Sabtu, 25 Januari 2014

PENGALAMAN AWAL MAHASISWA: CERITAKU, SEMANGKUK BAKSO, KECERIAAN DAN INDAHNYA KAMPUNG CITAWA




Jumat,  17 Januari 2014
Hari ini semangat membara didalam dada, tiba-tiba melesat tajam kepermukaan. Dimana rencananya saya akan mengikuti kegiatan P2, (Pengabdian Pada Masyarakat) yang diusung oleh HIMAS (Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah) Universitas Pendidikan Indonesia. Belum genap satu tahun saya tergabung dalam himpunan keren ini, saya sudah mendapat kesempatan untuk mengamalkan syarat humanisme dan sosialisme, yakni terjun langsung ke masyarakat untuk ambil andil dalam mencerdaskan bangsa, dan memberikan energi positif kepada masyarakat.

Sebelumnya, saya tidak terbesit sedikitpun untuk mengikuti kegiatan ini, ya mungkin memang karena saya yang terkadang anti-sosial, namun sesungguhnya dan sejujurnya, saya ini anti-fasis, lho apa coba? Hahaha. Bertempat di Gd PKM lt 1, saya dan teman-teman HIMAS mulai dari kakak angkatan taun 2011 hingga angaktan kami 2013 berkumpul untuk melaksanakan upacara pemberangkatan, cieee berangkat, semoga lain waktu kita berangkat Haji atau Umroh bareng-bareng, amiiin ya rabbal alamiiin.

            Dibuka oleh sambutan dari dosen kebanggan, Bapak Ayi kamipun dibelaki sedikit ilmu, bahwasanya kegiatan ini murni untuk pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat, bukan masyarakat yang mengabdi untuk mahasiswa, haha. Oke, setelah sistematika pelepasan selesai, kami langsung meluncur menuju tempat dimana kami akan mengabdi, ya Kampung Citawa, Desa Tarumajaya, Kec. Kertasari, Kab Bandung. Kami melaksanakan agenda pencerdasan dan pengabdian ini selama tiga hari, terhitung sejak tanggal 17 januari hingga 19 januari 2014.

            Berangkat dari Kampus Bumi Siliwangi, UPI, Bandung. Kami menerjang ramainya jalanan ibukota Jawa Barat, ya Bandung kota kembang, sekarang mungkin jadi Bandung kota Taman, tetoooot, hahaha. Kami beramai-ramai menaiki Truk dari Kesatuan Bekang, serasa tentara kami, hohoho.

            Setibanya kami di desa Citawa, adzan maghrib seraya menyambut kami yang kelelahan karena perjalan sekitar tiga jam. Bayangin, tiga jam, berdempetan didalam truk dan itu sesuatu banget, haha. Langsung saja tanpa banyak menunggu, kami langsung menyiapkan segala sesuatunya untuk pengabdian kai di desa kelahiran pemandu saya semasa OSPEK dulu, sebut saja ia Mas Rifky atau Kang Rifky atau Abang Rifky, eh A Rifky juga boleh, kan orang sunda, huehehe.

Kami pun berberes ria. Seberesnya kami langsung diterjunkan ke masyarakat desa Citawa. Dimana kami semua diberikan perjamuan atau ucapan selamat datang dari Tokoh Masyarakat Desa Citawa, sayang penulis gak punya file-file foto selama disana, jadi pembaca silahkan terawang saja bagaimana keseruan kami disana, hahaha *ketawa rahwana*.

Seberes perjamuan alias penerimaan, kami melaksanakan ibadah solat isya berjamaan dan diakhiri dengan briefng untuk kegiatan esok di SDN Citawa 01. Masuklah kita disaat akan menutup mata dan merileksasikan otot-otot yang muringkel (pagujut) ketika.di truk, namun sayang kendala memang selalu ada. Apa kendalanya? Ada segelintir oknum yang ganggu-ganggu waktu istirahat unyu kami, alhasil susah deh buat bobo, hahaha.


Sabtu, 18 Januari 2014
Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan tidur oleh Gusti Alloh. Karena hari ini, saya musti mengajar Sejarah siswa-siswi kelas enam SDN Citawa 01. Ini pengalaman pertama saya untuk mengajar, bro. Senga bener ya, laga-laganya anak kemaren sore berani-beraninya ngajar, huehehehe.

Diawali dengan teh manis yang kubeli di warung,  pengharapan hari ini adalah semangat, karena cuaca di desa ini sama kayak suasana waktu lagi di ranu kumbolo, Semeru. Dinginnya, wuidiiiih gausah ditanya, kayaknya 10derajat dimari, ehehe. Oke, kebiasaan saya yang orang Jawa adalah, menikmati hari-hari dengan merokok, ups untuk adik-adik yang gak sengaja buka tulisan ini, jangan ditiru ya perbuatan penulis, karena merokok adalah budaya orang Jawa, dan lewat rokok, rokok ini telah menyumbang sekurang-kurangnya 70 triliun untuk APBN, wuidih seger tuh uang, kalau itu duit saya, saya belanjain buat beli mall yang entarnya saya jadiin Ruang Terbuka Hijau, cieee sok asik nih penulis, hehehe.

Oke back to the track, akhirnya saya pun mengajar nih ceritanya. Mengajar anak-anak SDN Citawa 01 kelas VI. Ditemani oleh partner saya yang kece badai, Mas Ferdy angkatan 2012. Kami diberi kesempatan untuk mengajarkan sosok Pak Karno, Peristiwa Seputar [Proklamasi dan Makna warna bendera Merah Putih. Awalnya anak-anak ini tegang, kenapa coba? Bukan karena melihat wjah saya dan Mas Ferdy yang sangar bin lucu tapi mereka dicek golongan darah. Ya, diambil setetes darahnya buat dicari identitas golongan darah mereka, hahaha.  Mulia bukan kegiatan kami? Hehe udah ah jangan gitu, entar disangka riya kan berabe.
           
Berhubung saya yang notabene seorang anak yang hidup urakan alias rokenrol, ya gaya ngajar saya juga rokenrol dan kurang terarah. Yang penting mah siswa/I hepi dan gak boring sama Kehadiran kaim berdua, hahaha. Pengalaman menarik adalah, disaat saya melontarkan sesi tanya jawab, eh seorang siswi SD ini ada yang nanya begini coba “Kak, umur kakak berapa?” duarrrrr, seketika langit cerah berubah mendung dan guntur pu datang menyambar, heloooow kamu masih kecil adik, kok nanya umur dan saya bukan pedopil yah, hahaha.

Mengajar pun berakhir, suatu pengalaman berharga bagi diri saya pribadi dan kami semua. Seberesnya saya santai-santai sembari merokok di warung sekedar untuk minum the dan makan bakso, tsaaaah sueger dah enak, beneran sumvah, gapercaya? Cobain deh, huehehe.

Tiba saatnya kami untuk mengadakan pertandingan sepakbola melawan warga kampung citawa. Atmosfer tiba-tiba berubah menjadi layaknya di Anfield Stadium disaat Liverpool menang melawan Manchester United 1 – 0 pada tgl 1 September 2013 lalu lewat gol semata wayang dari Daniel Sturridge, hehehe Maaf ya penulis sedikit rasis, hehe. Pertandingan berlangsung menarik dan atraktif, walau harus dimenangkan oleh masyarakat desa citawa dengan skor entah berapa. Dan pemenang berhak mendapat seekor ayam, karena pertandingan ini diberi tajuk Hayam Cup alias Pertandingan Piala Ayam, haha.

Pengalaman hari ini sangatlah tak terbayar oleh saya pribadi. Pada malam harinya kami bersama masyarakat kampung citawa, mengadakan nonton bareng film Merah Putih di pelataran Masjid Kp Citawa. Antusiasme warga sangatlah mencengangkan dimana barisan penonton tidak hanya diisi oleh anak-anak saja, namun ada remaja, dewasa hingga lansia, priceless!

Kegiatan hari kedua kami di desa citawa pun berkahir. Akhirnya tidur john, tidur, hahaha. Namun seperti biasa, kebiasaan saya di sini, ya ngeteh sambil merokok, ditutup dengan makan bakso. Karena pesan ayah saya sebelum saya pergi adalah “Wi, ini Bapak kasih uang, siapa tau kamu disana ingin makan bakso.” Dan ternyata firasat Bapak saya itu tidak meleset sedikitpun, kereeen.


Minggu, 19 Januari 2013
Tibalah kami pada hari terkahir kegiatan P2M di desa citawa ini. Sedih juga sih awalnya, dimana saya sudah merasakan kebersamaan dan kehangatan bakso diwarung, eh maksudnya masyarakat desa citawa, ehehe. Kegiatan hari ini adalah perlombaan bagi anak-anak, yaitu : Lomba mewarnai, permainan tradisional dan banyak deh sedikit lupa saya, ehehe.

Diawali dengan senam pagi, ya walaupun senamnya lebih kearah modern dance, tapi antusias warga lagi-lagi unpredictable, men. Super kereeen warga akan kehadiran kami semua, Semua Jempol saya angkat, ahahaha. Beres senam, langsung disambung permainan buat warga, dimulai dari Balap Bakiak hingga Makan Kerupuk. Ditempat lain lomba menggambar dan mewarnai pun dilaksanakan. Gak cuman itu, kita juga mengadakan bakti sosial  berupa bagi-bagi pakaian layak pakai untuk warga, wow kereeen bukaaaan?

Akhirnya tibalah kami diujung kebersamaan bersama mastarakat desa citawa. Sedih juga nih, berasa kayak Drama Queen, man. Haha.. tapi ini memang sudah kodrat kita untuk gak lama-lama disini. Udaranya dingin banget, saya aja tiga hari disana gak mandi seharipun, ehehehe.

Sehabis sholat Dhzuhur, kamipun bergegas makan siang dilanjut foto bersama, sebelum akhirnya kembali pulang ke Bandung menaiki Truk. Oh, maaan sakit-sakit lagi nih badan, hahaha. Tapi itu semua terbayar dengan pengalaman yang gak akan bisa didapetin seumur hidup saya dan temen-temen nih pasti.

Kayaknya segitu deh, pengalaman dan cerita aneh yang bisa saya suguhin ke temen-temen, semoga lain waktu kita bisa melakukan hal serupa lagi yah. Tanpa mengurangi rasa hormat dan melupakan kelezatan bakso juga teh dan rokok di kampung Citawa, saya Dwi mohon pamit undur diri. Sampai berjumpa di tulisan saya berikutnya. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar