecewaannya terhadap para pemimpin bangsa ini lewat musik. Banyak yang rela dianggap taik buat terus-terusan menyuarakan hak atas hidup dan berkreasi menentang aturan-aturan dan norma usang yang tersengaja dibuat untuk membatasi pemikiran anak muda bangsa ini. Hey, jangan mau mental kalian terjajah, dan menjadikan diri kalian generasi lama, ya generasi terjajah. Ayo bangun, jangan cuman bilang aku gak bisa, aku bukan apa-apa atau apapun kata-kata cengeng yang selalu kalian jadiin tameng menghindari kenyataan dan mengakibatkan pemikiran kalian yang semakin hedonis dan konsumtif. Kata Wadit juga kan “Kreatif Sampai Mati.”

Fakta 2: Seni dapat Memanusiakan Manusia
            Kenapa Seni? Kenapa coba? Ya, pada dasaarnya manusia atau anak muda masa kini itu udah males malesan, senengnya belanja dan klabing sampe mencret. Lalu, apa yang kalian dpatkan? Uang doang abis, dan udahnya ngerengek rengek minta uang lagi buat ngelakuin hal yang sama, tolol! Ayo dong, kita coba bangun suatu pemikiran yang orisinal, dimana kita mengambil alih kongsi kekuatan anak muda untuk benar-benar memerdekakan bangsa terjajah ini.
            Kalian gak kasian sama Pahlawan-pahlawan muda pada masa lalu? Mereka hidup dan mati atas nama Bangsa, kalian? Atas dasar malu dan gak bisa apa-apa menajdikan diri kalian ini anak muda yang pemikirannya masih terjajah. Kemon, kita kreatif, kita buat media untuk menjadikan bangsa ini lebih baik. Jangan cuman bisa beli beli dan mengagungkan para tuan kapitalis liberal diluar sana. Mungkin saya pribadi belum dapat berperan secara dalam untuk pergerakkan bangsa ini ke arah lebih baik, saya baru bisa bikin trigger lewat tulisan-tulisan yang masih jelek kayak gini, tapi seenggaknya contoh nyata seperti Wahyu Aditya, MC handal kita Ucok, Arian13, penulis Soleh Solihun dan masih banyak lagi udah ngasih contoh ke kita, bahwa anak muda itu seharusnya seperti apa. Kemon, doods kita ubah negeri ini untuk kemajuan yang pesat dan luar biasa!!!

ASAP BUSUR HUJAN: Cerita dibalik Judul


­­
­­ASAP BUSUR HUJAN: EDISI SERIAL

Latar Belakang Cerita ASAP BUSUR HUJAN
            Mengapa saya memberi judul cerita antara Jimi dan Rain dengan judul ASAP BUSUR HUJAN?
            Jadi begini latar belakang pengambilan judul ASAP BUSUR HUJAN. Awalnya cerita ini hanyalah sebuah hayalan saya (Dwi) yang ingin membuat sebuah cerita romantis ala anak muda jaman kini, dan satu-satunya cara untuk membuat cerita dengan real adalah melalui pengalaman pribadi sang penulis cerita. Mungkin, cerita ini diawali dari perasaan menggebu-gebu saya setelah membaca beberapa hasil karya penulis-penulis hebat Nusantara. So, saya akan menjelaskan secara terperinci mengapa saya memberi judul ASAP BUSUR HUJAN.

            ASAP? Mengapa harus mengambil istilah ini? Istilah ASAP saya ambil karena tokoh Jimi pada serial ini memiliki kebiasaan buruk, yaitu Merokok. Lalu definisi lain dari kata ASAP yang saya gunakan itu menunjukkan bahwa ASAP adalah awal sebelum timbulnya Hujan. Nah, cukup menarik bukan, bahwa setelah munculnya ASAP akan dibarengi dengan turunnya HUJAN, ya HUJAN itu digambarkan lewat tokoh Rain yang berarti HUJAN dalam bahasa Inggris.

            BUSUR HUJAN? Kata ini diambil dari efek setelah turunnya Hujan, yakni Pelangi. Dalam KBBI Pelangi itu adalah: lengkung spektrum warna di langit, tampak karena pembiasan sinar matahari oleh titik-titik hujan atau embun. Oleh karena itulah judul yang saya ambil adalah ASAP BUSUR HUJAN.

Pengenalan Tokoh.
JIMI
Ialah seorang anak muda yang dengan lantangnya membawa pesan revolusi sistem atas nama kedamaian. Tokoh ini sangat singkron dengan pengambilan titel cerita ini, yaitu: Asap.

RAIN
Seorang wanita yang cantik jelita, walau tubuhnya mungil namun ia sangat dapat dijadikan inspirasi semua wanita Indonesia, bahkan Dunia. Di jaman Kaliyuga ini, sulit sekali menemukan wanita yang cantik jelita namun tidak pernah meninggalkan perintah Tuhan, yaitu Beribadah sholat lima waktu. Tokoh ini adalah sang penyejuk, disingkronkan dengan pengambilan Hujan.

Lalu bagaimana dengan BUSUR HUJAN atau PELANGI?
            Diawali dari datangnya Asap lalu turunlah Hujan, namun setelahnya fenomena unik nan indah akan muncul, ya Pelangi atau Busur Hujan. Oleh karena itu perbedaan kedua sifat Jimi dan Rain diibaratkan dapat berjalan bersama dan seirama, seperti Pelangi. Mereka berbeda namun Bersama, bagai Pelangi. Efek yang ditimbulkan dari Jimi dan Rain yang bersatu adalah sebuah garis yang terdiri dari banyak warna yang mampu membelah Bumi dan nampak Indah, sebuah Keserasian.

Begitulah singkat cerita mengapa saya mengambil judul ASAP BUSUR HUJAN untuk edisi serial seorang Jimi, si Bocah Melankolis.

#AsapBusurHujan

Jumat, 29 November 2013

ASAP DAN BUSUR HUJAN: Sebuah kisah klasik cinta Bocah Melankolis


ASAP DAN BUSUR HUJAN
Sebuah kisah klasik cinta Bocah Melankolis

Negeri Hijau
            Suatu hari, tinggalah seorang Bocah bernama Jimi. Predikat Melankolis menempel pada dirinya setelah ia melewati fase dimana Menangis dan Mengeluh adalah jawaban mendasar atas rasa sakit hidup di Dunia Fana. Di Negeri Hijau, sebutan suatu lahan yang dipenuhi oleh segerombolan masa yang mengatasnamakan dirinya Pasukan Tempur untuk Negara. Negeri Hijau ini hanya sebuah sebutan untuk lahan yang diperuntukan manusia-manusia bermental baja.
            Hari ini gelap, suasana kelam diiringi syair-syair nyanyian pemujaan dewa kematian Lux Ferre, dewa kegelapan Baphomet dan Moloch sang Dewa Kejijikan. Tinggallah disebuah rumah semi modern yang dditinggali oleh Jimi sang Bocah Melankolis. Walau dirinya mendapat predikat si Bocah Melankolis, namun selera musik yang ia dengar amat sangat menyeramkan.
            Jimi, mengapa ia selalu terlihat muram dan gelisah tiada tara, ternyata jawabannya adalah sebuah Kegalauan anak muda masa kini. Jimi, mengapa kau selalu bersedih? Mengapa kau tak pernah cerita tentang segelimet permasalahan dalam kehidupanmu? Hey,. Jim! Sadarlah, ini dunia yang fana, bila kau tunfuk olehnya maka Neraka tujuan akhirmu. Itu mungkin sepenggal dari kisah hidup Jimi yang memang sangat menghargai budaya Tutup Mulut bangsa Sisilia, sebut saja Omerta.


