Minggu, 24 November 2013

MENJILAT LUDAH: EPISODE TERINDAH


BAGIAN 1
Persiapan Sebelum Medan Laga
Hari Jumat, bila datang hari ini, tiba-tiba terketuk dalam hati untuk bersujud kepada Sang Maha Pencipta, Tuhan saya, Alloh SWT. Seperti yang saya tahu hari ini adalah hari segudang rejeki dan limpahan karunia Tuhan. Tepat hari ini saya dan teman-teman Pend. Sejarah UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) akan bersiap untuk menghadapi fase terakhir dari rangkaian proses kaderisasi untuk menjadi anggota dari Himpunan Sejarah UPI, atau lebih akrab disebut Warga HIMAS UPI. Semua orang berbondong-bondong mencari barang-barang yang akan dipergunakan esok hari, dimana kita akan menuju sebuah tempat yang didisein oleh Tuhan menjadi sebuah daerah resapan air juga tumbuhnya pepohonan terkhusus Pohon Kina. Sebut saja tempat itu Bukit Unggul, sebuah tempat penangkaran Kina di daerah Lembang, Utara Kota Bandung. Saya pribadi sudah menyiapkan semua perlengkapan untuk esok hari mengikuti PAB. Apa itu PAB? Pasti menjadi sebuah pertanyaan yang terngiang di telinga kita, karena mungkin singkatan ini jarang digunakan dibeberapa organisasi atau perkumpulan, PAB adalah singkatan dari Pengukuhan Anggota Baru, karena kami Pend. Sejarah tahun 2013 sedang menjalani rangkaian pengkaderisasian untuk menjadi Warga HIMAS.
PAB ini adalah sebuah final day untuk kita menjadi Warga di Himpunan yang bisa dibilang tertua di UPI. Kuliah pun berakhir di hari jumat yang cerah ini, saya dan teman-teman berkumpul dengan para pemandu juga teman-teman untuk membicarakan kelengkapan esok hari. Banyak sekali kegalauan yang saya lihat dari raut wajah teman-teman saya. Banyak dari mereka memang tidak mempunyai perlengkapan untuk menjelajahi alam,. Namun, seiring berjalannya waktu serta usaha yang mereka lakukan pertolongan pun datang, akhirnya semua telah memiliki kelengkapan untuk mengikuti masa akhir atau fase terakhir untuk menjadi warga di HIMAS.
Tepat pukul lima sore saya berangkat dari rumah saya dibilangan Pasir Kumeli, Cimahi menuju kampus di kawasan Setiabudhi. Cuaca gak bersahabat banget, sob. Hujan yang mengguyur dengan rapih terus-menerus seharian tanpa istirahat sedikit pun, sepertinya ini pertanda bahwa Dunia ini udah renta, manusianya udah bobrok, IQ tinggi moral dan akhlak nol. Itu aja sih yang bisa saya simpulin, jadi Dunia ini menangis, hihihi. Back to the track, saya pun dengan menaiki Si Murder X, sebutan untuk motor matic pabrikan Jepang dengan merek Yamaha yang Ayah saya miliki yang saya gunakan sehari-hari, saya pun menuju kampus dalam keadaan hujan yang rada santai, alhamdulillah Tuhan sayang sama saya. Perjalanan yang kira-kira menghabiskan waktu 30 menit pun telah saya lewati, ditemani guyuran hujan yang unyu-unyu dengan membawa sebuah tas ransel khas Tentara Nasional Indonesia milik Ayah saya. Saya pun tiba di kampus kesayangan saya, Bumi Siliwangi.,haha lebay. Tibalah saya di PKM sebuah gedung yang memang difungsikan untuk para Mahasiswa UPI. Baru saja tiba langsung saya dipertemukan oleh Tim Evaluasi (untuk yang membaca tulisan saya sebelumnya, dibagian lain tulisan ini saya akan membahas bagaimana sebenarnya mereka, dan semua itu jauh dari apa yang saya tulis ditulisan saya sebelumnya) saya pun ditanya-tanya kesiapan juga perlengkapan yang saya bawa, semua lengkap saya bawa hanya saja saya lupa membawa alat sholat.
Akhirnya, semua peralatan, mental juga fisik sudah tersiapkan. Tinggal menunggu final day nya, dan bayangan saya mengenai PAB ini adalah sesuatu yang menyeramkan, seperti adegan-adegan pembunuhan di film-film ala sutradara hollywood. Malam pun tiba saya kembali pulang dengan ditemani cuaca dingin Kota Bandung serta rintik-rintik hujan yang seakan menemani kesendirian saya.



