Sabtu, 12 Juli 2014

Generasi Trending Topics World Wide

Ketika Persoalan Bangsa tidak dikenal oleh Bangsanya Sendiri: A Trending Topics World Wide

Selamat bertemu lagi di analisa sebisanya versi saya. Kali ini isu yang akan saya angkat adalah Ketika Palestina membius mata orang-orang Indonesia. Pada akhirnya masalah krusial di negara nya sendiri terlupakan. Belum saja hilang dari ingatan euphoria PEMILU (Pemilihan Umum) tanggal 9 kemarim untuk menentukannasib bangsa dimana terpilihnya Presiden lima tahun mendatang. Serangan Zionis ke tanah Palestina membuat gusar masyarakat Indonesia. Bukan saya tidak aware masalah Palestina, tapi ada baiknya untuk mengurusi urusan dalam negeri dulu. Beberapa data dibawah merupakan kritik saya terhadap mentalitas bangsa ini yang aware dan concern sama kasus yang dilihat dari media sosial. Terkhusus mereka yang issues maniac karena memantau Trending Topic di media sosial, khususnya Twitter.

1. Kita bersusah payah menggalang dana untuk Palestina, sedangkan orang-orang Papua rentan kehilangan nyawa setiap melahirkan.

Bupati Merauke sampai-sampai mengucurkan dana khusus Rp 2.000.000 untuk Ibu hamil dan melahirkan. Ini terjadi karena tingkat kesehatan ibu hamil masih rendah. Proses persalinan juga menjadi salah satu penyebab. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua, angka kematian bayi (AKB) pada 2007 adalah 24/1000 kelahiran hidup. Angka itu meningkat menjadi 115/1000 kelahiran hidup pada 2013. Menurut Kepala Dinas Kesehatan provinsi Papua, Aloysius Glay. Faktor penyebab meningkatnya AKB adalah gizi buruk, penanganan persalinan yang kurang cakap, kesehatan lingkungan yang buruk, serta kurangnya wawasan masyarakat mengenai kesehatan.

Yunike Howay, dokter anak di Kabupaten Kerom, menuturkan, kondisi geografi Papua membuat tenaga medis sulit untuk memberikan pelayanan kesehatan di daerah pedalaman bahkan dana operasional pun kami belum pernah sampai di daerah sehingga kami kewalahan bahwa pemerintahan ini sanagat meragukan. Selain itu minimnya sarana yang menunjang kesehatan bayi menjadi penyebab tingginya AKB.  “ Belum ada laat khusus di puskesmas seperti inkubator. Bayi yang sakit harus dirujuk ke rumah sakit dengan digendong. Akibatnya, banyak bayi meninggal karena hipotermi dan berbagai macam penyakit menular,” katanya. (FLO)
Sumber: The Largest & Most Respected Newspaper dikutip dari http://suarakolaitaga.blogspot.com/2014/04/angka-kematian-bayi-di-papua-meningkat.html?m=1

            Dari apa yang saya sajikan diatas terlihat bukan, bahwa masyarakat negeri ini kurang aware dan concern dengan isu sosial yang krusial di dalam negerinya sendiri. Untuk itu saya agak tergelitik ketika mereka berbondong-bondong menyuarakan bantuan bagi Palestina. Bukan saya tidak memiliki rasa kemanusiaan, tapi ada baiknya kita upayakan membantu permasalahan dalam negeri dahulu. Memang atas dasar kemanusiaan, penting bagi umat manusia untuk saling membantu, apalagi urusan nyawa. Tetapi PM Palestina sendiri telah mengupayakan diri meminta bantuan Mesir. Walaupun begitu bantuan riil seperti doa dan donasi berupa obat-obatan, dsb juga dibutuhkan.

            Dapat mengambil kesimpulan kan? Disaat rekan-rekan meretweet dan memposting foto anak-anak korban di palestina itu rasanya sama seperti bayi-bayi di Papua yang meninggal dunia. Yang membedakan bayi-bayi Palestina hingga berdarah-darah, sedangkan bayi Papua tidak. Bagaimana mau berdarah ketika baru keluar dari kandungan beberapa ada yang langsung kembali ke nirwana. Bayi-bayi di Papua, boro-boro bisa lihat indah nya dunia. Mereka baru mbrojol dari kandungan aja langsung meninggal dunia. Semoga trending topics tidak mempengaruhi hidup rekan-rekan. Tapi ada segi positif nya, dimana orang Indonesia mudah cepat tanggap dengan sebuah isu. Namun sayang, kurang bisa memilah dan memilih isu yang sebenarnya lebih krusial itu ada di dalam negerinya sendiri.

            Mungkin kalau saya pasang status “Selamatkan mereka ya Tuhan, ampuni dosa mereka. Kaulah Maha Adil. #saveGaza #SavePalestine #Prayfor bla bla..” itu lebih keren ya? Iya dong keren karena mau tidak mau akan menimbulkan rasa plus dari orang yang lihat. Kalau status pake tagar otomatis udah mendunia tuh kicauan kita. Apa karena pemberitaan Palestina lebih masif di media-media elektronik? Yang membuat rekan-rekan lebih senang dengan menyuarakan kepedihan mereka? Dengan pemberitaan diserangnya jalur gaza di tv, atau media lainnya? Dan perbandingan dengan papua yang selalu diberitakannya tentang keindahan alamnya, tentang koteka nya? Yang sebenarnya ada masalah besar yang tertanam dialik indahnya negeri Cendrawasih itu? Apa karena gengsi kalau update status yang lagi hangat? Respon berlebih kadang diperlihatkan oleh masyarakat negeri ini. Sebenarnya ada yang lebih hangat didalam negeri ini.

            Lagi-lagi bukan saya membawa ajaran agama. Bilamana persatuan muslim yang harus bertindak, toh di Palestina bukan hanya muslim kan yang terserang serangan israel? Disana ada orang nasrani, yahudi bahkan atheis juga saya rasa ada. Lantas politisir agama ini memang terkadang mengaburkan pandangan kita. Di negeri kita baru saja dilaksanakan PEMILU, dimana nantinya kita akan mendapatkan sosok Presiden baru untuk Indonesia kedepan. Apabila dalam proses penghitungan suara dari PEMILU tersebut tidak kita awasi, bagaimana apabila terjadi kecurangan? Apakah dengan menggerilya nya status mengenai jalur gaza dapat membantu Indonesia ketika Indonesia memiliki pemimpin yang salah? Simpati dengan Palestina boleh, tapi jangan sampai membuat rekan-rekan lupa dengan persoalan negeri ini. Apakah rekan-rekan ada yang sudah tahu tagar #RevisiUUMD3?

2. Tagar #SaveGaza, #SavePalestina, dsb. Mengalahkan tagar #RevisiUUMD3 yang berpengaruh bagi masyarakat yang dengan menggerilya nge-tweet #Save bla bla dan #Pray bla bla.
            Tagar #RevisiUUMD3 ini saya dapatkan dari timeline rekan saya. Yang selanjutnya saya baca, dan ternyata sumber penulisan tagar ini berawal dari @Meltedja di twitter.
Untuk jelasnya silahkan baca mengenai tagar #RevisiUUMD3 di: https://storify.com/somemandy/revisiuumd3-compiled-9-juli-2014
            Lebih kurangnya isi dari tweet tentang tagar #RevisiUUMD3 di akun @Meltedja adalah sebagai berikut:
-        
                                   Merupakan sebuah bentuk Koalisi Prahara bentuk koalisi permanen dan mengganti UU yang menjadi basis demokrasi negara ini.
-          Tiga hal penting dari #RevisiUUMD3, yakni: 1. Anggota DPR tidak bisa dipanggil oleh KPK tanpa izin Presiden – mereka sulit diproses hukum. Dampak #RevisiUUMD3: 2. Partai pemenang suara terbanyak tidak lagi menjadi Ketua DPR melainkan akan dipilih dengan suara terbanyak. Dampak #RevisiUUMD3: Koalisi permanen akan punya suara mayoritas dan bisa meloloskan UU APAPUN – sepenuhnya ditangan mereka.
-         Kita mengharapkan ada demokrasi melalui saling oposisi antara banyak partai. Kita milih tanpa tau ini pilihan antara dua koalisi.
-          Jadi koalisi bisa memuluskan apapun dan sulit diperiksa tanpa izin presiden – how is this democratic?
-          #RevisiUUMD3 juga menghapus ketentuan keterwakilan perempuan terkait alat kelengkapan DPR.
-          DPR juga sekarang punya hak dapat dana aspirasi, bukan Cuma ngusulin proyek.
-          Tanya kenapa kita ga tau #RevisiUUMD3 segede ini padahal orang-orangnya lagi sibuk kampanye sama kita?
-          Untuk extraordinary crime apapun kalo mau investigasi DPR harus izin Presiden. Jadi kalau anggota DPR temen sama Presiden, aman dong?
-          Mengawasi pemerintah: mulai dari awasi perhitungan suara di TPS. Eksekutif harus kita amankan kalo gak mau dictatorship.