Jimi: Riang dan Gembira
            Hello, aku Jimi, aku adalah anak yang mendapat predikat Melankolis, mengapa begitu? Akupun tak bisa menyimpulkannya dengan tepat, sekedar menjalani predikat yang aku rasa tidak salah. Lantas mengapa akhir-akhir ini aku merasa senang dan gembira ya? Oiya, aku akan memperkenalkan seorang Putri Manis yang Mungil dari Negeri Busur Hujan, panggil saja dia Rain. Aku pertama kali melihatnya disebuah perkumpulan besar disekolahku yang baru, kini aku sudah tidak bersekolah di kawasan Pacinan, ya tempat yang terkenal akan para pedagang-pedagang kelontongan, sayuran hingga bahan bangunan. Awalnya tidak ada pertanda apa-apa sesaat aku memandangi wajah Rain, namun lama-kelamaan aku merasakan sentuhan Astral bahwa dia ini Unik. Rain, sang Puteri Mungil dari Negeri Busur Hujan, mengapa kau sangat terlihat menarik, walau dalam keadaan yang tidak seharusnya terlihat menarik. Rain, mengapa kau selalu tampak riang dan bersinar bagai mentari pagi yang menyinari Dunia Fana ini? Oh, Rain, aku benar-benar jatuh cinta pada dirimu.
            Singkat cerita, aku bertemu Rain pada saat yang tidak diprediksi, spontan dan mengapa langsung jatuh hati padanya? Seharian setelah hari pertama aku dan dia bertemu, aku memikirkannya, walau keesokan harinya aku tidak membayangkannya lagi. Waktu pertemuan yang lebih sering membuat perasaan kagum itu berubah drastis menjadi perasaan yang sesungguhnya, Jim ya anak Melankolis yang mencintai musik pemujaan Setan kini menemukan tambatan Hati. Alangkah senangnya hatiku disaat kudapat menatap wajahnya, raut wajah yang riang dimana setiap aku meliriknya terasa sejuk seluruh tubuhku, bagaikan Busur Hujan yang menghiasi Dunia Fana ini.


Kaget, Kesal dan Kecewa.
            Aku Jimi, aku sangat kecewa dihari itu, hari dimana aku saksikan dengan mata dan kepalaku sendiri, sang pujaanku Rain, ternyata dia telah dimiliki seseorang. Malam hari bila kutak salah, aku sengaja mencari identitasnya di dunia maya, dunia dengan segudang informasi baik itu real dan kongkret dan kebanyakan hanya bullshit dan cerita fiktif. Aku melihat biography nya dan tertulis disana nama orang yang telah mendapatkan dirinya. Oh, Rain mengapa ini semua harus kurasakan? Berhari-hari aku bayangkan kita dapat berjalan bersama melewati Jembatan Tulip, jembatan yang selalu dilewati muda-mudi yang kasmaran hingga melupakan bahwa mereka hidup ini di Dunia Fana, hanya mereka berdua.
            Semenjak hari itu, pikiranku kacau, otakku tak pernah waras. Hingga suatu ketika aku memutuskan kembali ke tempat lama ku, sebut saja Trotoart, sebuah kedai bir yang terletak tidak jauh dari sekolahanku yang baru di Utara Negeri Angin. Mengapa ini harus menimpa hidupku? Mengapa disaat aku menemukan orang yang kurasa dapat menerimaku dis ekolah baru ini, tapi sudahlan, untuk apa meratapi apa yang telah terjadi. Kini setiap jejak langkahku akan selalu terbayang namanya, wajahnya dan perilakunya yang unik dan menarik.

Hey, Jim. Ini waktunya Unjuk Gigi.
            Setelah ratapan rasa sedih yang tak kunjung padam akhirnya aku mendapatkan kesempatan pergi bersama Rain. Suatu hari dimana Ia mengajakku untuk menonton pagelaran filem horor empat dimensi di sekolah Gajah. Kuniatkan diri dari rumahku di Negeri Hijau, bahwa hari ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan semua yang aku rasakan selama ini kepada dirinya, ya Rain sang Puteri Mungil dari Negeri Busur Hujan, ah tak kuasa ku membayangkan wajahnya yang Unik nan Cantik Jelita.
            Tibalah aku disana, berjalanlah kami bertiga, karena ia ditemani temannya. Sial, hari ini aku kaku banget, sepatah kata pun sulit untuk ku keluarkan saat bertatapan dengan dirinya, ini adalah fase yang sangat berat bagiku, karena sudah lama sekali aku tidak menyukai seorang wanita. Hari berjalan seperti film Negeri Garuda yang statis dan kurang menarik. Aku ingin bersegera mengakhiri semua pertemuan ini, untuk apa aku pikir, bnila kita bertemu namun aku tak mampu berkata apapun kepadanya.
            Rain, kurasa diriku ini memang belum pantas bersanding dengan dirimu yang aku rasa kamu itu paket komplit weorang manusia dimasa kini. Kamu cantik, lucu, unik dan tidak telat menjalankan perintah Agama. Oh, Jims yang malang, aku hanya bisa meratapi kenyataan yang kurasakan kini.


Jims, apakah ini episode terakhir mu dengan Puteri Busur Hujan?
            Titik terakhir seorang jims tiba. Aku sudah tidak dapat menahan rasa sakit yang mendalam ini, rasa dimana harus menahan perasaan untuk dapat bersanding bersama si Mungil dari Negeri Busur Hujan. Oh, Tuhan, jika memang ini jalan yang terbaik, aku akan melakukannya dengan tulus dan tanp[a kusesali dikemudian hari.
            Jims, ini adalah sebuah komitmen yang berat untuk dilakukan, dimana aku harus rela melepaskan dirinya. Disini aku sadar, bahwa Rain memang tidak pantas untuk diriku, aku ini anak yang nakal;, sukanya merokok, minum minuman beralkohol, menjalankan perintah Tuhan belum sebaik dirinya dan aku ini apa? Aku ini bagai seongggok daging yang tertancap diujung tombak, tidak berharga.
            Rain, jika kau mengerti bagaimana rasa sakit yang kupenam sejak dulu, mungkin kau akan kasihan melihatku. Maafkan aku, Rain. Bukan maksudku mundur karena aku lemah atau bukan Pria, namun ini pilihanku atas apa yang kuketahui tentang dirimu. Aku Jalang dan kau Penerang, aku Setan dan kamu itu Bidadari. Batas waktu antara dunia maya dan fana belum dapat terlepas dari ahri-hariku. Maafkan aku Rain, lewat tulisan jellek ini aku hanya bisa mengeluarkan apa yang aku rasakan selama ini. Namun asal kau tahu, aku akan terus menunggu dirimu hingga aku benar-benar dapat melupakan semua tentang dirimu.

UNTUK RAIN SANG PUTRI NEGERI BUSUR HUJAN
AKU JIMI, DAN AKU SANGAT MENYAYANGIMU
CINTAKU TULUS APA ADANYA
KETULUSAN CINTA ADALAH KUNCI KEABADIAN
HARTA, HANYA AKAN MENJADI PEMUTUS KEABADIAN
CINTA TULUS DAN JANJI SUCI SELALU KUKIRIMKAN LEWAT DOA-DOA KU
DENGAN TULUS KUUCAPKAN UNTUKMU
AKU CINTA PADAMU RAIN

Minggu, 24 November 2013

MENJILAT LUDAH: EPISODE TERINDAH


BAGIAN 1
Persiapan Sebelum Medan Laga
Hari Jumat, bila datang hari ini, tiba-tiba terketuk dalam hati untuk bersujud kepada Sang Maha Pencipta, Tuhan saya, Alloh SWT. Seperti yang saya tahu hari ini adalah hari segudang rejeki dan limpahan karunia Tuhan. Tepat hari ini saya dan teman-teman Pend. Sejarah UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) akan bersiap untuk menghadapi fase terakhir dari rangkaian proses kaderisasi untuk menjadi anggota dari Himpunan Sejarah UPI, atau lebih akrab disebut Warga HIMAS UPI. Semua orang berbondong-bondong mencari barang-barang yang akan dipergunakan esok hari, dimana kita akan menuju sebuah tempat yang didisein oleh Tuhan menjadi sebuah daerah resapan air juga tumbuhnya pepohonan terkhusus Pohon Kina. Sebut saja tempat itu Bukit Unggul, sebuah tempat penangkaran Kina di daerah Lembang, Utara Kota Bandung. Saya pribadi sudah menyiapkan semua perlengkapan untuk esok hari mengikuti PAB. Apa itu PAB? Pasti menjadi sebuah pertanyaan yang terngiang di telinga kita, karena mungkin singkatan ini jarang digunakan dibeberapa organisasi atau perkumpulan, PAB adalah singkatan dari Pengukuhan Anggota Baru, karena kami Pend. Sejarah tahun 2013 sedang menjalani rangkaian pengkaderisasian untuk menjadi Warga HIMAS.
PAB ini adalah sebuah final day untuk kita menjadi Warga di Himpunan yang bisa dibilang tertua di UPI. Kuliah pun berakhir di hari jumat yang cerah ini, saya dan teman-teman berkumpul dengan para pemandu juga teman-teman untuk membicarakan kelengkapan esok hari. Banyak sekali kegalauan yang saya lihat dari raut wajah teman-teman saya. Banyak dari mereka memang tidak mempunyai perlengkapan untuk menjelajahi alam,. Namun, seiring berjalannya waktu serta usaha yang mereka lakukan pertolongan pun datang, akhirnya semua telah memiliki kelengkapan untuk mengikuti masa akhir atau fase terakhir untuk menjadi warga di HIMAS.
Tepat pukul lima sore saya berangkat dari rumah saya dibilangan Pasir Kumeli, Cimahi menuju kampus di kawasan Setiabudhi. Cuaca gak bersahabat banget, sob. Hujan yang mengguyur dengan rapih terus-menerus seharian tanpa istirahat sedikit pun, sepertinya ini pertanda bahwa Dunia ini udah renta, manusianya udah bobrok, IQ tinggi moral dan akhlak nol. Itu aja sih yang bisa saya simpulin, jadi Dunia ini menangis, hihihi. Back to the track, saya pun dengan menaiki Si Murder X, sebutan untuk motor matic pabrikan Jepang dengan merek Yamaha yang Ayah saya miliki yang saya gunakan sehari-hari, saya pun menuju kampus dalam keadaan hujan yang rada santai, alhamdulillah Tuhan sayang sama saya. Perjalanan yang kira-kira menghabiskan waktu 30 menit pun telah saya lewati, ditemani guyuran hujan yang unyu-unyu dengan membawa sebuah tas ransel khas Tentara Nasional Indonesia milik Ayah saya. Saya pun tiba di kampus kesayangan saya, Bumi Siliwangi.,haha lebay. Tibalah saya di PKM sebuah gedung yang memang difungsikan untuk para Mahasiswa UPI. Baru saja tiba langsung saya dipertemukan oleh Tim Evaluasi (untuk yang membaca tulisan saya sebelumnya, dibagian lain tulisan ini saya akan membahas bagaimana sebenarnya mereka, dan semua itu jauh dari apa yang saya tulis ditulisan saya sebelumnya) saya pun ditanya-tanya kesiapan juga perlengkapan yang saya bawa, semua lengkap saya bawa hanya saja saya lupa membawa alat sholat.
Akhirnya, semua peralatan, mental juga fisik sudah tersiapkan. Tinggal menunggu final day nya, dan bayangan saya mengenai PAB ini adalah sesuatu yang menyeramkan, seperti adegan-adegan pembunuhan di film-film ala sutradara hollywood. Malam pun tiba saya kembali pulang dengan ditemani cuaca dingin Kota Bandung serta rintik-rintik hujan yang seakan menemani kesendirian saya.



Bagian 2
Final Day: Bergulat dengan Lalat
Tiba juga hari yang saya bayangkan sebagai Hari pembantaian, sebuah hari dengan penuh teriakan-teriakan kesakitan ala Neraka di film-film layar lebar, hahaha. Sial, itu yang saya rasakan dihari ini, kenapa karena saya telat datang ke kampus gara-gara salah baca sms. Tertulis di sms itu kumpul pkl 5.20 pagi, dan saya melihatnya 6.20 dengan santai saya berlama-lama di kamar mandi, karena memang sudah beberapa lama ini saya susah buang air besar, hahaha. Tepat pkl 6.25 saya cabut dari rumah saya menaiki si Oldskool, motor antik milik Ayah saya, karena jujur saya belum mampu beli kendaraan pribadi. Lalulintas sangat support kepada saya sabtu pagi itu, jalanan sepi layaknya Pekuburan Bangsa Belanda, jarang banget orang lalu-lalang dengan kendaraan mereka yang memberikan asupan CO2 ke Udara. Sampai lah saya di Bumi Siliwangi, dengan menyimpan motor di Bank BNI UPI, karena kakak saya bekerja sebagai teller disitu. Berlarilah saya, dramatisasinya kayak film Flash, ngebut dan tetep aja dimarahin kan telat, sial! Haha semper nurunin mood untuk lanjut, tapi yaudahlan masalah sepele.
Setelah berkumpul, kita pun bersiap menuju tempat pelantikan kita di Bukit Unggul dengan menggunakan Truk. Oiya saya lupa, kami disini berpakaian layaknya Segerombol Masa Pecinta Alam, mengenakan Kaos putih panjang, seperti aliran Jaina yang menghindari membunuh (Ahimsa) celana PDL (Cargo Pant), syal berwarna Merah seperti Si Bolang dan topi Rimba ala Indiana Jones. Kekompakan mulai terasa, hangatnya persaudaraan pun mulai muncul, senang sekali saya rasakan hari ini. Mungkin ini momentum paling bersejarah di dunia Pendidikan Tinggi, begitu dalam benak saya. Perjalanan dipenuhi dengan yel-yel ala anak-anak tahun 2013, semua hepi seakan-akan melupakan pemikiran buruk nan kelam mengenai berita PAB yang hingar-bingar seliweran terdengar di telinga.
Sampai lah kami di lokasi PAB yang diberi titel MAKAR Camp 2013, wuiiih, Makar, serem ya. Hahaha. Kami pun mulai dididik ala disiplin militer, dengan teriakan khas kakak angkatan, asik banget nih hari kita berasa lagi dalam pendidikan ketentaraan, serba disiplin, jauh dari apa yang saya lakukan selama ini. Baru sampai di lokasi Camp, saya sudah dibikin kesel sama yang namanya Lalat, binatang yang dianggap jijik karena sukanya hinggap di Kotoran-kotoran, termasuk Hasil dari proses kimiawi manusia, iya Tai Manusia, hahaha. Mengapa lalat tidak sepintar Burung Kakak Tua yang hinggap di jendela ya? Sudahlah ngapain jadi mikirin itu, Lalat udah jelas Lalat, kodratnya jadi Lalat gakbisa dibandingin sama Burung yang Kodratnya hinggap di Jendela. Haha. Lalat sialan ini kerjaannya ngeganggu saya terus, udah tau lagi dibarisin, eh nih laler ganggu terus, takutnya kan kena semprot kakak-kakak, nanti saya kena marah lagi. Soalnya saya udah janji gak akan bikin ulah sampai proses kaderisasi berakhir, itu pesan yang tertanam didiri saya, setelah teman-teman mengampuni kesalahan saya yang terkahir ada masa kaderisasi di kmapus, maaf ya men-temen, Wii Khilaf.
Beres pergulatan dengan lalat sialan tadi, saya dan teman-teman semua satu angkatan mulai untuk mendirikan tenda, dan setelahnya memulai memasak untuk makan siang. Yihaaaa, disini perasaan giting mulai timbul, berasa flying high, men. Kita mulai kebersamaan dan lain-lain di fase ini, kekompakan dan lain sebagainya. Kebeneran, saya satu kelompok dengan para manusia-manusia khas, ada Fais si bicah Indramayu yang super Kocak, Reno anak Ciwidey yang khas, Riski anak Guung Batu dengan keeksotisan Brewok semacam Ridho Rhoma, Agung si KM kelas A, Abdul Ajiz seorang anak Jakarta dengan gagah beraninya menginjakkan tanah Viking, hahaha, Renaldi ini yang berbahaya, Si Beliau ini adalah Ketua Angkatan 2013, gilee serem ya kelompok saya dan yang terakhir, Acep sang Master Chef. Itulah tadi nama-nama temen-temen satu kelompok saya saat PAB ini. Kalo saya gausah dideskripsiin ya, mungkin anda semua yang baca dua tulisan terakhir saya sudah tahu ciri-ciri dan kekhasan saya.
Tenda pun berdiri kokoh bagai benteng Berlin, eh Tempok Berlin ya. Tibalah waktu untuk memasak, dan Sang Master Chef pun mulai bertindak. Pesan yang saya tangkep di acara masak ini adalah kekompakan kita dalam keterbatasan, dan mensyukuri sekecil apapun nikmat yang Tuhan berikan untuk kita, jangan pernah milih-milih atau sampai parahnya berprasangka buruk kepada Tuhan. Makan siang beres, dan kita pun beristirahat untuk persiapan sholat Dzuhur.


Bagian 3
Final Day: Perjalanan Menyenangkan
Setelah selesai menjalankan ibadah, kami dipersiapkan untuk menjalankan misi perjalanan siang, melewati lima pos yang masing-masing diisi oleh Bidang-bidang yang ada di dalam HIMAS. Mulai di pos 1, saya diberikan penghargaan tentang Kepemimpinan, karena disitu saya harus dapat mempercayai sang pemimpin, ya ketua kelompok, sdr Reno. Karena saya dan teman-teman ditutup matanya, dan harus mencari kertas terbungkus plastik disekitaran kita tanpa melihat plus harus diambil tanpa menggunakan tangan kita, melainkan anggota tubuh lain. Pos 2, disini seru, soalnya saya kena lagi kesialan, saya emang susah buat ngehafal lirik. Lirik SLAYS aja, kadang saya lupa, oiya SLAYS itu nama band saya, bisa di follow @SLAYSUCKS, hehe jadi iklan.
Disini saya diminta untuk menyanyikan yel-yel mellow buatan kelompok, dan hasilnya mengecewakan saya lupa lirik. Tapi di pos ini saya dituntut untuk mengasah tajam intelejensi. Masuk Pos 3, lagi-lagi kena sial, saya kembali disuruh menyanyikan yel kelompok yang ceria, dan saya gak hafal lagi liriknya. Hahaha. Disini kekompakan kembali dituntut, dimana kebersamaan harus dapat dijalani tanpa menyakiti satu sama lain. Pos 4,  gak jauh beda dari pos 1 inti dari apa yang kami lakukan dan pos 5, ini pos terakhir perjalanan siang, dan disini agak seru, soalnya kita diminta untuk Orasi dihadapan Pohon mengenai prosesi Kaderisasi kami. Hal konyol pun terjadi disaat sebuah pilus, makanan dengan ukuran sebesar 6x kapsul obat harus dioper-oper lewat mulut, lo bayangin men, bibir ke bibir itu jaraknya gak jauh dari 1cm, parah, parah bener dah, gapengen lagi. Hahaha


Bagian 4
Perjalanan Sesungguhnya: Malam Tanpa Bintang, Hati sangat Gundah, Perut Keroncongan, namun Ini Memorable.

Dini hari kami sudah dibangunkan oleh suara teriakan orang-orang yang memaksa membangunkan kita dari istirahat malam yang menenangkan. Entah apa salah kami, perasaan baru saja memejamkan mata, eh udah harus bergerak lagi. Disini saya gak heran, karena emang kita sedang dalam sebuah prosesi penobatan istilahnya, dimana sistematika yang harus dilewati ya semacam ini, perjalanan malam. Perjalanan ini dimotori oleh kakak-kakak angkatan mulai dari 2010. 2009, 2008, 2007, 2006 dan Alumni yang tahunnya sangat terpecah-pecah. Satu pertanyaan didalam diri saya yang
terus merasuki otak yang mulai error ini, nanti bakal diapain ya? Ditampar kah? Ditonjok? Dikasih hadiah hal yang mengenakkan lah pokonya yang udah terbayang di kepala. Namun semua pertanyaan itu gak akan pernah kejawab kalo kita gak coba hadapi kan? Akhirnya saya pun beranjak dari dalam tenda yang sempit dan hangat untuk mengikuti rentetan prosesi penobatan.
Atas  nama Maharaja Sriwijaya, ini pertama kalinya saya jalan-jalan dengan memakai kaos satu biji doang, men. Bisa-bisa masuk angin dalam hati berkata, tapi gak apa-apalah, toh kalo sampai saya sakit masih ada medis. Hahaha. Oke, pengalaman jalan malam sebelumnya saya dapatkan di perjalanan menuju Puncak Mahameru di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Lumajang, Jawa Timur pada akhir tahhun 2012 lalu. Disana saya have fun, walau keadaan sangat jauh berbeda dari perjalanan dan track hari ini di Bukit Unggul. Tapi, tak apalah,, pengalaman itu sangat dibutuhkan sebagai makhluk hidup, apa kalian mau saat mati nanti tidak bisa mengilustrasikan bagaimana dunia? Tidak kan, maka dari itu carilah ilmu dan pengalaman sebanyak mungkin.
Perjalanan pun dimulai, dengan memasuki pos angkatan 2010, disini Kepemimpinan yang sangat diharapkan oleh para kakak tingkat, karena memang dalam sebuah organisasi atau menejemen diri sendiri, sikap dan sifat kepemimpinan kita itu sangatlah penting, jangan mudah terintervensi oleh orang yang gak jelas, teguh pendirian, sob. Pos 2, disini diisi oleh angkatan 2009, dalam hati sudah seram melihat kakak-kakak yang sangar-sangar, namun setelah diberi beberapa pertanyaan, motivasi dan akhirnya inti dari persoalan di pos ini adalah mengajarkan bagaimana Menyelesaikan Suatu Masalah dan Intelektual. Hujan pun datang mengguyur, sembari menunggu reda kami masih stay di pos 2. Selesai hujan, kami lanjut menuju pos 3 yang diisi oleh angkatan 2008, baru datang kita sudah diberi hadiah kasing sayang, yaitu push up. Ini pengalaman pertama kali push up dini hari dalem hutan dan asa konyol aja, hahaha. Sehabis itu kami diberikan games yang sebenernya untuk menunjukkan Sifat Kepemimpinan seorang Pemimpin yang sebenarnya, pemimpin yang diterima anggotanya, pemimpin yang bisa mengajak anggotanya kearah yang lebih baik, pemimpin yang disayangi anggotanya dan pemimpin yang tidak kenal suatu perbedaan. Contoh kongkret di dunia ya semacam Bapak Joko Widodo, mantan Walikota Solo yang sekarang menjabat sebagai Gubernur Jakarta, keren gak tuh? Pemimpin yang disayangi rakyatnya.
Masuklah kita di pos 4, dimana disini diisi oleh kakak-kakak dari 2007, gak banyak aneh-aneh disini, kita cuman dikasih bimbingan bahwa kita akan dan pasti suatu saat mendapatkan cobaan, yakni memutuskan suatu perintah atau pilihan di dunia ini dan hanya bisa kita putuskan dalam waktu yang singkat. Setelahnya kita pun merayap menuju pos terakhir yang letaknya diatas kami, jadi kami merayap dengan penuh semangat membara di dalam dada, dan hasilnya enak, asli enak banget, men. Sesampai di pos terkhir ini, kita disambut oleh kata-kata hina, yakni mau di gampar gak sama kita? Hahaha parah kan? Gak juga ya? Oke deh, next kita pun dikasih games gotong royong yang namanya push up berantai, ini seru men pengen lagi kapan-kapan. Nah di pos ini saya udah keburu lupa moral value nya apa, soalnya tulisan ini kelamaan saya bikin dari saat PAB lalu, jadi maklum ya. Saya terlalu sering mengkonsumsi apa yang tidak seharusnya dikonsumsi, hehehe.


Bagian 5
Episode Terindah: Bukit Unggul, tempat Kelahiran Kita. Ya Warga HIMAS terlantik di tahun 2013. Cerdas, Militan dan Progresif.
Akhirnya, kami pun dapat mengakhiri semua gundah gulana kerisauan hati kita semua masalah PAB, setelah kita berhasil melampauinya. Dibagian ini, saya rasa adalah akhir dai segala rasa sebel sama kakak tingkat dn sebagainya lah, dan ini adalah pintu gerbang menuju kehidupan bermasyarakat yang sebenarnya. Diawali dari prosesi yang sangat menyakitkan kita pun akan mendapatkan buah yang sesungguhnya. Suatu kemanangan itu tidak ada yang didapatkan dengan Cuma-Cuma, semua butuh proses, seperti Ulat, untuk menjadi Kupu-kupu yang Cantik dia harus melewati fase-fase dahulu, ya seperti itu lah kita, karena Metamorfisis itu sangat kita butuhkan dalam kehidupan. Lewat organisasi resmi sekelas HIMAS ini, saya dapat kembali memetik banyak nilai moral dalam kehidupan, oleh karenanya penyesalan saya dahulu terbayar semua dengan apa yang terjadi hingga akhirnya saya pun meneteskan air mata bahagia, air mata haru, dan juga air mata kemenangan.
Pagi hari ini kami semua merasakan rasa senang telah dapat menyelesaikan rangkaian proses kaderisasi. Semua terlihat dapat melebarkan raut bibir mereka, semua terlihat senang bukan kepalang. Kita pun diberi hadiah khas dari para kakak-kakak angkatan kita, hingga akhirnya kita semua melepas name tag, topi dan syal yang menandakan berakhirnya prosesi kaderisasi, dan kita? Ya kita adalah pemenangnya, we’re the winner in this game.
Jujur saja, mungkin setelah umur 13, saya mungkin hanya meneteskan air mata tiga kali, saat Kakek dari Ayah saya meninggal, Saat Nenek Buyut dari Ibu saya meninggal dan Hari ini, ya hari dimana saya dilantik menjadi anggota dari Keluarg Besar Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah di UPI. Hari ini, adalah hari kelahiran kita, hari dimana angkatan 2013 dapat melewati ribuan rintangan yang menghalau didepan wajah, yang seakann-akan terus menggerogoti kepercayaan diri juga semangat. Aneh memang bila bicara mengapa kita bisa melewatinya, padahal dalam hati kita selalu ngedumel dalem hati, ya itu memang mungkin sebuah proses, dinamika dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan ini saya Dwi Nur Akbar Wijaksono untuk Bangsa Indonesia, dan untuk semua orang yang saya kenal, semoga setelah melewati ini saya akan menjadi pribadi yang jauh-jauh lebih baik dari sebelumnya.


Prolog
Dibagian ini saya akan menceritakan mengapa saya menuliskan tulisan ini. Tulisan ini didasari dari rasa malu saya, rasa senang saya sekaligus perasaan yang tak dapat saya ungkapkan lewat kata-kata. Terlalu banyak dinamika dalam menjalani kaderisasi, saya mengakui kebanyakan dari kesalahan saya semasa di kader itu murni kesengajaan, oleh karenanya setelah melewati hari pengukuhan saya tersadar, bahwa yang namanya hidup itu adalah proses, gak ada enak tanpa susah. Contohnya gakan ada orang sukses tanpa usaha yang keras, gak putus asa dan mental tempe bahkan mental kerupuk yang kalo kebanjur air langsung kempes, melempem.
Saya, dengan berat harus mau menjilat kembali ludah yang telah saya keluarkan di tulisan-tulisan saya sebelumnya, dimana isinya penuh dengan hujatan dan rasa kesal. Mungkin waktu pada saat itu saya masih dalam suasana pancaroba, atau peralihan dari SMA ke Mahasiswa, jelas jauh perbandingan secara Intelektual antara anak remaja dan anak dewasa. Oleh karena hal tersebut saya amat sangat merasa bersalah, dan ucapan terimakasih tak ayal akan selalu saya lontarkan untuk orang-orang yang telah mensupport saya dan mengkader saya menjadi manusia yang baik dimasa yang akan datang.
Dari awal masuk pendidikan sejarah UPI, saya sudah sangat tidak tertarik dengan apa yang disebut organisasi, mau itu himpunan mahasiswa disetiap jurusannya, atau ukm. Jujur saja, saya memang anaknya begajulan, seenaknya lah istiahnya dan susah untuk mengikuti peraturan yang berlaku di suatu tempat, maka dari itu saya masih terus mencoba beradaptasi ditempat yang baru ini.
Harapan saya kedepan setelah semua yang telah saya alami, pasti adlah kehidupan yang lebih baik, semoga dengan apa yang telah saya lakukan selama ini menjadi sebuah berkah bagi diri saya pribadi, dan akan menjadi sebuah acuan untuk diri saya menjadi jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Ini sebuah wadah baru untuk saya menyalurkan ekspresi saya lewat karya seni kontemporer, saya tidak menyesali gagal masuk desain murni ITB, saya tidak menyesali gagal saat tes UGM mengambil Kehutanan, karena mungkin memang disini jalan hidup saya di Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia.
­­            Ini adalah sebuah tulisan yang saya dedikasikan untuk teman-teman Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2013 dan juga seluruh orang-orang yang telah berperan dalam pembentukan diri saya menuju arah yang lebih baik. Tulisan ini teruntuk semua Kakak-kakak Angkatan dari awal Pendidikan Sejarah lahir hingga sampai waktu yang tidak diketahui nanti.
Ini untuk semua orang-orang yang saya cintai, sebuah Episode Terindah, di dalam hidup saya, sebuah pengalaman serta kelahiran diri saya yang baru, atau bisa dibilang sebuah metamorfosis dari saya yang lalu menjadi saya yang terbaharui. Kutuliskan ini untuk semua yang telah mengisi diri saya menjadi saya yang terbaharui.


MENJILAT LUDAH: EPISODE TERINDAH.
Ini adalah sebuah episode terakhir perjalanan Mahasiswa Baru pada masa kaderisasi untuk bergabung didalam wadah besar Mahasiswa. Segala suatu hal yang mungkin akan terjadi dimasa endatang akan saya coba kembali tulisakan, karena peristiwa-peristiwa penting akan selalu diingat dan dikenang bila ada sebuah tulisan yang mendokumentasikannya. Oleh karena itu, saya Dwi Nur Akbar Wijaksono dengan ini menutup Jurnal dimasa menjadi seorang Mahasiswa Baru.

NO BULLET CAN STOP YOUR DREAMS.

Senin, 11 November 2013

HEROISME, SAMPAH MASYARAKAT


Berbicara mengenai hal-hal heroik, seperti yang biasa kita saksikan dilayar lebar, dimana heroisme adalah tindakan terpuji dan digambarkan oleh para Superhero atau Agen-agen Kebanggan Negara hingga Prajurit Jaman Kuno. Namun kini mungkin hal-hal heroik yang biasa kita saksikan itu hanyalah sebuah cerita fiksi belaka. Jaman kini heroisme itu ada di tangan para Preman dan Kongsi Jahat para pelaku Pemerintahan. Mereka akan muncul ke permukaan dikala situasi dan kondisi memaksa mereka keluar dengan seenaknya mengatasnamakan diri mereka Sang Pahlawan. Ya, mereka seperti membuat skenario tingkat Hollywood, dan anehnya kita seakan-akan dibutakan walau mendengar. Mengerikan, bayangkan saja kalau para Preman dan Penjahat Bertopeng Emas itu menguasai dunia? Sepertinya apa yang biasa kita lihat di layar lebar bisa saja terjadi, dimana kekuatan-kekuatan hebat atas dasar ilmu hitam dan misi terselubung.
Baiklah, mungkin tadi terlalu jauh untuk terpikirkan oleh akal sehat. Kita ini udah jadi konsumen setia para sineas Hollywood, bro. Back to the track, masalah heroik atau kepahlawanan atau penjaga perdamaian dunia, kini udah susah banget kita rasain. Mereka kebanyakan muncul disaat waktu yang gak tepat, atau terkadang tiba-tiba datang bagai malaikat bersayap dengan kekuatan magiz supernatural. Satu aja sih harapan saya mengenai heroisme, dimana para Sampah Masyarakat yang ambil kendali, mari buka mata, hati dan telinga. Sadarlah, banyak penjahat menjadi pahlawan jaman Kali Yuga ini. Waspadalah… waspadalah…


Saya FATxWII, mengucapkan Selamat Hari Pahlawan.
Semoga para Pahlawan tidak menangis dengan apa yang terjadi kini.
Saya yakin mereka memantau kita lewat perangakt Parabola dialam sana.

Minggu, 03 November 2013

TANPA DASAR: DIAM KINI BUKAN EMAS


            Hari minggu pagi yang cerah kudapati hari ini. Berjalan melewati lorong dengan ratusan komputer yang berjajar, sebut saja Xenos, sebuah warnet game online langganan ku dan teman-teman sepermainanku untuk menghabiskan malam minggu yang kelam, tanpa tambatan hati. Sebenernya hari ini saya males banget buat mengikuti kegiatan Kaderisasi. Sebab semalam saya menghabiskan waktu bermain game online plus menonton pertandingan Liverpool melawan Arsenal via streaming. Dan hasilnya pun mengecewakan, Liverpool kalah 2-0 dari Arsenal yang bertanding di markas Arsenal, Emirates Stadium di London. Tak terasa kuhabiskan malam disana, tepat pada pukul 06.00 pagi saya pulang kerumah, dan bersiap menuju kampus. Lagi-lagi hanya tidur sekitar duapuluh menit saja. Perjuangan berat melampaui sebuah kewajiban Mahasiswa Baru.
            Bumi Siliwangi sebuah tempat dimana saya menuntut ilmu, kini ku berada disana dalam keadaan setengah sadar, hahaha. Jujur saja, saya bisa mengikuti kegiatan hari ini itu berkat seseorang yang menyemangati saya, ya ada perempuan yang saya suka. Dia teman satu angkatan dengan saya. Jangan sebut namanya, takut yang ada malah menjadi makin semrawut, karena memang kita dipisahkan oleh berbedaan kelas. Diawali dengan berkumpul di daerah lapangan berdebu, kami masih meraba-raba, kegiatan seperti apa yang akan dilalui hari ini. Ternyata kita diberikan waktu untuk show off kemampuan bakat kita, baik individu maupun kelompok. Satu per satu para kelompok telah maju untuk mementaskan hal kreatif mereka, berikut diseling oleh penampilan dari Panitia.
            Pentas pun berakhir, jujur saja pementasan ini terasa sangat aneh, kurang menghibur, namun sisi positifnya disini kami satu angkatan bisa saling berdekatan, layaknya sebuah persatuan. Waktu sudah mmulai agak siang, sekitar pkl 10.00 lah, kita diberikan perlengkapan dan bahan membuat rujak (makanan khas yang terdiri dari buah-buahan segar dengan bumbu gula merah, dicampur asem, garam,  cabe rawit/cengek dan kacang tanah) suasana kekeluargaan pun terasa hangat, ya walau saya pribadi merasasakan rasa kantuk yang luar biasa.
            Hari ini tepat hari kesialan kedua saya. Setelah minggu lalu terlambat datang ke sidang, kini saya harus mempertanggungjawabkan hasil tugas minggu kemarin. Ngomong-ngomong soal tugas, saya tidak keberatan, yang memeberatkan hanyalah prosesi tes yang dilakukan didepan teman-teman satu angkatan. Kebodohan saya pun seketika muncul ke permukaan, beberapa pertanyaan mampu saya jawab, sisanya? Saya hanya terbelalak dengan tatapan kosong. Saya menyesali sikap Panitia yang mengetes saya didepan teman-teman, karena bila saya sampai tidak bisa menjawab, itu sama saja saya mengorbankan mereka untuk menyelamatkan saya. Dimana sisi kemanusiaan? Sosialismenya dimana? Saya pun kembali hanya terdiam, dengan kondisi teman-teman yang terus dihujani omongan-omongan penuh motivasi layaknya mario teguh.
           
#KECEWA
            Mengapa hari ini saya mementingkan acara ini, dimana saya kembali menjadi terdakwa yang dengan rasa kantuk yang menghantui terus tertekan. Hari ini saya membatalkan kepergian saya ke Solo, demi menonton pertunjukan, suatu festival musik tahunan di Solo, sebut saja Rock In Solo. Saya melewatkan kesempatan emas, dimana saya bisa bertatapan langsung dengan band black metal asal Polandia, BEHEMOTH. Pembatalan kepergian saya dilandasi pengumpulan tugas yang harus saya serahkan hari ini, dan saya menghargai teman-teman yang menyayangi saya. Tapi merujuk dari konten aara hari ini plus kena marah lagi, saya amat sangat menyesali pembatalan kepergian saya ke Solo.
            Dimulai dari tempat showing off bakat yang kurang mendukung, saya sudah sedikit kecewa plus ditambah makian para Tim Evaluasi perihal kegagalan saya menjawab sebuah pertanyaan plus mengintrogasi saya mengapa saya pernah memberikan pernyataan pengunduran diri. Ah sial! Kesekian kalinya meridhokan gak dateng ke event keren untuk acara beginian doang, umpat saya dalam hati. Ditambah segelimet problematika dalam kubu angkatan, makin saja saya kecewa, kecewa luar biasa.


BAGIAN TERLARANG: SEBUAH PENGAKUAN SERTA PERTANYAAN
           
Disini saya akan memeaparkan soal ketidak seriusan saya mengikuti kegiatan kaderisasi. Ya, mungkin memang sudah didasari pemikiran saya yang kurang berkenan ditempat baru ini. Entah mengapa, para Panitia tidak pernah memergoki saya yang sedang merokok dipelataran Masjid Al-Furqon, atau merokok didaerah Parkiran  atau bahkan di kantin dekat Perpustakaan selama berbulan-bulan ini dan sayasampai lupa berapa jenis pelanggaran yang pernah saya buat dan tidak saya akui. Jujur saja, pada awal masuk perkuliahan saya memang sudah merasakan bagaimana hidup di lingkungan baru. Istilah bule nya ngerasain gimana Person United Nothing Kindom, lah. Eh, tapi sayang itu cuman bentar sampe akhirnya MOU disetujui.
Selain itu, saya juga tidak habis pikir, mengapa saya lulus masa adaptasi? Toh buku perkenalan saya tidak sesuai target. Apakah ada kongsi jahat dibalik ini semua? Ya saya tidak faham soal itu. Ditambah saya yang selalu tidak pernah mengikuti MOU yang disetujui. Bener-bener fenomena nyata alam bawah sadar saya. Ada apa ini? Apakah ada segelintir orang yang menginginkan saya bergabung?
Berkaitan dengan prosesi kaderisasi, saya hanya mengkritik persoalan efektifitas waktu. Sebenarnya banyak sekali kegiatan yang seharusnya bisa dilakukan dalam satu hari dan mempercepat proses kaderisasi, namun sayang semua tidak sesuai dasar pemikiran saya. Saya keburu jenuh, setiap sabtu harus ke kampus, sedangkan terkadang band yang saya menejeri manggung plus rekan-rekan juga sama, mereka ingin didatangi shownya.
Ada apa sebenarnya? Saya sebenerny ingin sekali menghentikan prosesi ini, udah aja ah, ngapain gitu. Toh yang capek saya lagi, yang ruginya saya lagi juga. Tapi ya memang, mungkin Tuhan berkehendak lain untuk jalan hidup saya ini. Hanya yang pasti, saya gak gampang buat diatur, dihasut bakan dijerumuskan. Setiap langkah saya perhatiin, gerak-gerik selalu jadi prioritas untuk dijaga. Untuk itu, ijinkanlah saya mundur, bila memang saya hanya akan menjadi bumerang bagi teman-teman. Saya udah ngelakuin kesalahan besar, keterlambatan hingga duabelas jam itu bukan kesalahan ringan, hukuman yang setimpal adalah ketidak lolosan saya sebagai warga.

Bom Waktu, suatu saat akan Meledak.

Kamis, 31 Oktober 2013

MENOLAK LUPA: CATATAN HITAM PENGAKUAN DOSA



 #INTRO
            Suasana UTS (Ujian Tengah Semester) yang menegangkan bagai sedang berada ditengah hutan yang gelap gulita yang dipenuhi hewan-hewan buas baru saja berakhir, dan saya pun dapat menghela nafas dengan santai, bagaikan merokok dipagi hari yang cerah ditemani secangkir kapal api. Sesaat suasana damai, tentram dan santai saya rasakan, tiba-tiba saja segerombolan manusia yang mengatasnamakan diri mereka Tim Evaluasi datang dan masuk kedalam ruangan perkuliahan. Mereka memberi instruksi untuk kegiatan Himpunan perihal Kaderisasi, setelah selesai mereka memulai memanggil para Mahasiswa Baru, peserta kaderisasi yang datang terlambat dalam acara kaderisasi sabtu siang lalu. Satu per satu dari kmai yang terlambat maju ke depan kelas memenuhi permintaan para TE. Posisi saya pada saat itu mungkin sedang dilanda kesialan, godamnshit pasti saya kena semprot gegara telat. Karena memang hanya saya, satu-satunya MaBa yang terlambat datang hingga duabelas jam. Ironis memang seseorang yang sedang ditempa untuk menjadi individu yang baik malah menghiraukan perintah Kakak Senior.
            Di depan kelas yang kira-kira berukuran 5x7m itu saya berdiri sendirian, seperti seorang yang akan dihukum cambuk karena melakukan tindak kekerasan disebuah keramaian. Mulailah saya ditanya-tanya, seperti semacam penjahat federal yang di introgasi didalam ruangan introgasi yang sangat menakutkan, namun berbeda dengan seperti apa yang kita saksikan ditelevisi-televisi, saya di introgasi dengan disaksikan sekitar empatpuluh enam pasang mata yang secara membelalak keheranan ditambah segerombol masa yang mengatasnamakan dirinya TE. Mereka pun dengan sigap memulai prosesi tanya kejamnya kepada saya.
            “Dwi, dari mana aja kamu? Bisa sampai telat datang, dan telatnya luar biasa lagi.”
            “Saya nyablon, Kak. Kerjaan lagi hectic pisan.”
            “Nyablon apa?” potong seorang TE
“Nyablon kaos.” awab saya tenang
“Kirain nyablon muka.” cibir seorang TE santai
            Ah shit! Ini hari sial buat saya, seorang anak culun dengan titel MaBa dan sialnya kenapa saya harus berhadapan dengan manusia-manusia ini? Sudahlan, mungkin ini peringatan dari Tuhan karena saya lalai. Setelah itu saya pun terus dihujani pertanyaan-pertanyaan perihal keterlambatan saya yang menyentuh angka 12 jam, that’s really cool, man! Acara tersebut sebenarnya dimulai pukul 11. 40 pagi, dan saya dengan seenaknya datang pukul 11.50 malam mungkin, dalam keadaan setengah seneng, setengah capel dan setengah kebingungan, ngapain dateng kesini yak? Disitu saya terus disudutkan, ditanya tentang keseriusan mengikuti agenda kaderisasi, mau lanjut apa gak, ya semacam itu.
            Jujur, selama ini saya memang dikaruniai rasa malas yang sangat mahadahsyat oleh Tuhan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan apapun yang tidak saya sukai. Ya, gimana sih kalo kerja tapi bukan passion lo? Setengah ikhlas jadinya. TE pun kembali menyodorkan serangkaian pertanyaan, dan bunyi yang asik seperti ini.
            “Kamu maunya dapet hukuman apa? Kamu udah luar biasa sekali pelanggarannya.”
            “Apa aja saya siap.”
            “Hebat ya, siap dikasih hukuman apa aja.”
            “Yakin? Yaudah temen-temen dikelas ini, maunya Dwi dikasih hukuman apa?”
            Salah seorang teman saya mengangkat tangan dan berkata
            “Review aja, soalnya dia kan gak mengikuti pematerian kemarin. Jadi dikasih tugas review tentang persidangan aja.”
            “Gimana yang lain? Setuju hukumannya itu?”
            “Iya setuju.”
            Beberapa saat kemudian TE mengelontorkan kembali hukuman, menyarankan hukuman fisik. Ah Gat! You must be kidding me. Tanpa ragu saya pun meng iya kan hukuman itu, karena memang saya sedang menjadi orang yang bersalah disini. Saya nerima hukuman fisik bukan berarti sok kuat, sok HULK atau ngeremehin TE, tapi ya emang salah, ya tanggung jawab, ya gak? Hahaha. Ibarat kata “Situ Jual, Gua Beli dah, mau gua beli berapa? Borong abis juga siap!” bukan berarti songong atau ngeremehin ya. Emang saya salah, salah bangeeeet. Dalam hidup saya berprinsip bahwa kita idup di jaman yang udah gila, chaos kalo kata anak-anak punk mah, hahaha. Jadi kita harus menegakkan Hukum Rimba dan Seleksi Alam. Kalau situ lemah, yaudah kelaut aja, nyerahin diri ke PAUS, atau gantung diri aja deh di MONAS. Soalnya anak-anak jaman sekarang itu berani dikala bergerombol, coba kalo Face to Face, dijamin kebelet kencing dah tuh, gak ada berani-berani sedikit pun.
            Akhirnya, hukuman sudah diputuskan oleh sang maharaja TE, bahwa saaya harus me-review persidangan dan akan dipertanggungjawabkan dikegiatan berikutnya. Ah shit! Saya belum bisa berlega hati, karena saya tetep kena hukuman fisik yang udah saya iya kan tadi. Dan bibir saya pun melengkung senang ketika hukumannya hanya sekedar push up sebanyak sepuluh kali, heloooo ini mah kebiasaan tiap pagi. Hukuman telah saya jalani dan saya pun diperkenankan duduk kembali. Dengan wajah setengah iblis saya lontarkan kata terimakasih kepada para TE dan kembali duduk di bangku dimana saya dapat merileksasikan otot-otot yang kejang dan nafsu pembinasaan yang meredam.


Dari pengantar di atas, sebuah intro lah kalo main musik mah, jeng jeng di awal yang kadang, naon sih? Hahaha. Saya akan emberikan penjelasan dibagian kedua ini. Menjelaskan dasar penjelasan mengapa saya terlambat. Terkhusus tulisan ini dibuat untuk mencurahkan semua yang ada di otak saya. Saya gak suka marah-marah, atau apapun dengan berbicara, kalo niat langsung sikat, john! Nah karena itu saya lebih suka menuliskan kejadian absurd, seru atau memalukan seeperti ini disini, ya tempat dimana tulisan-tulisan saya di pamerin, disombongin. Hahahaha
            Mengapa saya melakukan kesalahan? Saya memang mendedikasikan diri untuk hidup Merdeka, istilah bule nya “No Rules” karena pada dasarnya, manusia itu memiliki hak individu nya yang memang harus merdeka. Seringai aja ngerti kok, coba aja denger lagu Mengadili Persepsi (Bermain Tuhan) Individu Merdeka! Udah itu aja. Nah makanya kenapa saya telat, karena mungkin saya juga dilanda rasa malas yang membahana di dalam diri saya pada hari itu dan memang ada faktor pendukung lain yang menyebabkan saya terlambat datang.
            Sedikit bercerita, saya ini anak laki-laki yang dilahirkan dari sebuah keluarga kecil yang hangat yang dikepala keluargai oleh seorang Aparatur negara. Walaupun ayah saya seorang TNI, saya mengakui bahwa saya ini anaknya gak disiplin, urakan lah, Rock ‘n Roll kata Papah Lemmy juga. Selain itu saya juga berinteraksi dengan orang-orang yang memang tidak mau hidup dibawah sebuah sistem atau aturan. Saya dengan bangga cinta sama Indonesia, tapi saya gak suka sistemnya, gak suka sama antek-antek penjahat bertopeng emas yang hinggap semaunya itu. Sistem negara ini udah terjangkit impotensi, abstrak dan bias. Dari SMA, saya udah gak pernah mematuhi peraturan sekolah. Kayak rambut harus rapih, celana harus extra gobrang kayak penyanyi-penyanyi Hip Hop di New York, sepatu warna item dan masuk jam 06.45 pagi. Semuanya udah gak pernah saya patuhi, sumpah deh. Temen-temen SMA mungkin saksi-saksi hidup yang suka ngingetin tapi gak pernah saya denger. Hahaha dasar bajingan. Atas dasar itu, saya berfikir kalau saya ini inhibitor buat anak-anak angkatan 2013.
            Jujur aja, namanya juga pengakuan. Saya ini peserta kaderisasi yang gak pernah mematuhi peraturan MOU yang disetujui pada awal kaderisasi akan dimulai, tapi ya saya kan lagi pake topeng disini, lagi pake topeng badut, yang lucu tapi bisa juga menakutkan. Selama ini tanda pengenal yang ditempet di dada itu hanya saya pakai ketika evaluasi masuk atau ada agenda ketemu senior, selepasnya saya gak pake itu name tag. Topeng badut saya buka kalau gak ada senior, dan saya pake lagi ketika mereka gak ada. Kaos kaki, saya jarang pake warna putih,  soalnya saya orangnya teledor, jadi cepet kotor dah tuh. Urusan celana sayur kemeja dan sepatu itu mah ketara banget, jadi saya patuhin deh. Sisanya? Banyak, tapi saya bocorin segitu aja ah, saya menjunjung budaya Omerta sebenarnya.
            Kembali ke temen-temen yang lucu-lucu di angkatan saya. Saya sempat ingin netesin air mata, air mata asli ya bukan buaya, ketika mereka masih kasih dukungan buat saya yang melemah ini. Mereka pengen saya lulus juga, tapi saya nya gak tau diuntung gitu-gitu aja, gak ada perkembangan ke arah yang lebih baik. Saya selalu menanamkan prinsip ini dalem pertemanan “Ketika saya menerima seseorang menjadi sahabat, maka saya akan berbuat baik kepada dia. Saya tidak akan membohongi atau mengkhianati orang yang sudah kuterima sebagai sahabat.” Keren gak tuh? Hahaha. Karena itu saya akan berusaha menjaga persahabatan supaya gak putus, gak ada gap atau pembatas buat bersilaturahmi. Makanya saya suka pengen ngundurin diri kalau udah salah terus kudu dihukum seangkatan.
            Lalu, bagaimana dengan TE yang sudah mempermalukan saya sore hari tadi? Apakah saya akan membalas dendam atau sebagainya? Itu semua cuman akan menjadi tanda tanya besar karena saya menjunjung tinggi budaya tutup mulut bangsa sisilia, Omerta. Saya jadi inget perkataan seorang Don dia berkata, “Di dunia ini akan ada saat ketika orang yang paling rendah, kalau mau membuka mata terus, bisa membalas denda pada orang yang paling berkuasa.”
            Oke, sejauh ini saya menikmati peran saya sebagai seorang badut dengan topeng badut, namun semenjak kejasian sore tadi, saya beranggapan kalau topeng ini harus dilepas. Tatakrama dan sopan santun yang usang dan membusuk itu emang udah harus diilangin, bro. Kejujuran? Bicara soal kejujuran, menurut saya sih gak ada di dunia yang sudah renta yang diisi dengan dinamika dan berbagai macam persoalan yang akan merujuk pada Deadlock. Kejujuran atas dasar hati nurani itu mah gak ada,semua orang akan berperan pada saat dia ingin memerankannya atau kondisi yang memaksa dia melakukan suatu alibi, ya karena gak ada orang jujur, silahkan renugkan deh.
            Latar belakang saya terlambat juga emang karena ada pekerjaan yang superduper hectic, ngerjain barang yang banyak dan dikirim ke pulau dewata di esok hari, karena sedang ada permasalahan didalam kantor. Sebenarnya saya sudah menyelesaikan sablonan itu jam delapan lebih lah, tapi saya dapet invitation dari sebuah produk rokok sebut saja **rum Sup** untuk menghadiri konser The SIGIT karena mereka sponsor konser tersebut. Merek ini juga udah mensupport saya dan band kecil saya SLAYS (@SLAYSUCKS) sejak lama. Karena itu saya tidak menyia-nyiakan pemberian tiket gratis ini untuk datang ke konser Detournement milik The SIGIT yang diolah oleh 3HUNDRED dan FFWD Records di The Venue, Eldorado. Untuk itu saya sempatkan datang ke konser itu sebelum akhirnya saya menghadiri acara kaderisasi di kampus saya, yang letaknnya memang tidak jauh dari lokasi konser. Namun kesialan memang sedang melanda saya pada hari ini.

#OUTRO
            Mungkin itu tadi pemaparan saya mengenai cerita saya, keterlambatan saya dan dasar saya menuliskan tulisan ini. Saya hanya dapat menngucapkan kata maaf yang benar-benar tulus dari hati saya untuk teman-teman yang sudah mengikuti kaderisasi selama duapuluh tiga jam, sedangkan saya hanya delapan jam. Untuk TE, janganlah sesekali membangunkan Harimau yang sedang tertidur pulas. Itulah tadi catatan pengakuan dosa saya, semoga Bapak Negara di alam sanaa, yang menyaksikan kehidupan alam ini melalui perangkat parabola dapat memaklumi kelalaian dan kesalahan dari diri saya. Ini benar-benar kesalahan saya dan ini memang utuh apa adanya diri saya, yang dengan terpaksa harus hidup[ di jaman Kali Yuga. Semoga tidak ada yang tersakiti karena tulisan saya ini.
Salam Damai, Salam Sejahtera.
Vaya con dios.

Dwi Nur Akbar W,
seorang Buruh.