Bagian 2
Final Day: Bergulat dengan Lalat
Tiba juga hari yang saya bayangkan sebagai Hari pembantaian, sebuah hari dengan penuh teriakan-teriakan kesakitan ala Neraka di film-film layar lebar, hahaha. Sial, itu yang saya rasakan dihari ini, kenapa karena saya telat datang ke kampus gara-gara salah baca sms. Tertulis di sms itu kumpul pkl 5.20 pagi, dan saya melihatnya 6.20 dengan santai saya berlama-lama di kamar mandi, karena memang sudah beberapa lama ini saya susah buang air besar, hahaha. Tepat pkl 6.25 saya cabut dari rumah saya menaiki si Oldskool, motor antik milik Ayah saya, karena jujur saya belum mampu beli kendaraan pribadi. Lalulintas sangat support kepada saya sabtu pagi itu, jalanan sepi layaknya Pekuburan Bangsa Belanda, jarang banget orang lalu-lalang dengan kendaraan mereka yang memberikan asupan CO2 ke Udara. Sampai lah saya di Bumi Siliwangi, dengan menyimpan motor di Bank BNI UPI, karena kakak saya bekerja sebagai teller disitu. Berlarilah saya, dramatisasinya kayak film Flash, ngebut dan tetep aja dimarahin kan telat, sial! Haha semper nurunin mood untuk lanjut, tapi yaudahlan masalah sepele.
Setelah berkumpul, kita pun bersiap menuju tempat pelantikan kita di Bukit Unggul dengan menggunakan Truk. Oiya saya lupa, kami disini berpakaian layaknya Segerombol Masa Pecinta Alam, mengenakan Kaos putih panjang, seperti aliran Jaina yang menghindari membunuh (Ahimsa) celana PDL (Cargo Pant), syal berwarna Merah seperti Si Bolang dan topi Rimba ala Indiana Jones. Kekompakan mulai terasa, hangatnya persaudaraan pun mulai muncul, senang sekali saya rasakan hari ini. Mungkin ini momentum paling bersejarah di dunia Pendidikan Tinggi, begitu dalam benak saya. Perjalanan dipenuhi dengan yel-yel ala anak-anak tahun 2013, semua hepi seakan-akan melupakan pemikiran buruk nan kelam mengenai berita PAB yang hingar-bingar seliweran terdengar di telinga.
Sampai lah kami di lokasi PAB yang diberi titel MAKAR Camp 2013, wuiiih, Makar, serem ya. Hahaha. Kami pun mulai dididik ala disiplin militer, dengan teriakan khas kakak angkatan, asik banget nih hari kita berasa lagi dalam pendidikan ketentaraan, serba disiplin, jauh dari apa yang saya lakukan selama ini. Baru sampai di lokasi Camp, saya sudah dibikin kesel sama yang namanya Lalat, binatang yang dianggap jijik karena sukanya hinggap di Kotoran-kotoran, termasuk Hasil dari proses kimiawi manusia, iya Tai Manusia, hahaha. Mengapa lalat tidak sepintar Burung Kakak Tua yang hinggap di jendela ya? Sudahlah ngapain jadi mikirin itu, Lalat udah jelas Lalat, kodratnya jadi Lalat gakbisa dibandingin sama Burung yang Kodratnya hinggap di Jendela. Haha. Lalat sialan ini kerjaannya ngeganggu saya terus, udah tau lagi dibarisin, eh nih laler ganggu terus, takutnya kan kena semprot kakak-kakak, nanti saya kena marah lagi. Soalnya saya udah janji gak akan bikin ulah sampai proses kaderisasi berakhir, itu pesan yang tertanam didiri saya, setelah teman-teman mengampuni kesalahan saya yang terkahir ada masa kaderisasi di kmapus, maaf ya men-temen, Wii Khilaf.
Beres pergulatan dengan lalat sialan tadi, saya dan teman-teman semua satu angkatan mulai untuk mendirikan tenda, dan setelahnya memulai memasak untuk makan siang. Yihaaaa, disini perasaan giting mulai timbul, berasa flying high, men. Kita mulai kebersamaan dan lain-lain di fase ini, kekompakan dan lain sebagainya. Kebeneran, saya satu kelompok dengan para manusia-manusia khas, ada Fais si bicah Indramayu yang super Kocak, Reno anak Ciwidey yang khas, Riski anak Guung Batu dengan keeksotisan Brewok semacam Ridho Rhoma, Agung si KM kelas A, Abdul Ajiz seorang anak Jakarta dengan gagah beraninya menginjakkan tanah Viking, hahaha, Renaldi ini yang berbahaya, Si Beliau ini adalah Ketua Angkatan 2013, gilee serem ya kelompok saya dan yang terakhir, Acep sang Master Chef. Itulah tadi nama-nama temen-temen satu kelompok saya saat PAB ini. Kalo saya gausah dideskripsiin ya, mungkin anda semua yang baca dua tulisan terakhir saya sudah tahu ciri-ciri dan kekhasan saya.
Tenda pun berdiri kokoh bagai benteng Berlin, eh Tempok Berlin ya. Tibalah waktu untuk memasak, dan Sang Master Chef pun mulai bertindak. Pesan yang saya tangkep di acara masak ini adalah kekompakan kita dalam keterbatasan, dan mensyukuri sekecil apapun nikmat yang Tuhan berikan untuk kita, jangan pernah milih-milih atau sampai parahnya berprasangka buruk kepada Tuhan. Makan siang beres, dan kita pun beristirahat untuk persiapan sholat Dzuhur.


Bagian 3
Final Day: Perjalanan Menyenangkan
Setelah selesai menjalankan ibadah, kami dipersiapkan untuk menjalankan misi perjalanan siang, melewati lima pos yang masing-masing diisi oleh Bidang-bidang yang ada di dalam HIMAS. Mulai di pos 1, saya diberikan penghargaan tentang Kepemimpinan, karena disitu saya harus dapat mempercayai sang pemimpin, ya ketua kelompok, sdr Reno. Karena saya dan teman-teman ditutup matanya, dan harus mencari kertas terbungkus plastik disekitaran kita tanpa melihat plus harus diambil tanpa menggunakan tangan kita, melainkan anggota tubuh lain. Pos 2, disini seru, soalnya saya kena lagi kesialan, saya emang susah buat ngehafal lirik. Lirik SLAYS aja, kadang saya lupa, oiya SLAYS itu nama band saya, bisa di follow @SLAYSUCKS, hehe jadi iklan.
Disini saya diminta untuk menyanyikan yel-yel mellow buatan kelompok, dan hasilnya mengecewakan saya lupa lirik. Tapi di pos ini saya dituntut untuk mengasah tajam intelejensi. Masuk Pos 3, lagi-lagi kena sial, saya kembali disuruh menyanyikan yel kelompok yang ceria, dan saya gak hafal lagi liriknya. Hahaha. Disini kekompakan kembali dituntut, dimana kebersamaan harus dapat dijalani tanpa menyakiti satu sama lain. Pos 4,  gak jauh beda dari pos 1 inti dari apa yang kami lakukan dan pos 5, ini pos terakhir perjalanan siang, dan disini agak seru, soalnya kita diminta untuk Orasi dihadapan Pohon mengenai prosesi Kaderisasi kami. Hal konyol pun terjadi disaat sebuah pilus, makanan dengan ukuran sebesar 6x kapsul obat harus dioper-oper lewat mulut, lo bayangin men, bibir ke bibir itu jaraknya gak jauh dari 1cm, parah, parah bener dah, gapengen lagi. Hahaha


Bagian 4
Perjalanan Sesungguhnya: Malam Tanpa Bintang, Hati sangat Gundah, Perut Keroncongan, namun Ini Memorable.

Dini hari kami sudah dibangunkan oleh suara teriakan orang-orang yang memaksa membangunkan kita dari istirahat malam yang menenangkan. Entah apa salah kami, perasaan baru saja memejamkan mata, eh udah harus bergerak lagi. Disini saya gak heran, karena emang kita sedang dalam sebuah prosesi penobatan istilahnya, dimana sistematika yang harus dilewati ya semacam ini, perjalanan malam. Perjalanan ini dimotori oleh kakak-kakak angkatan mulai dari 2010. 2009, 2008, 2007, 2006 dan Alumni yang tahunnya sangat terpecah-pecah. Satu pertanyaan didalam diri saya yang
terus merasuki otak yang mulai error ini, nanti bakal diapain ya? Ditampar kah? Ditonjok? Dikasih hadiah hal yang mengenakkan lah pokonya yang udah terbayang di kepala. Namun semua pertanyaan itu gak akan pernah kejawab kalo kita gak coba hadapi kan? Akhirnya saya pun beranjak dari dalam tenda yang sempit dan hangat untuk mengikuti rentetan prosesi penobatan.
Atas  nama Maharaja Sriwijaya, ini pertama kalinya saya jalan-jalan dengan memakai kaos satu biji doang, men. Bisa-bisa masuk angin dalam hati berkata, tapi gak apa-apalah, toh kalo sampai saya sakit masih ada medis. Hahaha. Oke, pengalaman jalan malam sebelumnya saya dapatkan di perjalanan menuju Puncak Mahameru di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Lumajang, Jawa Timur pada akhir tahhun 2012 lalu. Disana saya have fun, walau keadaan sangat jauh berbeda dari perjalanan dan track hari ini di Bukit Unggul. Tapi, tak apalah,, pengalaman itu sangat dibutuhkan sebagai makhluk hidup, apa kalian mau saat mati nanti tidak bisa mengilustrasikan bagaimana dunia? Tidak kan, maka dari itu carilah ilmu dan pengalaman sebanyak mungkin.
Perjalanan pun dimulai, dengan memasuki pos angkatan 2010, disini Kepemimpinan yang sangat diharapkan oleh para kakak tingkat, karena memang dalam sebuah organisasi atau menejemen diri sendiri, sikap dan sifat kepemimpinan kita itu sangatlah penting, jangan mudah terintervensi oleh orang yang gak jelas, teguh pendirian, sob. Pos 2, disini diisi oleh angkatan 2009, dalam hati sudah seram melihat kakak-kakak yang sangar-sangar, namun setelah diberi beberapa pertanyaan, motivasi dan akhirnya inti dari persoalan di pos ini adalah mengajarkan bagaimana Menyelesaikan Suatu Masalah dan Intelektual. Hujan pun datang mengguyur, sembari menunggu reda kami masih stay di pos 2. Selesai hujan, kami lanjut menuju pos 3 yang diisi oleh angkatan 2008, baru datang kita sudah diberi hadiah kasing sayang, yaitu push up. Ini pengalaman pertama kali push up dini hari dalem hutan dan asa konyol aja, hahaha. Sehabis itu kami diberikan games yang sebenernya untuk menunjukkan Sifat Kepemimpinan seorang Pemimpin yang sebenarnya, pemimpin yang diterima anggotanya, pemimpin yang bisa mengajak anggotanya kearah yang lebih baik, pemimpin yang disayangi anggotanya dan pemimpin yang tidak kenal suatu perbedaan. Contoh kongkret di dunia ya semacam Bapak Joko Widodo, mantan Walikota Solo yang sekarang menjabat sebagai Gubernur Jakarta, keren gak tuh? Pemimpin yang disayangi rakyatnya.
Masuklah kita di pos 4, dimana disini diisi oleh kakak-kakak dari 2007, gak banyak aneh-aneh disini, kita cuman dikasih bimbingan bahwa kita akan dan pasti suatu saat mendapatkan cobaan, yakni memutuskan suatu perintah atau pilihan di dunia ini dan hanya bisa kita putuskan dalam waktu yang singkat. Setelahnya kita pun merayap menuju pos terakhir yang letaknya diatas kami, jadi kami merayap dengan penuh semangat membara di dalam dada, dan hasilnya enak, asli enak banget, men. Sesampai di pos terkhir ini, kita disambut oleh kata-kata hina, yakni mau di gampar gak sama kita? Hahaha parah kan? Gak juga ya? Oke deh, next kita pun dikasih games gotong royong yang namanya push up berantai, ini seru men pengen lagi kapan-kapan. Nah di pos ini saya udah keburu lupa moral value nya apa, soalnya tulisan ini kelamaan saya bikin dari saat PAB lalu, jadi maklum ya. Saya terlalu sering mengkonsumsi apa yang tidak seharusnya dikonsumsi, hehehe.


Bagian 5
Episode Terindah: Bukit Unggul, tempat Kelahiran Kita. Ya Warga HIMAS terlantik di tahun 2013. Cerdas, Militan dan Progresif.
Akhirnya, kami pun dapat mengakhiri semua gundah gulana kerisauan hati kita semua masalah PAB, setelah kita berhasil melampauinya. Dibagian ini, saya rasa adalah akhir dai segala rasa sebel sama kakak tingkat dn sebagainya lah, dan ini adalah pintu gerbang menuju kehidupan bermasyarakat yang sebenarnya. Diawali dari prosesi yang sangat menyakitkan kita pun akan mendapatkan buah yang sesungguhnya. Suatu kemanangan itu tidak ada yang didapatkan dengan Cuma-Cuma, semua butuh proses, seperti Ulat, untuk menjadi Kupu-kupu yang Cantik dia harus melewati fase-fase dahulu, ya seperti itu lah kita, karena Metamorfisis itu sangat kita butuhkan dalam kehidupan. Lewat organisasi resmi sekelas HIMAS ini, saya dapat kembali memetik banyak nilai moral dalam kehidupan, oleh karenanya penyesalan saya dahulu terbayar semua dengan apa yang terjadi hingga akhirnya saya pun meneteskan air mata bahagia, air mata haru, dan juga air mata kemenangan.
Pagi hari ini kami semua merasakan rasa senang telah dapat menyelesaikan rangkaian proses kaderisasi. Semua terlihat dapat melebarkan raut bibir mereka, semua terlihat senang bukan kepalang. Kita pun diberi hadiah khas dari para kakak-kakak angkatan kita, hingga akhirnya kita semua melepas name tag, topi dan syal yang menandakan berakhirnya prosesi kaderisasi, dan kita? Ya kita adalah pemenangnya, we’re the winner in this game.
Jujur saja, mungkin setelah umur 13, saya mungkin hanya meneteskan air mata tiga kali, saat Kakek dari Ayah saya meninggal, Saat Nenek Buyut dari Ibu saya meninggal dan Hari ini, ya hari dimana saya dilantik menjadi anggota dari Keluarg Besar Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah di UPI. Hari ini, adalah hari kelahiran kita, hari dimana angkatan 2013 dapat melewati ribuan rintangan yang menghalau didepan wajah, yang seakann-akan terus menggerogoti kepercayaan diri juga semangat. Aneh memang bila bicara mengapa kita bisa melewatinya, padahal dalam hati kita selalu ngedumel dalem hati, ya itu memang mungkin sebuah proses, dinamika dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan ini saya Dwi Nur Akbar Wijaksono untuk Bangsa Indonesia, dan untuk semua orang yang saya kenal, semoga setelah melewati ini saya akan menjadi pribadi yang jauh-jauh lebih baik dari sebelumnya.


Prolog
Dibagian ini saya akan menceritakan mengapa saya menuliskan tulisan ini. Tulisan ini didasari dari rasa malu saya, rasa senang saya sekaligus perasaan yang tak dapat saya ungkapkan lewat kata-kata. Terlalu banyak dinamika dalam menjalani kaderisasi, saya mengakui kebanyakan dari kesalahan saya semasa di kader itu murni kesengajaan, oleh karenanya setelah melewati hari pengukuhan saya tersadar, bahwa yang namanya hidup itu adalah proses, gak ada enak tanpa susah. Contohnya gakan ada orang sukses tanpa usaha yang keras, gak putus asa dan mental tempe bahkan mental kerupuk yang kalo kebanjur air langsung kempes, melempem.
Saya, dengan berat harus mau menjilat kembali ludah yang telah saya keluarkan di tulisan-tulisan saya sebelumnya, dimana isinya penuh dengan hujatan dan rasa kesal. Mungkin waktu pada saat itu saya masih dalam suasana pancaroba, atau peralihan dari SMA ke Mahasiswa, jelas jauh perbandingan secara Intelektual antara anak remaja dan anak dewasa. Oleh karena hal tersebut saya amat sangat merasa bersalah, dan ucapan terimakasih tak ayal akan selalu saya lontarkan untuk orang-orang yang telah mensupport saya dan mengkader saya menjadi manusia yang baik dimasa yang akan datang.
Dari awal masuk pendidikan sejarah UPI, saya sudah sangat tidak tertarik dengan apa yang disebut organisasi, mau itu himpunan mahasiswa disetiap jurusannya, atau ukm. Jujur saja, saya memang anaknya begajulan, seenaknya lah istiahnya dan susah untuk mengikuti peraturan yang berlaku di suatu tempat, maka dari itu saya masih terus mencoba beradaptasi ditempat yang baru ini.
Harapan saya kedepan setelah semua yang telah saya alami, pasti adlah kehidupan yang lebih baik, semoga dengan apa yang telah saya lakukan selama ini menjadi sebuah berkah bagi diri saya pribadi, dan akan menjadi sebuah acuan untuk diri saya menjadi jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Ini sebuah wadah baru untuk saya menyalurkan ekspresi saya lewat karya seni kontemporer, saya tidak menyesali gagal masuk desain murni ITB, saya tidak menyesali gagal saat tes UGM mengambil Kehutanan, karena mungkin memang disini jalan hidup saya di Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia.
­­            Ini adalah sebuah tulisan yang saya dedikasikan untuk teman-teman Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2013 dan juga seluruh orang-orang yang telah berperan dalam pembentukan diri saya menuju arah yang lebih baik. Tulisan ini teruntuk semua Kakak-kakak Angkatan dari awal Pendidikan Sejarah lahir hingga sampai waktu yang tidak diketahui nanti.
Ini untuk semua orang-orang yang saya cintai, sebuah Episode Terindah, di dalam hidup saya, sebuah pengalaman serta kelahiran diri saya yang baru, atau bisa dibilang sebuah metamorfosis dari saya yang lalu menjadi saya yang terbaharui. Kutuliskan ini untuk semua yang telah mengisi diri saya menjadi saya yang terbaharui.


MENJILAT LUDAH: EPISODE TERINDAH.
Ini adalah sebuah episode terakhir perjalanan Mahasiswa Baru pada masa kaderisasi untuk bergabung didalam wadah besar Mahasiswa. Segala suatu hal yang mungkin akan terjadi dimasa endatang akan saya coba kembali tulisakan, karena peristiwa-peristiwa penting akan selalu diingat dan dikenang bila ada sebuah tulisan yang mendokumentasikannya. Oleh karena itu, saya Dwi Nur Akbar Wijaksono dengan ini menutup Jurnal dimasa menjadi seorang Mahasiswa Baru.

NO BULLET CAN STOP YOUR DREAMS.

2 komentar:

  1. keren wii tulisannya, pasti memorable banget. selamat!

    BalasHapus
  2. iya, kak. memang sangat mengesankan dan sulit dilupakan. trims, kak!. :)

    BalasHapus