Dari poin-poin yang ada disana, yang saya tangkep dari tweet @Meltedja adalah, semakin mudahnya para birokrat negeri ini untuk akselerasi. Dimana tingkat pengawasan terhadap mereka kian longgar. Dimana mereka makin sulit diawasi dan diadili bila melakukan kesalahan. Lantas mau dibawa kemana negeri ini? Keputusan yang disahkan mereka ini dilakukan ketika kita lagi sibuk mau pemilu dan masa kampanye. Mereka wakil rakyat gak kasih info ke kita, masyarakat. Jadi apakah kita memilih wakil kita (rakyat) atau koalisi? Yang sebenarnya kita (orang awam) tidak paham mengenai maksud dari hal-hal diatas. Tetap kritis dan awasi kawan-kawan. Negara ini benar-benar tidak mengamalkan demokrasi. Banyak ketimpangan dan kecacatan yang ada di dalem sistem yang menindas ini.

Ayo rekan-rekan yang aktif di media sosial. Jangan cuman aware sama trending topic aja. Cobalah untuk mencari informasi terkait pemilu di negeri ini. Nasib lima tahun kedepan kita ada ditangan siapa? Ayo kita bareng-bareng kawal KPU untuk Indonesia yang lebih baik lima tahun kedepan. Ayo berikan yang terbaik untuk negeri ini. Dimana suara rakyat di dengar, tidak serta merta nurut melulu dan tidak dianggap penganggu kebijakan untuk kemaslahatan mereka. Ini negara demokrasi yang disisipi omerta ya?

Masalah Revisi UU MD3 juga menyangkut urusan disini kan? Apakah rekan-rekan mau para anggota DPR dengan seenaknya bikin UU dan di sahkan secara sewenang-wenang juga? Seharusnya ada sebuah sarana dari rakyat untuk mengetahui apa yang sedang dirumuskan oleh DPR. Kalau kita sebagai rakyat gak tahu emnahu persoalan krusial semacam revisi UU MD3 ini, bagaimana rakyat berpartisipasi dalam kegiatan ber-demokrasi? Saya rasa negeri ini menganut kepemimpinan otoriter. Demokrasi yang seperti apa?

3. Kemungkinan masyarakat tidak mengenal Suku Marind. Suku yang mulai punah ditelan budaya Kapitalisme.

            Orang Marind (di Papua) sedang gelisah dengan 47 perusahaan yang telah mengantongi SK Bupati Merauke untuk baba thutan dan gusur tanah adat Marind. Kini ada 15 perusahaan yang beraktivitas di wialayah tanah orang Marind. Staff dari perusahaan-perusahaan masuk ke dusun dan tanah adat tanpa izin pemilik tanah. Seuara masyarakat terkesan dibungkam dengan hadirnya anggota Brimob Polres Merauke sebagai petugas pengaman perusahaan. (Papuan Voices)
Sumber: Fanzine SEPERAK edisi #11. Juli 2013.

            Dari keterangan diatas, semestinya kita aware sama permasalahan kayak gini. Bukan mempermasalahkan uang remonerasi atau kembali mengurusi urusan negara orang lain. Pulau-pulau yang gak terawasi aja kemungkinan udah diambil alih sama bajak laut. Kita sebagai generasi muda pembangun bangsa mestinya memberitakan hal-hal semacam ini. Bukan isu-isu negeri orang yang diangkat. Memang berita mengenai palestina, dsb itu tersorot media, dan pada akhirnya menjadi trend untuk diikuti. Gak sedikit lho yang bantu naikin isu tanpa tahu isu apa yang mereka share ke permukaan. Jadi masih ingin angkat isu negeri luar tanpa mengetahui dan memberitakan kebobrokan negeri sendiri? Jadilah kritikus yang baik. Mengkritik dengan disertai bukti untuk perbaikan yang riil. Negara ini judulnya saja demokrasi, tapi masyarakat, suaranya masih dibungkam. Semacam omerta bagi orang Sisilia!

            Rekan-rekan semua bareng-bareng ngehardik zionis, mengutuk, dsb. Tapi apakah dengan hal melaui ucapan atau status itu akan merubah keadaan Gaza? Saya rasa tidak. Seharusnya langkah nyata yang diambil oleh rekan-rekan melalui donasi dan doa. Masalah perang di gaza jadi trending topic yang terus menerus. Temen-temen upload foto-foto yang menyedihkan, luka, dsb. Itu bukan buat kita bisa bantu mereka. Yang ada kita larut dalam kesedihan. Dan seakan-akan, dapat menyulut emosi orang-orang yang merasa muslim dan merasa wajib menolong melalui cara apapun bagi kemerdekaan Palestina. Memang benar dampaknya beragam, tapi fatalnya adalah ketika emosional itu merusak kerukunan beragama. Akhir-akhirnya muslim itu malas untuk berteman dengan orang diluar agama nya, orang diluar negara nya, dan orang yang selisih pendapat dengannya. Bukan saya tidak mengecam tindakan pembunuhan massal yang dilakukan Israel. Namun terlihat itu emang kewajiban dari Israel melindungi warga negaranya, begitu pula Palestina. Serangan Hamas dibalas oleh Israel itu wajar. Yang menyalahi hukum Internasional kan ketika Israel menyerang warga sipil, bukan Hamas.

Sekarang semua repot-repot meneriakan persoalan Palestina. Dan kita nantinya dirugikan oleh sistem hukum yang korup di negeri ini. Tiga contoh persoalan yang saya angkat diatas tadi ya buat semua temen-temen berpikir, bahwa tidak selalu masalah negeri orang yang harus diangkat. Tetapi coba untuk berpikir cerdas, berita mana yang mesti dishare dan dibagikan. Palestina urusannya sudah muslim se-Dunia. Persoalan bangsa ini? Hanya bangsa nya sendiri yang bisa benahi. Kalau bukan kita yang kritis dan mengawasi negara ini siapa lagi? Orang israel? Bukan kan.

Sekarang kita bisa ngetweet #save bla bla, tapi apa yang kita dapet? Apa yang didapet sama orang-orang Papua yang butuh inkubator dan kinerja perawat yang terampil? Apakah dengan kita tweet #save bla bla #pray bla bla orang-orang zionis bakal sadar? Apakah dengan kita terus-terusan upload foto dan update status tentang korban Palestina akan membuat tanah orang Marind bisa terbebas dari jerat perusahaan sialan itu? Apakah teman-teman telah termakan politisasi agama?

Jika berbicara atas nama agama muslim, saya rasa temen-temen salah lho. Di palestina juga kan hidup orang-orang yahudi, nasrani, bahkan tidak menutup kemungkinan korban penyerangan zionis itu atheis. Kalo menurut saya dengan status, dsb temen-temen tentang palestina atau negara lain diluar sana itu sebuah blunder. Dimana persoalan WNI di Hongkong yang gak bisa nyoblos aja gak beres kan? Atas dasar kemanusiaan? Apakah orang-orang Papua itu tidak berhak mendapatkan rasa kemanusiaan? Saya rasa buka posko untuk luar negeri harus sebanding dengan membuka posko bantuan untuk dalam negeri juga dong.


Maaf apabila ada perkataan saya yang terlalu dangkal dan kerdil dan tidak berkenan, tapi itu yang ada di dalam otak saya sekarang. Karena saya tergelitik dengan sikap rekan-rekan, seperti yang memberikan broadcast mengenai berita-berita yang lagi jadi trending topic. Apakah itu bukan menjadi sebuah blunder bagi kalian sendiri? Terimakasih atas perhatiannya untuk membuka tulisan saya ini. Apabila ada yang harus diperbaiki dari penulisan saya ini. Saya mohon untuk mengisi kolom komentar atau langsung tegus saya di e-mail: dwivetable@gmail.com atau supaya kritik tersebut terbuka bisa di twitter @dwivetable. Mohon maaf apabila masih banyak kesalahan. Mugia gede raharja, astungkara. Tabik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar